Keesokan harinya, setelah pekerjaan di pulau dan kapal bajak laut. Di pagi hari yang merdu dengan suara kicauan burung. Filk, dia sedang memakan makanan kesukaannya, yaitu ikan bakar.
"Bagaimana?" tanya Nida.
"Enak!"
"Benarkah?! Kalau begitu, ini, tambah lagi!"
"Terima kasih, Kak."
"Tak kusangka, kau mendapatkan dua juta setengah dalam sehari?"
"Memang, tapi bayaran itu tidak seberapa dengan taruhannya."
"Taruhan?"
"Sudahlah, Kakak tidak perlu tahu. Itu adalah hal yang paling menyebalkan dan ingin aku lupakan."
"Baiklah... Jadi, apakah hari ini kita akan jalan-jalan?"
"Kalau tidak ada pekerjaan."
Bel pintu berbunyi. Nida menghampiri pintu dan membuka pintu.
"Sepertinya tidak bisa hari ini," ucap Filk kepada diri sendiri.
"Filk..." ucap Susan menghampiri Filk.
"Aku tahu, kita ada pekerjaan, kan?"
"Benar."
"Baiklah, Kak..."
"Aku mengerti, mungkin kapan-kapan saja. Lagipula kau libur di hari sabtu dan minggu, kan?"
"Iya, maaf, Kak."
"Tidak perlu meminta maaf, kau ini kan tulang punggung keluarga."
"Kalau begitu, aku pergi."
"Hati-hati!"
Mereka berjalan tanpa berbicara. "Se-sepertinya aku datang di saat tidak tepat."
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Jadi, apa pekerjaannya?"
Dia hanya menundukkan kepala, tidak menjawab.
"Nail, kau tidak apa-apa?"
"Taman."
"Apa?"
"Kita akan ke taman hiburan."
"Hah?"
Lalu mereka sudah sampai di taman yang dimaksud. Mereka harus membayar tiket masuknya. Saat sampai di dalam, Susan berjalan dengan diikuti Filk di belakang. Dan sampailah mereka di rumah hantu.
"Di sini?" tanya Filk.
"I-iya."
"Berapa bayarannya?"
"Enam ratus ribu."
"Berarti dapat tiga ratus. Ayo kita masuk."
Mereka memasuki rumah hantu itu, tentu mereka harus membayar dulu. Susan, dengan takutnya bersembunyi di balik punggung Filk. Mereka berjalan melewati beberapa kejutan dari wahana ini, mulai tiba-tiba muncul kepala buntung dari atas, munculnya hantu dari pintu tersembunyi, dan lain-lainnya. Susan semakin memegang erat baju Filk.
"Apakah benar dia seorang Ure?" ucap Filk dalam hati.
Susan menghentikan langkah Filk, lalu dengan jari gemetar, dia menunjuk sebuah pintu hitam di samping mereka.
"I-i-i-i-itu te-tempat han-hantu itu berada."
"Kau baik-baik saja?"
"Te-te-tentu sa-saja."
"Bohong. Kalau begitu, ayo!"
Mereka berjalan menuju pintu hitam itu. Filk sedikit kesulitan, karena Susan selalu berusaha melawan. Tapi, pada akhirnya mereka sampai. Filk membuka pintu. Hanya ada ruangan yang cukup besar, dan sesosok hantu yang berdiri di tengah ruangan. Dia berpakaian putih compang-camping. Dia berbalik, memutarkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasyFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...