MP--6 : Malam yang panjang

371 151 18
                                    

Rica meninggalkan kelas dengan keadaan sangat marah, tujuannya kembali ke kelas untuk meminta tebengan pada Rico karena kakaknya ada kerja kelompok tapi Abbas malah menyulut amarahnya dan akhirnya dia pulang naik angkot.

Matahari mulai menyembunyikan dirinya, ia tidak pernah pulang selarut ini kalau bukan karena menunggu lamanya angkot. Rica berencana melewati jalan pintas ke rumahnya yang dulu dia sering lewati semasa SD, dia menamai jalan itu 'tembus-tembusan'

Semenjak dirinya SMP, dia tidak pernah melewati jalan ini karena selalu bersama kakaknya. Dan sekarang dia melewati jalan ini lagi.

Jalanan kecil itu sudah berbeda, sedikit bau dan kotor...sangat berbeda dengan dulu, walaupun terdapat grafiti yang membuat matanya tidak menganggur saat berjalan...keadaan jalan lumayan gelap hingga membuatnya tersandung beberapa kali dan tentu saja mengumpat.

"Sialan!"

"Anjiir!"

"Bangsat!"

Entah sudah berapa kali ia mengumpat karena keadaan jalan itu. Bahkan dengan bodohnya ia menginjak lumpur alhasil lumpur itu menempel di sepatunya dan membuat sepatunya bertambah berat.

"Ck ck ck...cantik-cantik mulutnya nggak di jaga." suara itu berhasil membuat Rica terkejut dan menoleh ke belakang.

Terdapat dua pria asing di belakangnya, ia tetap berjalan sambil menundukan kepala tidak mempedulikan dua pria tadi.

Bruak!

Rica mundur beberapa langkah karena menabrak orang yang lebih besar darinya. Sekarang ada dua pria asing lagi yang berada di depannya. Perasaan Rica seketika menjadi buruk, dia hanya diam sementara empat pria itu mulai mengurungnya.

Rica segera mengambil hp di kantong rok nya dan menulis pesan pada ketiga kakaknya lalu menunjukan lokasi dirinya berada.

'Tolong'

Salah satu pria itu merebut hp Rica dan membaca pesan yang belum sempat ia hapus.

"Tolong? Kenapa lo minta tolong?"

Rica menghembuskan nafasnya, mengumpulkan keberaniannya yang sempat hilang karena kalah jumlah. Dia menatap pria itu tajam dan mulai mengeluarkan suara.

"Kembaliin hp gue!"

Empat pria tadi saling bertatapan, selama beberapa detik hanya ada ketegangan lalu mereka tertawa bersama. Rica bingung, sepertinya ia tidak salah bicara.

"Lo mau? Ambil sendiri." ucap pria yang mengambil hp nya tadi.

Tanpa pikir panjang Rica berusaha mengambil hp nya tapi gagal, karena tinggi pria itu hampir sama dengan Huda. Ketiga pria yang lainnya hanya tertawa melihat Rica sedang kepayahan mengambil miliknya.

"Mau kalian apa sih?" tanya Rica.

"Mau kita?"

Pria itu semakin mendekat ke arah Rica, dia mengelus pipi Rica tapi dengan cepat Rica menepisnya.

Rica merasa ada tangan yang mengelus pahanya di balik rok selututnya. Dia menatap pria itu horor sedangkan yang di tatapan hanya tersenyum tanpa dosa.

My PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang