EIGHTH

625 66 7
                                    

"Bertemu denganmu adalah sebuah takdir, berteman denganmu itu sebuah hadiah untuku, dan jatuh cinta padamu adalah suatu hal diluar kewajaranku"

Aku terbangun saat jam alarm di meja belajarku berbunyi dengan sangat melengking. Aku yang sedang damai dalam tidurku harus terbangun karena ringtone jam tersebut. Mau tak mau aku harus pergi mandi untuk berangkat sekolah. Setidaknya aku harus bersemnagat untuk hari ini karena besok adalah hari yang sangat istimewa untukku.

Aku bergegas menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Semoga Hari ini dan hari esok tidak akan ada dulu air mata yang menetes. Aku merasa bahwa aku sudah siap untuk berangkat sekolah. Akupun berjalan menuruni tangga dan berpamitan kepada ibu yang sedang menyapu lantai.

Tanpa ada balesan dari bu aku langsung menuju keluar rumah untuk memanasi motorku. Saat kurasa cukup untuk memanasi motorku akupun langsung menaikinya dan memasang helm dikepalaku. Kurasa sidah siap berangkat. Satu dua tiga! Aku menarik gas motorku.

"Yuhuu,,,"

Aku mulai pergi meniggalkan rumah. Mulutku sedikit bersenandung menyanyikan lagu-lagu favoriteku. Saat aku melewati persimpangan jalan raya ini aku melihat Jessi yang sedang berjalan kaki. Aku penasara dengan alamat rumah Jessi. Apa dia tinggal disekitar sini?

Aku kini sudah ada dibelakang tubuh Jessi. Aku rasa jalan menuju kesekolah itu masih sangat jauh. Dan setauku disisni tidak ada angkutan umum yang menuju kearah sekolahku. Ingin sekali aku memberi tumpangan kepada Jessi. Tapi, yasudahlah.. untuk apa aku memperdulikan dia.

Aku kembali mengegas motorku untuk segera sampai kesekolah. Kulihat di spion kacaku bahwa Jessi sempat melihat kearahku. Bodo! Khusus untuk hari ini dan besok aku harus berbahagia.

"Yuhuuu..."

Aku berteriak saat akan memasuki gerbang. Kulihat satpam digerbang itu sedikit mendumel akan teriakanku itu. Segera kuparkirkan motorku ini. Bel pun berbunyi, dan aku langsung berlari melewati koridor disekolahku ini. Bahkan tak jarang aku menyenggol siswa yang lain.

"Kau kecilkan sedikit badanmu itu agar tidak terlalu memakan tempat!"

Tak kuhiraukan orang yang meneriakiku itu karena aku tak sengaja menyenggol bahunya tadi. Sudah kubilang aku tidak ingin membuat masalah dihari ini. Aku akhirnya sampai didepan kelasku. Akupun mulai memasukinya dan menuju bangkuku. Semua murid dikelasku sudah bersiap siap mengeluarkan buku-bukunya masing masing.

Kulihat ibu Sarah mulai memasuki kelas ini dan mengisi mata pelajaran yang dibawanya itu.

Dirinya mulai menjelaskan rumus fisika yang mampu membuat otakku berdenyut nyeri. Tapi bagaimanapun juga aku akan tetap memperhatikan pelajaran ibu Sarah. Karena hanya ibu Sarah satu-satunya guru yang kusuka.

Aku dan semua penghuni kelas terkejut saat Jessi tiba-tiba datang sambil mengusap keringat yang berada di keningnya. Kurasa dia baru saja dihukum oleh guru piket karena terlambat. Ibu Sarah pun menghentikan penjelasanya itu dan langsung beralih menatap kearah Jessi.

"Maaf ibu.. Saya terlambat"

"Sebagai hukuman kamu pasti sudah tau apa yang harus dilakukan"

Ibu sarah kembali mengambil spidol papan tulis dan melanjutkan materi yang sempat ditundanya itu. Kulihat Jessi mulai keluar kembali dari kelas ini. Hukuman yang selalu ibu Sarah beri bagi siswa yang terlambat itu adalah, membersihkan sebuah gudang dilantai atas sekolah ini.

"Kalian tahu bukan, saya sangat membenci manusia yang tidak bisa menggunakan waktu dengan benar"

Ibu Sarah berbicara seperti itu saat dia selesai menulis di papan tulis dan mulai duduk kembali dikursi guru. Sudah kubilang, ibu Sarah adalah guru yang menurutku sangat bijaksana dan adil. Dia tidak pernah mendriskriminasi seorang muridnya. Dia adalah guru favoriteku.

98 kgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang