Tanpa kusadari, aku berdiri dari bangkuku dengan perasaan terkejut. Tidak lupa memukul keras meja sebagai tanda aku terkejut. Berkat itu, semua perhatian teman-teman dan Pak Wijaya teralihkan kepadaku, tidak terkecuali Frida juga.
"Ah, ternyata benar. Kak Filk ada di kelas ini!" ujar Frida senang.
"Oh, Filk, jadi dia adikmu?" tanya Pak Wijaya.
"Eh, ah... iya, Pak..." balasku singkat. Kalau diceritakan sebenarnya, maka akan panjang dan bertele-tele. Jadi, aku iya kan saja.
"Kak Filkkkk!"
Tiba-tiba Frida berlari ke arahku, dengan senyuman penuh kebahagiaan di wajahnya dan kedua tangan terangkat ke depan. Entah karena refleksku tidak bekerja karena kejutan ini atau memang aku tidak ada niatan untuk menghindar, Frida pun berhasil memelukku. Hal ini membuat seluruh kelas ribut, terutama para laki-laki.
"Sialan kau, Filk!"
"Walau dia adikmu, tapi tetap saja membuatku iri!"
"Mati saja kau, Filk!"
Itulah beberapa kata-kata yang mereka lontarkan kepadaku. Sedangkan para perempuannya, histeris senang seolah melihat adegan romantis di film-film. Untuk Pak Wijaya, dia memberikan senyuman nakal kepadaku.
"Wah-wah, kalian ini beneran adik kakak, kan?" tanya Pak Wijaya. "Atau jangan-jangan kalian ini pacaran dan saling memanggil seperti saudara?"
"Dia memang adikku..." jawabku. "Ah, dia sudah lama di luar negeri dan ini adalah cara salam kepada anggota keluarga di sana..." tambahku agar menenangkan suasana ini.
"Iya, benar sekali. Ini adalah cara salam kami di luar negeri," sambung Frida sambil melepaskan pelukannya. "Bahkan, kalau aku melakukan ini..."
Tiba-tiba Frida menjinjit kakinya dan mendekatkan kepalanya kepadaku, tepatnya mencium pipi kananku. Ciumannya cukup bertahan lama, mungkin beberapa detik bibirnya menempel di pipiku sebelum dilepaskan dan memberikan senyuman manis kepadaku. Tentu hal ini membuatku kaget bukan main dan seluruh kelas menjadi lebih ribut.
"Ini juga merupakan salam kepada keluarga," sambung Frida.
"SIALAN KAU, FILK!" teriak para laki-laki.
"Kyaaa, romantisnya!" histeris para perempuan.
"Hahahahaha, ternyata begitu cara salam orang luar negeri kepada keluarganya. Ini ilmu baru untukku!" ungkap Pak Wijaya.
Sedangkan aku, berdiri diam dengan ekpresi kaget. Aku masih bisa memaklumi pelukan, tapi ini... sebuah ciuman. Memang bukan di bibir, tapi tetap saja ini namanya ciuman. Pertama kalinya seorang gadis atau perempuan menciumku, selain dari keluarga... Tunggu, Frida bisa dibilang keluarga, karena dia adikku. Tapi, tetap saja aku baru mengenalnya tadi pagi, jadi wajar saja aku sempat berpikir dia adalah seorang gadis bukan keluargaku dan aku jadi panik seperti ini.
Andai saja yang melakukan ini adalah Susan, aku pasti sangat bahagia sekali. Tapi, kurasa itu hanya angan-angan saja. Mana mungkin Susan berani melakukan ini, itu juga kalau memang dia punya perasaan suka kepadaku sehingga mau menciumku.
Setelah itu, Pak Wijaya menenangkan seluruh kelas agar kondusif. Kemudian, pelajaran pun dimulai. Walau memang sudah tenang di sini, tapi aku merasakan serangan hawa mengerikan dari mereka semua, dan kurasa ini dari laki-laki. Apalagi tiba-tiba Frida memindahkan bangkunya agar di sebelahku sehingga berdempetan denganku, dengan alasan ingin melihat buku catatanku, maka semakin besar rasa merindingku akibat serangan hawa mereka.
"Aku tidak bisa menyimak pelajarannya..." keluhku dalam hati.
Aku sudah meminta agar Frida melihat catatan buku teman lain saja, tentu saja yang perempuan, kalau laki-laki takutnya mereka macam-macam kepada Frida saat dia harus berdekatan dengan mereka. Tapi, dia menolaknya dan inginnya melihat catatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasiFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...