Aku membuka satu per satu hiasan di baju dan kerudungku. Ternyata banyak juga. Kenapa tadi aku tidak meminta bantuan Bunda dan Ummi. Hahhhh aku sangat lelah rasanya mau langsung tidur saja tapi tidak mungkin aku tidur menggunakan gaun ini.
Pintu kamar terbuka, aku menoleh dan mendapati Mas Farhan berdiri disana memandangku. Jantung ini kembali berdetak cepat saat dia berjalan mendekatiku. Aku terlalu gugup menyadari bahwa aku hanya berdua dengannya saat ini. Tidak ada yang pernah memasuki kamarku selain Ayah dan Abang. Rasanya aneh dan asing, tapi aku harus membiasakannya bagaimanapun sekarang Mas Farhan adalah suamiku.
"Perlu bantuan?" tanya Mas Farhan.
"Engg.." Mas Farhan terkekeh menyadari aku terlalu gugup dan belum terbiasa dengan kehadirannya. Mas Farhan menangkup wajahku, membuatku kaget.
"Enggak perlu gugup, kamu kayak baru kenal aku aja." Mas Farhan terkekeh lagi dan mengusap kepalaku. Dia membacakan doa di atas kepalaku dan mengecup keningku lama. Ada rasa yang aneh saat dia melakukan itu, hatiku menghangat dan wajahku memanas. Ya Allah, rasanya begitu indah saat kita mencintai dan dicintai tanpa ada batasan lagi. Semua yang kami lakukan tidak akan menimbulkan dosa tetapi akan berbuah pahala.
"Mas ..." Mas Farhan menatapku dengan alis terangkat saat mendengar panggilanku padanya.
"Enggak apa-apa kan kalau Jani panggil dengan sebutan Mas. Jani ingin menghormati Mas, tidak sopan seorang istri memanggil suaminya dengan namanya. Benarkan?" Mas Farhan tersenyum dan mengangguk. Hanya Mas Farhan yang memanggilku Jani, dulu waktu kami masih kecil dia sering memanggilku Jani alasannya karena namaku terlalu panjang kalau harus memanggil Anjani.
"Mas bantuin ya.." aku mengangguk dan membiarkanMas Farhan melepas pernak-pernik di kerudungku. Rasa gugup itu datang kembalisaat Mas Farhan melepas kerudungku. Kini rambut sebahuku terurai tanpa penutup.
"Mas kira rambut kamu sepinggang." Mas Farhan menyisir rambutku dengan lembut sesekali memainkannya.
"Kamu cantik.."
"Emm Mas sebaiknya mandi deh, enggak gerah apa?" Aku berusaha menutupi kegugupanku dengan mengalihkan pembicaraan.
"Kamu ngusir nih? Enggak mau dibantuin buka resleting gaunnya?" Ya Allah, Mas Farhan enggak ngerti ya kalau disini ada jantung yang mati-matian aku kendalikan.
"Mas..." Rajukku padanya. Dia terkekeh dan mengusap kepalaku.
"Ya sudah, Mas panggilkan Bunda dulu ya biar bantuin kamu." Aku mengangguk dan Mas Farhan berlalu dari hadapanku. Tak lama, Mas Farhan datang dan segera masuk kamar mandi. Bunda masuk dan membantuku membuka gaun berat ini.
Aku segera masuk ke kamar mandi saat Mas Farhan selesai mandi, sebelumnya aku telah menyiapkan bajunya di atas kasur. Tugas pertamaku sebagai seorang istri.
Aku keluar kamar mandi dengan menggunakan baju tidur lengan pendek dan celana panjang. Aku menghampiri Mas Farhan yang sudah berbaring di atas kasur. Kembali rasa gugup itu muncul saat aku hendak berbaring disampingnya.
Aku berbaring menghadapnya dan dia memiringkan badannya menghadapku.
"Capek ya...?" tanyanya. Aku mengangguk.
"Ayo tidur." Aku mengangguk lagi dan Mas Farhanmenarikku mendekat. Dia mendekapku, melilit tubuhnya di tubuhku seperti guling.Rasanya nyaman, dalam kondisi tubuh yang capek dan tempat yang nyaman membuatkumengantuk dan membiarkan alam mimpi mengambil alih.
******
Vote dan Comment ....

KAMU SEDANG MEMBACA
ANJANI
SpiritualitéJika kita jatuh cinta maka cintailah sang pemilik hatinya, pemilik cintanya, Allah. Insya Allah kau akan dipersatukan dengannya karena cinta Allah.- Farhan Aku mencintaimu karena Allah.- Anjani