Hari ini aku disibukkan dengan bersih-bersih rumah karena kemarin, aku dan Mas Farhan pindah ke rumah baru yang dihadiahkan oleh Abbi. Sehari setelah acara resepsi, Mas Farhan langsung mengajakku pindah. Aku sempat keberatan karena itu artinya aku harus pisah sama Ayah, Bunda dan Bang Fahri tapi Bunda memberitahu bahwa aku harus ikut dengan suamiku.
Aku menghempaskan tubuhku di sofa ruang tamu untuk mengistirahatkan badan yang rasanya pegal-pegal. Ternyata capek juga membersihkan rumah ini sendirian. Mas Farhan pagi-pagi sekali sudah pergi, katanya ada keperluan dengan teman bisnisnya makanya dia tidak bisa membantuku. Dia sempat bilang padaku kalau bersih-bersihnya nanti saja tunggu dia pulang tapi aku tidak nyaman dengan rumah yang berantakan dan debu dimana-mana.
Aku melirik jam di atas TV, ternyata sudah jam tiga. Aku belum makan siang tapi rasa capekku mengalahkan rasa laparku. Makannya nanti saja mungkin sebentar lagi Mas Farhan pulang. Aku mengambil remote TV dan mencari acara kartun kesayanganku. Aku masih memakai kerudung dan kaos kaki karena pintu rumah sengaja tidak aku tutup biar angin bisa masuk tapi untuk jaga-jaga saja siapa tau ada tetangga yang bertamu. Rasanya mataku mulai berat, mungkin memejamkan mata sebentar bisa menghilangkan kantukku.
______
Author POV
Farhan baru saja turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah yang tidak tertutup. Dia menatap heran pada pintu rumah yang tidak tertutup. Kenapa pintunya dibiarkan terbuka? Kalau ada maling bagaimana?, pikirnya. Farhan mempercepat langkahnya dan menemukan Anjani tertidur di sofa dengan kepala terkulai di pinggiran sofa dan tangan yang memegang remote TV. Farhan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya yang ceroboh. Bisa-bisanya dia tertidur sementara pintu rumah tidak di tutup. Farhan duduk disisi kanan Anjani dan membangunkannya.
"Jani... bangun. Kok tidur disini sih?" Farhan mengusap pipi Anjani.
"Jani ..." kali ini dia mengusap lengan Anjani yang tertutup kerudungnya yang panjang. Anjani hanya bergumam dan menggeliat kemudian mencari posisi yang nyaman untuk tidur kembali. Farhan tidak kehabisan ide untuk membangunkan istrinya. Dia menyusupkan tangannya ke belakang leher Anjani dan mengangkat kepala Anjani. Tangan kanannya dia pake untuk menarik hidung Anjani.
"Bangun putri tidur..." Farhan menarik hidung Anjani tapi tidak menyakitinya.
"Ehhmmm" Anjani mengerjapkan matanya yang sangat susah untuk dibuka. Farhan tertawa melihat tingkah Anjani yang menurutnya sangat menggemaskan. Setelah beberapa detik, Anjani sepenuhnya sadar dan melihat Farhan sedang merangkulnya.
"Mas Farhan sudah pulang. Dari tadi ya Mas. Maaf ya Anjani ketiduran." Anjani menyesali dirinya yang ketiduran saat menunggu Farhan pulang. Dia menegakkan badannya kemudian mengambil tangan Farhan untuk di cium. Tidak ada lagi rasa canggung dan gugup saat mereka berduaan seperti ini. Memang benar semua hanyalah masalah waktu untuk membuatnya terbiasa.
"Enggak apa-apa. Kamu kelihatan capek banget." Farhan mengelus kening Anjani yang berkeringat. Dia teringat akan pintu yang masih terbuka.
"Lain kali pintu rumah ditutup apalagi kamu tadi tidur, kalau ada yang masuk gimana?"
"Astaghfirullah ... aku lupa Mas. Tadikan memang enggak mau tidur tapi ketiduran."
"Dasar ceroboh ..." Farhan mencubit pipi Anjani, membuat Anjani cemberut.
"Kamu sudah sholat?" Farhan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore.
"Sudah kok." Anjani tersenyum dan bangkit dari duduknya.
"Jani, siapin air ya. Mau mandi nih gerah banget." Farhan juga bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu untuk di tutup dan kembali merangkul Anjani menuju kamar mereka. Anjani mengernyitkan kening, merasa heran dengan perintah suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANJANI
SpiritualJika kita jatuh cinta maka cintailah sang pemilik hatinya, pemilik cintanya, Allah. Insya Allah kau akan dipersatukan dengannya karena cinta Allah.- Farhan Aku mencintaimu karena Allah.- Anjani