Chapter 4

5.4K 297 1
                                    

Ya! Ini memang gila,sejak pertama melihat senyuman-nya aku jatuh cinta padanya.seharusnya aku senang melihat-nya menjadi nyata,tapi ini sesuatu yang berbeda.mayat membusuk di kamar nomer 444 sekarang tersenyum di samping-ku.kalian pasti juga akan merinding jika menemui hal yang sama seperti ku.Kucoba bertahan untuk beberapa minggu,aku harap bisa mengatasi arwah gentayangan ini sendirian.
•••
"hei felix,lempar bolanya ke sini!"teriakku memerintah.

"jangan fel,lempar ke aku aja"tolak tia dengan gaya genit-nya.

"felix"ran memelas.
Felix menatap ku."tangkap!"felix melempar bola voli itu ke arah ku.

"yeah!"teriak ku kegirangan karena sudah di pilih felix untuk menjadi kelompok-nya."thanks"aku tersenyum ke arah-nya.dia hanya membalas dengan anggukan ringan.
Waktu sangat cepat berubah,yang tadinya aku takut pada felix sekarang sudah berangsur-angsur suka padanya.oh ya,aku lupa menjelaskan kalau kampus ku ini tidak seperti kampus biasa.di kampus,setiap pagi kami selalu olahraga.kami juga bermain voli dan basket ketika sore hari.

"ayo vanesa,kita diskusikan tak-tik nya"felix menarik tangan ku sambil berlari kecil mencari tempat yang nyaman untuk mendiskusikan tak-tik main voli ini,pokoknya kami harus menang!

Setelah diskusi kami ke lapangan yang sudah di sediakan,kami melawan junra dan tana.tiba-tiba hawa dingin melewatiku,oh tidak.semuanya gelap.

"vanesa"itu felix,kenapa di saat seperti ini pikiran batin ku terbuka.

"ya?"jawab ku dengan tenang,tapi sebenarnya aku gugup menghadapi felix yang seperti ini.

"aku mau bicara sesuatu,dengar ya!"felix memegang kedua tangan ku.oh tidak! Jantung ku berdetak terlalu kencang.

"sejak pertama kali bertemu di kamar rumah sakit itu,aku sudah jatuh cinta padamu! Kamu mau jadi..."felix belum menyelesaikan kata-katanya.

"felix! Kenapa di saat seperti ini kau membawa ku ke tempat ini? Ini di mana?"sergah ku,aku sudah tau apa yang akan dia katakan.aku sebenar nya mau sih jadi belahan jiwanya,tapi...aku belum siap.maaf felix.

"aku membawa mu karena tiba-tiba saja kau tidak sadarkan diri,itu adalah kesempatan bagiku.dan...kita ada di dalam pikiran batin mu"felix menjelaskan.berarti aku benar kalau pikiran batin ku sedang terbuka.

"felix,bawa aku keluar.aku mohon"aku berusaha membujuk felix.

"kalau itu mau mu"felix tersenyum.
Kubuka mataku pelan-pelan,kulihat felix tersenyum.aku juga bisa mendengar teman-teman memanggil ku."thanks"aku tersenyum.

felix menjawab senyumanku. sepertinya aku pingsan di lapangan voli,dan aku terbaring dalam pelukan felix.hangat,rasanya nyaman.

"huh...seandainya aku adalah vanesa yang sedang di peluk felix"tia terlihat cemburu.

Oh My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang