EPISODE KESEPULUH: KENCAN DENGAN HANTU

57 12 3
                                    

"Filk, kau terlambat!"

"Maaf, tadi aku harus membersihkan kamarku dulu."

"Ternyata kau orangnya jorok juga."

"Sudah, jangan membahas itu. Jadi, ada apa kau memanggilku ke museum ini lagi?"

"Tentu saja ada pekerjaan."

"Bukankah pekerjaan di sini sudah selesai?"

"Kalau yang waktu itu sudah, tapi ini baru lagi." Susan menarik lengan Filk. Mereka melewati beberapa pengunjung yang datang ke sini, melihat pajangan museum.

Mereka sampai di ruangan yang berisikan tentang pajangan kerajaan barat.

"Kuharap patung-patung lilin ini tidak bergerak," ucap Filk.

"Tenang saja, raja yang mengendalikan patung itu bergerak kan sudah diselesaikan?"

"Kau benar." Filk melihat ke sekitar. "Kenapa kita ke sini?"

"Menemui hantu klien kita." Datanglah seorang wanita berpakaian bangsawan ala barat berwarna coklat, sarung tangan putih, payung kecil di tangan, topi bundar dengan bunga merah kecil, mata biru, dan wajah orang barat. "Ini klien kita." Susan menunjuk wanita itu.

"Perkenalkan, namaku Wendi dari bangsawan Hilbbert keturunan tiga." Wanita itu mengulurkan tangannya, tentu dengan gaya bangsawan.

Filk bingung dengan uluran tangannya itu, karena punggung telapak tangan ada di atas. Dengan percaya diri, Filk menjabat tangan seperti rakyat biasa.

"Filk, bukan begitu," bisik Susan.

"Eh? Lalu aku harus bagaimana?"

"Sudah, tidak apa-apa. Aku memang tidak ingin menjadi bangsawan, jadi tidak apa-apa kalau salamnya seperti itu."

"Eh? Memangnya beda, ya?"

"Tentu saja beda, seharusnya tadi kamu mencium punggung tangannya."

"Sudah-sudah, jangan dipermasalahkan."

"Lalu, tuan put..."

"Panggil saja Wendi."

"Jadi, Wendi. Apa permintaanmu?"

"Kenapa kau malah bertanya, Susan? Bukankah kau tinggal menyentuhnya saja?"

"Kalau hantu yang terlihat seperti manusia dan bisa bicara. Enggak sopan kalau aku menyentuhnya."

"Aku ingin merasakan...merasakan... Merasakan ke...ke...ke...kencan."

"Hehhhh!? Kencan?" kaget mereka berdua.

"Iya. Aku mati dengan tanpa merasakan cinta, jatung berdetak kencang saat di dekatnya, kencan, apalagi menikah."

Filk menarik lengan Susan, sedikit menjauh dari hantu itu, untuk berbisik. "Susan, apa benar dia hantunya?"

"Iya, begitulah."

"Permintaan yang aneh."

"Memang. Tapi, mau bagaimana lagi?" Pandangan mereka tertuju ke hantu itu. "Baik, lalu apa yang harus kami lakukan?"

Hantu itu menundukkan kepalanya, dengan wajah kemerahan. Lalu dia menunjuk Filk. "Dia laki-laki, jadi... jadi... aku akan berkencan dengannya."

"APA!?" kaget Susan.

"Susan, apa kau tidak keberatan kalau aku pinjam pacarmu?"

"Di-di-dia bukan pacarku! Dia hanya par-partnerku!"

"Kalau aku sendiri tidak keberatan."

Siang hari, di tengah kota. Wanita berpakaian bangsawan dengan seorang pria, berjalan menuju toko baju wanita.

HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang