Page Five.

151 41 2
                                    

Q apdet nya cepet nich gais, karena q gabut dan q libur hihi~

Siapa tau ada yang mau ngirim quotes? komen disini ya:) quotesnya nanti akan dipost beserta namanya:) thx

happy reading gais!

***

Keira tengah bingung ingin pulang bersama siapa. Jadi dia pergi ke halte untuk menunggu beberapa bis keajaiban yang datang menjemputnya.

Jam menunjukkan pukul 17.30

Akan sangat sulit menemukan bis saat seperti ini. Taksi pun begitu. Keira terus memainkan ponselnya menghapus beberapa kenangan disana, tepatnya menghapus foto-foto orang itu.

Keira ingin cepat-cepat pulang, itu karena Ibunya. Dia takut jika Ayahnya sedang mencaci maki ibunya atau memukul ibunya saat Keira tidak ada. Keira harus pulang.

Rumahnya cukup jauh dari sekolah. Keira ingin ibunya menjemput, tapi telfonenya tak diangkat.

Saat akan meninggalkan halte, turunlah sedikit demi sedikit hujan.

Tak deras, gerimis.

Tapi, petir itu yang menghentikannya berjalan.

Suara petir, suara keras. Suara yang sangat berisik membuat Keira mengingat dimana perkelahian pertama orang tuanya yang benar-benar kacau.

Saat Keira duduk dibangku kelas lima SD, semuanya berubah. Tak ada lagi canda tawa dan piknik kecil bersama keluarga.

Dimana Ayahnya menjadi seorang pemabuk, suka bermain wanita, dan meminta uang ibunya. Ayahnya tak lagi bekerja di salah satu perusahaan ternama dikotanya karena Ayahnya melakukan kesalahan. Semenjak saat itu semuanya berubah.

Kenapa harus orang yang Keira sayangi berubah?

Dia memeluk tubuhnya dikursi halte yang memanjang. Keira menutupi telinganya, takut akan suara keras. Dia mencoba menekan nomor yang sangat dia hafal. Tak ada jawaban, membuat tingkat kekhawatirannya semakin naik.

Keira kini menangis ditengah derasnya hujan. Keira sangat takut, dia ingin pulang dan memeluk ibunya. Takut jika Ayahnya lebih dulu dan melakukan hal yang tidak diharapkan.

Tiba-tiba saja ada mobil hitam berhenti didepannya.

Kacanya terbuka, menampakkan sosok yang diidam-idamkan siswa perempuan se-Gading Lentera.

Arkan, dengan senyuman manisnya memandang Keira yang kini menangis. Dia mencari payung dan turun menemui Keira.

"Kei, masuk ke mobil gue. Gue antar lo pulang ya.. jangan nangis," ucap Arkan samar didengar Keira saking derasnya hujan.

Keira mengangguk dan masuk ketika pintu jok depan terbuka. Arkan berlari dan segera masuk di jok kemudi.

"Kei, lo kenapa belum pulang?" tanya Arkan sambil mengeringkan rambutnya yang sedikit basah.

Keira masih diam, dia masih dalam keadaan menangis. Seluruh badannya gemetar. Arkan mengambilkan selimut kecil berwarna baby pink di jok penumpang.

"Itu selimut adik gue, pake aja dulu." ucapnya sambil memakaikan Keira selimut. Tak ada jawaban.

Keira memilih diam. Arkan pun begitu.

Bukan karena apa Arkan diam, tapi dia tidak tau rumah Keira dimana. Dan ini adalah kali pertamanya mengantar seorang perempuan pulang, Keira. Dan dia tak tau dimana rumahnya.

"Kei, rumah lo dimana?" tanya Arkan, dan mendapat respond dari Keira.

"Gue tinggal di perumahan GreenLand. Blok A," jawab Keira tak ingin melihat kearah Arkan, penglihatannya masih buram karena tangisnya.

B r o k e nTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang