ELEVENTH

588 73 7
                                    

Saya sengaja ngebangunin tokoh baru dalam cerita ini :)

Biar nambah greget katanya :D
Oke happy reading guys :)
.........................................................

Mereka bertiga tengah duduk disalah satu meja makan yang berada disebuah warung makan. Evelyn terpana saat melihat sosok hantu itu melepaskan wig-nya dan merapihkan rambut coklatnya.

"Kau benar-benar tampan.." Guman Evelyn Kini polos sambil menyentuh pipi sosok itu pelan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya sosok itu yang sedikit risih dengan tingkah supel gadis itu.

"Namamu siapa?" Tanya Evelyn kembali hingga membuat sosok itu mendesah pasrah. Gadis aneh. Batin sosok itu.

"Aku Nico." Jawab sosok itu singkat. Evelyn yang mendengar nama pria itu tersenyum sumrigah.

"Evelyn." Ujar Levin mengingatkan ketika gadis itu hendak memeluk sosok Nico yang memang duduk disampingnya.

Sosok Nico tadi terdiam saat pria dihadapannya itu menyebutkan nama gadis disampingnya ini. Evelyn.. Nama yang indah. Gunamnya didalam hati.

"Kita pulang. Hari sudah mulai gelap." Levin berujar dingin sambil melangkah meninggalkan Evelyn yang menatap punggung pria itu bingung.

"Levin!!" Panggil gadis itu kepada sosok yang kini telah meninggalkannya. "Sebaiknya aku pergi dulu. Kau. Jangan lupa makan teratur sebelum melakukan pekerjaanmu itu untuk menakuti orang-orang." Ucapnya kepada Nico sebelum benar-benar pergi mengejar pria yang meninggalkannya itu.

Nico menatap punggung gadis itu lekat-lekat. Lalu pria itu tersenyum simpul mengingat kejadian hari ini. Nico sangat suka pada gadis yang polos dan berterus terang dengan perasaannya. Dan Nico cukup yakin bahwa gadis yang meninjunya tadi adalah gadis yang menarik.

"Aku tertarik padamu.." Lirihnya pelan nyaris tak terdengar karena suaranya tenggelam oleh suara kembang api diatas langit sana.

---

Evelyn terpaku saat Levin datang menghampirinya dengan sebuah kue tart yang bergambarkan wajahnya yang dibuat kartun. Dan.. pria itu juga membawa orang banyak untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya.

Sepertinya pria itu membayar mereka semua hanya untuk ikut andil dalam perayaan hari jadinya. Bahkan orang-orang yang bernyanyi untuknya itu sama sekali tidak ada yang dikenalnya selain Levin.

Levin mendekat kearah gadis itu sambil tersenyum lebar. "Ucapkan harapanmu." Titah Levin yang langsung dipatuhi oleh gadis itu. Evelyn memejamkan matanya untuk berdoa dan mengharapkan permintaannya kepada sang maha kuasa.

Aku ingin tetap bahagia seperti ini

Dan saat itu juga, ditiupnya lilin tersebut hingga padam seluruh apinya. Levin tersenyum dan meletakan kue itu dibawah tanah. Lalu tangan kanan pria itu merogoh sesuatu didalam saku jeans miliknya.

"Kalungnya indah banget.." Evelyn terpaku saat Levin mengeluarkan kalung yang berbandul berlian. Pria itu kini berjalan memutari tubuhnya dan berhenti dibelakang tubuh Evelyn.

Dipasangkannya kalung itu dileher Evelyn yang berlemak. Evelyn memegang bandul berlian yang berwarna putih itu dengan sangat hati-hati.

"I-ini cukup mahal bukan?" Evelyn teringat akan sesuatu hal. Kalung yang tersemat dilehernya bukanlah kalung biasa. Pasti harganya sangat mahal. Bahkan orang disekitar mereka mulai berbisik-bisik akan harga kalung itu.

"Maka dari itu, jagalah kalung itu baik-baik." Levin berkata dengan tulus dan selanjutnya disusul senyuman manis menghiasi wajah tampannya. Evelyn hanya diam seribu bahasa. Kebahagiaanya saat ini tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Gadis itu memeluk Levin hingga hampir saja membuat tubuh pria itu oleng karena mendapat serangan tiba-tiba. Namun Levin kembali tersenyum dan membalas pelukan gadis didepannya ini.

"Terimakasih.." Lirih Evelyn pelan. Namun Levin sangat mendengar kalimat itu dengan sangat jelas.

Dikecupnya kening gadis itu pelan. Semua orang yang melihat itu hanya menjerit histeris karena menonton adegan romantis didepan mereka secara gratis. Bahkan ada yang menangis terharu saking terbawa suasananya. (Dasar baperr -_-)

"Cinta memang tak pandang bulu.." Ucap seorang nenek-nenek yang melihat adegan romantis itu yang seolah memutarkan kembali memory semasa jaman mudanya dulu. Jaman remaja adalah jaman yang penuh dengan luapan cinta.

Siapa yang tidak akan kagum melihat sosok lelaki sempurna itu tengah berpelukan dengan gadis gendut. Sungguh perbedaan yang sangat jomplang bukan? Tapi lagi-lagi semuanya terbereskan saat sebuah kata 'CINTA' yang mewakili segalanya.

Evelyn masih membeku saat mendapatkan kecupan hangat tadi. bahkan tubuhnya seperti mati rasa karena terkejut. Levin telah menciumnya didepan banyak orang. Apa itu tandanya pria itu juga tengah mempunyai rasa yang sama dengannya? Apa cintanya itu tidak bertepuk sebelah tangan?

"Kita pulang. Ayah dan ibumu pasti kwatir.." Digandengnya tangan Evelyn oleh pria itu. Bahkan orang-orang semakin bersorak-sorak saat melihat Levin pergi membawa Evelyn.

Dan evelyn baru saja tersadar bahwa mereka masih disekitar arena parkir disebuah pameran. Dan bagaimana mungkin seorang Levin melakukan tindakan memalukan tadi dihadapan banyak orang.

Evelyn yakin bahwa diantara mereka yang menonton, pasti ada saja yang menatapnya tak suka. Bahkan gadis itu sempat mendengar kalimat pedas dari seseorang diantara mereka.

"Bagaimana mungkin pangeran bisa terperangkap bersama gadis gembrot sepertinya? Seperti tidak ada gadis lainnya saja.."

---

Evelyn melambaikan tangan kearah Levin yang kini sudah melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumahnya. Ayahnya tiba-tiba saja sudah berada dibelakang gadis itu hingga membuat Evelyn terkejut.

"Ayah..." Evelyn mengelus jantungnya yang hampir saja copot dari sarangnya.

"Kau masih berhubungan dengannya Evelyn?" Tanya sang ayah dengan raut wajah yang mengerikan.

"Ak-aku minta maaf karena pulang malam ayah. Tapi lihat, aku mendapatkan kalung ini dari di-"

PRATT

Ayahnya mencabut kalung itu hingga terlepas dari lehernya. Evelyn terkejut bukan main. Bahkan gadis itu mulai menangis mengingat itu adalah kado terindah yang pernah dia dapatkan dari seseorang.

"Ayah tak mau kau berhubungan dengannya lagi EVELYN!!!" Ayahnya membentak sebelum pergi memasuki rumah.

Evelyn bingung dengan sikap ayahnya yang seperti tidak menyukai pria itu. Apa ayah mengenal Levin lebih dulu darinya?

"Kau kenapa?" Tanya seseorang dibelakang tubuhnya.

"Apa ini ulahmu Fera?!" Geram Evelyn sambil mencekik leher Fera. "Kau pasti menghasut ayah agar membenci dia bukan?!" Evelyn membentak sang kakak hingga membuat ibunya berlarian untuk melerai mereka.

"Evelyn cukup!!" Jerit ibunya.

"Akan kubunuh kau!!!" Evelyn tak kehabisan cara untuk menyerang Fera.

"EVELYN CUKUP!!!"

PLAK

Evelyn terdiam sesaat merasakan perih dipipinya. Ibunya sendiri tega menamparnya. Cih, bahkan keluarganya sendiri malah memberikan luka dihari ulang tahunnya.

Evelyn menatap kearah ibunya datar. Lalu kembali menatap Fera angkuh. Gadis itu memilih pergi memasuki rumah menuju kamarnya. Bahkan Evelyn melihat ayahnya yang tengah sibuk dengan membaca koran.

Semua oramg dirumah ini hanya menganggapku debu yang tak layak hinggap diantara mereka. Bahkan mereka seperti bukan kekuarga untuknya. Mana ada keluarga yang melukai salah satunya.

Ohoo... Jreng-jreng jreng...! :D

Hasil kebut waktu siang akhirnya membuahkan hasil. Seneng bisa update cepet kayak gini :) ;)

Makasih yang masih betah buat baca cerita ini :)

Thankss all.. :)
Voment nya ditunggu ;)

Next ?

98 kgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang