Hari ini, di pagi ini, adalah hari yang berbeda dengan hariku yang sebelumnya. Biasanya aku pergi sekolah sendiri, tapi sekarang aku akan pergi bersama Susan. Kalau saja Susan bukanlah orang yang spesial bagiku, maka hari ini dianggap hari biasa.
Sekarang aku sudah selesai memakai seragam dan menyiapkan keperluan sekolah. Kemudian, aku menuruni tangga menuju ruang makan. Tapi, langkahku harus terhenti di tengah perjalanan turun karena aku mendengar keributan di bawah.
"Cepat keluar!"
Itu suara Kak Nida, suaranya begitu keras dan penuh emosi. Apa yang membuatnya menjadi marah seperti itu? Dari ucapannya, sepertinya kakak sedang mengusir seseorang.
"Sudah kubilang, cepat keluar!"
Hanya suara kakak yang terdengar jelas di telingaku, sedangkan orang yang diusirnya tidak terdengar cukup jelas saat membalas pengusiran kakak. Kalau ditebak, suaranya seperti perempuan yang lemah lembut. Selain itu, sepertinya bukan hanya satu orang, tapi dua orang perempuan.
"Aku tidak peduli! Cepatlah keluar!"
Kira-kira apa yang membuat kakak yang kukenal selalu bersikap kekanak-kanakan menjadi pemarah? Apa ada masalah dengan tetangga? Tapi, seingatku kemarin kakak terlihat baik-baik saja. Bahkan, hubungan kami dengan tetangga selalu baik-baik saja.
Langsung saja aku melanjutkan untuk menuruni tangga. Kemudian aku menghampiri kakak yang berada di dekat pintu keluar. Di sana, selain kakak, aku melihat dua perempuan sedang berdiri di dekat pintu keluar. Satu seorang gadis berambut pirang pendek, berkulit putih, baju kuning, dan rok selutut abu-abu. Satu lagi wanita bertopi hitam, rambutnya hitam panjang, gaun hitam panjang bergaya ala Eropa, tas selendang hitam, dan tingginya lebih tinggi dari gadis berambut pirang pendek itu.
Aku tidak mengenal mereka, bahkan kurasa mereka orang asing yang berasal dari luar negeri. Apa mungkin kedua perempuan itu secara kebetulan melakukan kesalahan yang membuat kakak marah atau sebaliknya kakakku lah yang membuat kesalahan kepada mereka? Kira-kira apa masalahnya, ya?
Saat aku ingin menanyakan keadaan kepada kakak, tiba-tiba gadis berambut pirang pendek itu melihat ke arahku. Kedua kontak mata kami saling bertemu, sehingga aku menghentikan niatku untuk bertanya keadaan. Iris mata biru gelapnya begitu terlihat cantik, sampai-sampai aku tertegun diam melihatnya. Kemudian, gadis itu berlari dan memelukku bahkan sampai kepalanya menempel ke dadaku.
"Kakak!" ucap gadis yang memelukku dengan nada terdengar senang.
Aku yang masih mengalami proses pencernaan keadaan setelah mendapatkan pelukan hanya bisa terdiam bingung, apalagi ditambah mendengar pernyataan yang mengejutkan semakin aku harus mencerna baik-baik dan menjadi diam membatu. Sedangkan kakak datang menghampiri kami, lalu memegang kedua pundak gadis ini dari belakang.
"Lepaskan adikku, dasar perempuan penipu!" ujar kakak sambil berusaha melepaskan gadis yang memelukku.
"Aku bukan penipu, aku memang benar-benar adik Kak Filk," balas gadis ini dengan nada tenang dan terdengar lembut.
Entah kakakku yang lemah atau gadis yang memelukku terlalu kuat. Gadis ini masih tetap memelukku, atau bisa dibilang masih menempel kepadaku tanpa terlepas satu mili pun. Seolah tarikkan dari kakakku tidak berarti apa-apa. Kurasa itu juga kenapa gadis ini membalas perkataan kakakku dengan tenang.
"Aku tidak pernah ingat punya adik perempuan, bahkan yang sepertimu! Adikku hanya satu, yaitu Filk!"
"Tentu saja Kak Nida tidak akan ingat, karena aku bukanlah anak dari Bu Lestari."
Wah, gadis ini juga tahu nama Kak Nida dan ibu. Jangan-jangan dia memang benar-benar adikku...
Tunggu! Bukan itu masalahnya! Gadis ini mengaku sebagai adikku, tapi mengatakan bukan anak dari ibuku! Jangan bilang kalau gadis ini hasil dari perselingkuhan ayahku!
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasyFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...