11-Liburan

472 9 0
                                    

Assalamualaikum
Maaf.. Baru sempat upload.
Wattpad aku kemarin ada yang bajak jadi nggak bisa di buka padahal statusnya aktif.
Alhamdulillah sudah bisa kembali..

Happy reading 😊

***
“Jan, bangun..” samar aku mendengar suara Mas Farhan. Aku tidak langsung membuka mata tetapi kembali mencari posisi yang enak.
“Jani bangun atau Mas tinggal nih.” Merasa terganggu dengan cubitan-cubitan kecil di pipiku, aku kemudian membuka mata dan menyesuaikan cahaya dengan pandanganku. Aku melihat Mas Farhan mengobrol dengan tante Disha, adiknya Ummi. Sekarang kami berada di Makassar. Sejam yang lalu kami baru saja sampai di sini dan sekarang aku berada di dalam mobil tante Disha.
“Mas” aku memanggil Mas Farhan. Mas Farhan berbalik melihatku dan tersenyum.
“Akhirnya kamu bangun.” Aku tersenyum, Mas Farhan mencubit hidungku kemudian merapikan hijabku.
“Ayo turun, kita sudah sampai.” Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling dan baru tersadar ternyata kami sudah berada di sebuah halaman rumah yang sangat asri.
“Ini rumah tante?” aku menunggu Mas Farhan yang sedang mengambil barang.
“Iya, ini rumah tante. Ayo masuk” aku menunggu Mas Farhan mengeluarkan barang-barang kami. Setelah itu kami masuk ke dalam rumah yang sederhana tapi terlihat sangat nyaman.
“Assalamualaikum..” Ucapku dan Mas Farhan bersamaan.
“Waalaikumsalam” Tante Disha menjawab salam kami karena memang tadi beliau masuk duluan.
“Ayo duduk dulu, barangnya biar nanti di bawakan sama mbak Dina.”
“Jan” panggil Mas Farhan saat kami duduk di ruang tengah menunggu tante Dila yang tadi ke arah belakang rumah.
“Ya?”
“Di rumah ini ada Om Damar sama Reza sepupu mas. Jadi, komunikasinya tolong di jaga ya.” Aku mengangguk menjawab omongan Mas Farhan.
“Iya Mas. In sya Allah.”
“Farhan, Anjani kalau mau istirahat ke kamar aja ya. Kamarnya sudah di beresin sama mbak Dina.”
“Iya tante terima kasih.”
“Kalau gitu tante mau pergi dulu. Kalau ada perlu minta sama mbak Dina aja.”
Setelah tante Dila pamit. Aku dan Mas Farhan ke kamar yang ditunjukkan oleh mbak Dina.
“Mas, kita jalan-jalan yuk. Jani mau lihat kota Makassar.” Aku menarik tangan Mas Farhan. setelah mengganti pakaian, aku langsung keluar ke halaman rumah. Melihat masyarakat sekitar melakukan aktivitasnya di siang hari. Karena rumah tante Dila di dalam kompleks jadi kami tidak terlalu terganggu dengan suara bising kendaraan. Setelah puas berdiri di depan rumah sambil sesekali menyambut sapaan warga sekitar, aku kembali ke kamar dan menarik Mas Farhan.
“Nanti aja Jan, sekarang lebih baik kamu istirahat. Mas juga capek.” Aku cemberut dan langsung naik ke tempat tidur dan berbaring menyamping setelah membuka kerudungku.
“Jangan ngambek, sore nanti kita jalan-jalan. Mas pinjam motor sama Om Damar.” Mas Farhan terus saja mencium dam meniup pipiku yang bisa disentuhnya. Sadar dengan sikapku yang kekanakan, aku langsung merubah posisi menghadapnya.
“Janji ya?” aku menatapnya yang tersenyum kearahku.
“In sya Allah sayang. Ya udah sekarang kita tidur.” Aku mendekat kearah Mas Farhan yang berbaring di sampingku.

Aku terbangun saat mendengar suara Adzan Dhuzur. Aku melirik ke samping dan ternyata Mas Farhan tidak ada di sebelahku. Aku memakai kerudungku kemudian keluar kamar mencarinya.
“Wihh seru tuh bang..” samar-samar aku mendengar suara dari ruang tengah. Di sofa, ada Mas Farhan dan seorang laki-laki dengan seragam SMA.
“Mas..” panggilku. Kedua orang itu langsung menoleh, aku tersenyum sopan kepada remaja berseragam SMA itu.
“Assalamualaikum kakak ipar.” Ucapnya terlalu antusias.
“Waalaikumsalam wr wb.”
Aku duduk di sebelah mas farhan.
"Kenalkan adik ipar mu yang paling ganteng, Reza." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Aku membalasnya dengan menangkupkan kedua tanganku di depan dada.
"Anjani."
"Eh maap. Lupa. Istri ustad mah gitu. Aduh aneh ya rasanya liat bang farhan udah punya istri"
"Reza.. ngk boleh gitu." Ucap mas farhan.
"Jadi pengen nikah muda juga"
Aku tertawa mendengar guyonan reza.
"Sekolah dulu yang benar. Baru boleh mikir ke sana."
"Bang farhan juga masih sekolahkan tapi boleh-boleh aja."
"Sekolah sama kuliah itu beda za."
"Sama aja bang.. Kenapa aku ngk boleh nikah muda?" ucap Reza mendramatisir
"Karena kamu masih bandel. Ngurus diri sendiri aja ngk bisa mau ngurus anak orang lagi." Tante dela tiba2 muncul dari depan pintu. Sepertinya tante dela baru pulang.
"Assalamualaikum" ucapnya
"Waalaikumsalam" ucap kami serentak.
"Mama dari mana?" Tanya reza yang kini sudah berpindah duduk di sofa single.
"Harusnya tuh mama yg tanya. Kenapa jam segini sdah pulang? Bolos lagi kamu?" Tante dela meletakkan belanjaanya dan memanggil mbak dina untuk membawa ke dapur.
"Memang gurunya yg nda ada ma." Balas reza. Tante dela seperti memarahi reza dengan bahasa makassar yg tidak aku mengerti.
"Iya ngerti. Ya udah deh aku mau ke sekolah lagi. Dah ma" reza mencium sekilas pipi tante dela setelah itu berlari keluar rumah. Sedetik kemudian terdengar teriakan reza yg pamit padaku dan mas farhan. Aku tertawa melihat tingkah remaja SMA itu.
"Tu anak memang begitu maklum saja ya." Ucap tante dela setelah reza benar-benar2 pergi.
"Kalau bisa ajarin sepupu kamu han biar ngk urakan kayak gitu. Tante ampun deh sama kelakuannya."
"Yah bukan reza kalau dia ngk kayak gitu tante." Aku dan mas farhan tertawa bersama.
"Ya udah tante mau ke dapur dulu."
"Iya tante." Ucapku.
Setelah aku dan mas farhan tinggal berdua, aku menoleh padanya dan menatapnya lama.
"Kenapa liatin mas kayak gitu? Mau ke kamar?" Aku melebarkan mataku setelah mebdengar mas farhan. Apa-apaan itu..
"Iss ngk usah mulai.. tadi mas janji sama jani mau jalan-jalan" aku menaik turunkan alis ku menunggu jawabannya.
"Ingat aja sih kamu. Shalat dulu baru jalan. Ayo"

ANJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang