"Jadi, namamu Adrian Nugraha? Aku Susan Nail, panggil aku Nail." Sekarang mereka sudah ada di luar museum.
"Senang bisa bertemu denganmu, Nail."
"Kau dari clan Ore? Dan baru bekerja?"
"Be...begitulah. Filk, selanjutnya aku pasti bisa menangkap hantu dengan tangan sendiri!"
"I-iya, baiklah..."
"Kalau begitu, saya permisi." Adrian pun pergi.
"Jadi... Sudah selesai?" tanya Filk.
"Iya, memangnya harus bagaimana lagi?"
"Tidak, rasanya aku tidak menyelesaikan apapun."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita masuk lagi ke museum?"
"Tidak tidak, aku tidak mau masuk lagi ke museum itu. Sebaiknya kita pulang juga."
"Iya." Mereka pun pergi. Berjalan di bawah sinar bulan menuju rumah mereka. Sampailah mereka di sebuah persimpangan. "Kalau begitu, aku duluan. Selamat malam."
"Iya." Filk berbalik.
"Filk."
"Hm." Dia berbalik lagi.
"Terima kasih... Kau sudah menyalamatkanku."
"Itu sudah menjadi pekerjaanku." Lalu dia pun pergi.
***
Setelah pekerjaan itu, hari demi hari Filk lewati dengan tidak bekerja. Filk pun tidak bertemu lagi dengan Susan, di sekolah maupun di jalan. Hari sabtu pun tiba.
"Filk, kau tidak apa-apa?" tanya Kakaknya, melihat Filk sedang bersandar melihat langit rumah dengan kosong, di sofa.
"Tidak apa-apa," jawabnya, datar.
"Belakangan ini kau pulang cepat, murung, tidak bersemangat. Apakah karena kau tidak bekerja lagi? Atau kau dipecat?"
"Bukan, hanya... mungkin kebetulan tidak dapat klien."
"Kakak ingin menanyakan ini sedari dulu. Pekerjaanmu apa?"
"Seorang detektif."
"Kalau begitu, tolong ceritakan petualanganmu kepada Kakak."
"Maaf, Kak. Klien memintaku untuk merahasiakannya."
"Baiklah." Nida hendak pergi, tapi dia balik lagi. "Bagaimana kalau sekarang kita jalan-jalan?"
Filk memikirkannya dengan wajah murung, meletakan tangannya di dahinya. "Baiklah, daripada tidak ada kegiatan lagi."
"Hore!" Dengan cepat Nida berlari ke kamarnya. Setelah beberapa lama, Nida kembali dengan pakaian kaos merah muda, rok putih dengan celana jeans. "Ayo!"
"Sepertinya dia semangat."
Filk pun bersiap-siap dan mengambil tabungannya. Sekarang mereka sudah siap untuk pergi. Nida mengatakan ingin pergi ke sebuah mall. Di bawah sinar matahari, mereka menaiki bis untuk menghemat tenaga.
Sampailah mereha di depan gedung mall. Di sini sangat ramai dengan orang-orang yang memiliki pemikiran dengan Nida.
"Ramai sekali. Kita harus cepat, Filk." Nida menarik lengan Filk, menerobos masuk mall.
Nida melewati orang-orang yang ada di dalam mall. Terus berjalan melewati beberapa toko, dan Nida pun berhenti di depan toko pakaian wanita.
"Filk, aku mau beli..." Nida membalikan badannya untuk berbicara dengan Filk, tapi dia menghilang. "Lho? Ke mana dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG BERPUTAR S1 & S2 (Slow Update)
FantasíaFilk, siswa SMP biasa yang tidak takut dengan hantu, dan tidak percaya dengan mitos-mitos. Keyakinannya berubah setelah bertemu dengan Susan Nail, gadis dari clan Ure, clan yang bertuga memulangkan roh penasaran ke alam baka dengan memenuhi harapan...