Page three.

196 45 6
                                    

Halo:) ada yang mau kirim quotes gak? buat dipasang disetiap halaman?
Yuk, kirim quotes kamu. Sekalian aku masukin ke oa aku:)

-

Saat aku melangkahkan kaki keluar. Sesuatu yang mengganggu mata muncul dihadapanku. Ya, Dylan Fauzat ada dihadapanku. Tapi sejak kapan? dia mengintip?

"Eh, lo ngapain disini? ngintip lo?!"

"Ngga lah, gue nungguin lo." dia mengangguk kuat.

"Hah? trus?" aku memiringkan kepalaku, mencoba bersikap santai.

"Gue temenin lo, kemana pun lo pergi." jawabnya dengan senyum merekah.

Apa-apaan lagi ini?

Setelah meminta id lineku, menggenggam tanganku, lalu mengikutiku? Dia seperti parasit saja. Tapi, tak merugikan. Hehe.

"Gue mau ke kantin. Lo ga masuk belajar?" aku berjalan mendahuluinya.

Dia mengikutiku, berusaha mensejajarkan langkahku dan langkahnya. "Ngga. Bosen dikelas." jawabnya dengan santai. Aku hanya mengangguk setuju.

Kami pun sampai dikantin. Suasana disini sangat sepi. Aku memilih kedai Bu siti, mengambil susu kotak dan sari roti coklat kesukaanku.

Sedangkan dia memesan burger di kedai sebelah dan segelas soda.

Aku dan Dylan duduk di meja yang sama. Dia duduk didepanku. Dia terus melihatku. Aku merasa keberatan saat diperhatikan, apalagi saat makan. Benar-benar mengganggu.

Rasanya ingin kayang jika dia memandangku seperti itu.

"Apa si liat-liat? fans, huh?" kini aku yang menatapnya tajam. Mencoba terlihat galak didepannya.

"Iya." jawabnya enteng.

Deg.

Mataku membelak.

Bisa kayang gue sekarang.

Anjir, mak jemput Keira mak. Gakuad disini.

Eh dia pasti bohong.

"Cih, modus." aku melemparkan kemasan sari rotiku tepat diwajahnya.

"Serius..." dia membuang kemasan yang tadi kulemparkan di tempat sampah kecil disamping meja.

Aku memutar bola mataku. Sudah pasti ini salah satu modus laki-laki banyak. Lebay banget sih dia.

Sok ganteng jadi orang.

Burgernya sudah datang. Kini giliranku yang memerhatikannya makan.

Aku tersenyum. Tanpa kusadari sebuah senyuman menghiasi wajahku saat memperhatikannya. Dia saagat imut saat sedang makan ternyata.

Dia sepertinya sadar karena aku memperhatikannya. Dia mendongakkan kepala melihatku.

"Hm, lo ngapain liat-liat gue? gue ganteng kan?" dia menaikkan sebelah bibirnya menciptakan smirk khasnya.

"Hah?". "Iya. Lo ganteng." aku mengalihkan pandanganku kemana mana, mencoba menyembunyikan pipiku yang sudah pasti merah.

Dia menaruh burgernya yang tinggal sedikit itu lalu tertawa. Aku sudah tau, dia pasti akan menertawakanku yang konyol ini.

"Cie... blushing cie..." godanya yang membuatku ingin membuang wajahku ketempat sampah dimana dia membuang kemasanku tadi.

Aku masih tidak menjawab. Aku memilih untuk melihat Pak kumis daripada melihatnya. Dia membuatku malu.

"Habisini tu makanan! gue mau balik!" ucapku ketus lalu berdiri.

Dia menahanku. Tangan yang sama. Dia menahanku lagi.

B r o k e nTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang