Limosin yang dinaiki Filk dan Susan, berjalan melewati tol. Perjalanan yang cukup jauh, tanpa disadari sudah siang hari. Mereka sudah memasuki kota, menuju ke tengah kota tepatnya. Sesampainya di sana, mereka berhenti di sebuah mansion yang cukup besar.
"Kita sudah sampai, ayo kita turun," ucap Susan. Pintu pun dibuka oleh pria berjas yang mengemudi limosin ini.
Filk dan Susan turun. "I-I-I-Inikah rumah bos-nya?" gumam Filk dalam hati.
"Ayo, Filk." Susan berjalan memasuki mansion besar berwarna putih itu, diikuti Filk. Mereka berjalan menaiki tangga yang besar di depan. Lalu berhenti di depan lukisan yang sangat besar.
"Kenapa berhenti?"
"Lihat dan amati!" ucap Susan dengan nada senang.
Susan meletakan telapak tangannya ke bagian bawah bingkai besar berwarna emas itu. Lalu mencengkramnya, dan menariknya ke bawah. Bagian bingkai yang dicengkram oleh Susan tertarik ke bawah, seperti sebuah tuas rahasia. Lalu lukisan besar terbelah dua, dan muncul sebuah lift.
"Ki-Ki-Kita akan menaiki itu?" tanya Filk dengan ragu.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Hmm... Susan, ada yang ingin aku bi..."
"Bicaranya nanti saja! Kita harus segera menemui Tuan Jaka!" Susan menarik lengan Filk, lalu masuk ke lift itu.
Lift bergerak ke bawah. Masih memegang lengan Filk, Susan memasang wajah sedikit serius dengan pipi sedikit memerah. Sedangkan Filk memasang wajah pusing dan pucat. Tak lama kemudian Filk pingsan.
Perlahan Filk membuka matanya, dan melihat langit berwarna putih.
"Filk?" panggil suara wanita yang tidak asing baginya. Filk melihat ke arah suara itu, letaknya di sampingnya. Dia melihat Susan sedang duduk di sampingnya, memasang wajah cemas. "Filk! Kau tidak apa-apa?!"
"Aku baik-baik saja. Maaf, Susan. Aku membuatmu cemas."
Susan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, yang penting kau baik-baik saja. Filk, apakah kau..."
"Iya, aku memang tidak bisa menaiki lift. Sekali naik, kepalaku terasa melayang dan pingsan."
"Se-Seharusnya aku tadi mendengarkan apa yang ingin kau bicarakan tadi."
"Tidak apa-apa, lagipula mau tidak mau, aku harus menaiki lift itu, kan?"
"Ti-Ti-Tidak juga. Kita bisa saja menggunakan tangga yang ada di bawah tangga besar itu. Aku minta maaf!"
"Sudahlah, sudah terlanjur. Dengan ini kita impas, kita sama-sama mengetahui kelemahan kita masing-masing."
Susan tersenyum senang, pipi memerah. "Iya."
Suara pintu terbuka terdengar. Datang seorang pria berpakaian kemeja hijau, celana biru gelap, rambut putih pendek, berkacamata, dan berkulit putih. Dia berjalan mendekati Filk yang terbaring di ranjang putih. Susan berdiri.
"Oh, tuan Jaka," ucap Susan.
"Kau sudah bangun, Filk," ucap pria itu.
"Seperti yang terlihat," jawab Filk.
"Susan, aku ingin bicara dengan Filk secara pribadi."
"Baiklah, aku permisi." Susan pergi dan menutup rapat pintu ruangan itu.
"Jadi, apa yang ingin dibicarakan secara pribadi?"
"Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih telah datang kemari. Aku ingin membicarakan tentang ayahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasyFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...