TWELFTH

1.2K 130 33
                                    

Author POV

Evelyn tengah menangis dikamarnya sambil memeluk sebuah bantal guling dengan posisi berbaring telungkup. Dirinya tak habis pikir, mengapa selalu saja ada yang membuatnya menangis disetiap harinya.

Sejenak Evelyn meredakan tangisannya, namun beberapa detik kemudian, tangisnya meledak kembali saat mengingat bahwa ayahnya yang tega mengambil hadiah pemberian Levin sebagai kado ulang tahunnya.

"Ayah jahat.." Gunamnya sambil menangis tersedu-sedu.

Tok Tok Tok

Ketukan dari luar kamarnya kembali membuat Evelyn berhenti menangis sejenak. Dan tak lama kemudian munculah seorang Feranica yang masuk kedalam kamarnya. Evelyn menatap sang kakak dengan pandangan tak suka dan sinis.

Sedangkan yang ditatap hanya berjalan santai mendekat kearahnya. Dilihat sang kakaknya yang kini berdiri tepat disamping dirinya yang tengah menangis hebat diatas ranjang.

"Apa kalung itu sangat berharga untukmu heh?" Tanya Fera yang sedikit miris melihat keadaan adiknya itu.

"Pertanyaan bodoh." Ujar Evelyn sengit. Fera hanya mendesah pelan menanggapi sikap ketus Evelyn.

"Aku akan berusaha membujuk ayah supaya mengembalikan kalung itu.." Tawar Fera yang langsung membuat Evelyn terkejut. "Tapi dengan satu syarat." Ucapnya kembali hingga membuat Evelyn mencibir tak suka.

"Kau tidak tulus membantuku!" Gertak Evelyn tegas.

"Tak ada yang mau membantu jika tak ada imbalan yang setimpal."

"Terlalu banyak basa-basi Fera! Katakan apa syaratnya!" Geram Evelyn yang dibalas senyuman manis oleh sang kakak.

Fera mendekatkan tubuhnya kearah Evelyn dan berhenti disamping telinga adiknya. Evelyn hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang kakak.

"Jangan berhubungan dengannya lagi jika kau tidak ingin terluka lebih lanjut." Fera menjauhkan tubuhnya setelah mengatakan itu. Evelyn hanya tertawa hambar saat mendengar persyaratan yang Fera ajukan. Mengapa ia harus menjauhi orang yang sudah membuatnya bahagia?

"Kau bercanda Fera. Asal kau tau, dia bukanlah pria hajat yang akan menyakitiku. Dia adalah pria baik yang mampu membuatku tersenyum saat dunia menyudutkanku. Dia adalah orang yang mampu memahamiku lebih baik dibanding keluargaku sendiri!!!" Evelyn meledak mengeluarkan amarahnya dihadapan Fera.

"Tapi ayah tak menyetujui itu Evelyn." Fera berseru datar. Tak ada ekspresi apa-apa diwajahnya. "Kau akan semakin tertekan jika menentang keputusan ay-"

"AKU TIDAK PEDULI FERA!!" Evelyn meledak pada saat itu juga. Dirinya tak bisa menahan gejolak amarah didalam dirinya. Dia masih ingin tersenyum bersama pria itu. pria yang selama beberapa bulan terakhir ini telah menemani kekosongan hari-harinya.

"Baiklah jika itu maumu Evelyn. Jangan pernah merengek jika suatu saat nanti kau terluka karena pria itu." Fera meninggalkan Evelyn yang hanya terdiam ditempat tidurnya.

Perkataan kakaknya masih membekas dipikiran gadis itu.
Tak lama kemduian Evelyn sudah tertidur pulas. Ini adalah waktunya untuk menjelang dunia mimpi dibawah alam sadarnya. Biarlah bunga tidurnya itu menghampiri dia untuk sekedar membuatnya lupa akan kenyataan dunia yang ada.

---

Evelyn POV

Aku berjalan menelusuri sepanjang jalanan beraspal. Tak kuhiraukan ejekan-ejekan para pemuda pemudi yang melihatku berjalan sendirian dipinggir jalanan beraspal ini. Bahkan ada yang menertawkanku dengan lantangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

98 kgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang