Dengan seorang anak kecil di tangan kanan, aku berjalan menuju komidi putar, bersama Susan yang memegang tangan kanan anak kecil itu. Kalau dilihat, kami pasti bisa dianggap seperti orang tua yang membawa anaknya ke taman bermain.
Sungguh benar-benar membuatku gugup. Bahkan, aku jadi terbayang kalau kami memanglah keluarga yang sebenarnya. Ahhh, aku jadi benar-benar ingin menciptakan keluarga dengan Susan.
"Hei, Filk. Kamu enggak apa-apa?" tanya Susan menyadarkanku dari imajinasiku.
"Eh, enggak apa-apa, kok!" balasku cepat. "Memangnya kenapa?"
"Soalnya kamu senyum-senyum sendiri."
"Ah, pasti Kak Filk kepikiran sesuatu yang lucu, kan?" pendapat anak kecil ini.
"Iya, itu benar sekali! Aku tadi kepikiran tentang komedi yang kutonton tadi. Hahaha!"
Untung saja Rio memberikan pendapatnya, kalau tidak mungkin aku kebingungan memberikan alasan yang pas kepada Susan. Mana mungkin aku menceritakan isi imajinasiku tadi kepadanya. Bisa-bisa aku malah dijauhi olehnya.
"Ah, Kak Filk, Kak Susan. Lihat, itu kuda-kudaannya!"
Kami pun melihat ke arah komidi putar yang berada jauh di depan kami. Tidak terlalu banyak dimasuki oleh pengunjung, jadi kami tidak perlu mengantri lama untuk bisa menaikinya.
Susan dan Rio yang menaiki komidi putar itu. Sedangkan aku berada di luar, sambil memberikan lambaian tangan dengan ekpresi senang kepada mereka. Mereka terlihat sangat menikmatinya. Kalau Rio aku bisa paham, karena dia memang ingin menaikinya. Tapi kalau Susan, aku tidak tahu kenapa dia ikutan senang dan terlihat menikmatinya.
Yah, apapun alasannya, itu tidak penting. Yang jelas, dengan begini, aku bisa melihat wajah bahagian Susan yang cantik. Sungguh menenangkan hati melihatnya begitu.
Setelah beberapa saat, komidi putar itu pun berhenti. Mereka berdua pun turun dari kuda yang mereka naiki dan berjalan menghampiriku.
"Bagaimana, apa kamu menikmatinya?" tanyaku kepada Rio.
"Hm, sangat senang sekali!" balasnya penuh keceriaan.
"Kamu mau naik wahana apa lagi?"
"Eh, enggak apa-apa?"
"Iya. Rasanya tidak akan puas kalau cuma satu saja, kan?"
"Kalau begitu. Ayo kita ke mobil-mobil yang ditabrak!"
"Ohh, bom-bom car, ya? Ayo, kalau begitu!"
Kami pun pergi mencari wahana bom-bom car. Sesampainya di sana, yang menaikinya aku dan Rio. Sedangkan Susan berdiri di balik pagar pembatas dan menonton kami. Kami menaiki mobil yang berbeda, sehingga kami bisa saling beradu.
"Kak Filk, ayo kejar aku!"
"Oke, akan kukejar kamu!"
Dengan cepat kuinjak gas bom-bom car yang kunaiki untuk mengejar Rio. Mungkin aku bisa saja mengejarnya dengan mudah, kalau saja pengunjung lain tidak menghalangi. Untungnya saja ini bom-bom car, jadi hal yang wajar kalau tertabrak atau ditabrak sehingga aku tidak akan kena marah oleh pengunjung lain.
Akhirnya, aku tidak berhasil menabrak bom-bom car yang dinaiki Rio. Malah, akulah yang sering ditabrak olehnya. Walau begitu, aku tidak merasakan sedih karena kalah. Malah, aku senang-senang saja.
Selanjutnya, kami menaiki wahana tembak bintang. Keretanya bisa memuat empat orang, jadi kami bertiga bisa naik bersama-sama. Hasilnya, akulah yang banyak menembaki bintang. Kedua adalah Rio. Sedangkan Susan terakhir, dengan tanpa mengenai satu pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasyFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...