What wrong?

10 0 0
                                    

Nabila datang ke rumah kakek Samantha seorang diri, setelah Samantha bercerita bahwa ia memiliki felling bahwa ada sesuatu yang menjanggal di kematian kakeknya.

Nabila menaruh kecuriagaan besar kepada Danil, ia berfikir bisa saja ia menyuruh teman-teman premannya untuk membunuh kakek Samantha, namun ia pun berfikir kembali motif apa yang membuat Danil membunuh kakek Samantha. Ini semua membuat kepalanya ingin pecah.

Tante Zaskiyah menyambut hangat kedatangan Nabila. "Samantha... Nabila sudah dateng nih," sahut tante Zaskiyah kepada anak semata wayangnya itu.

Samantha langsung bergegas dari kasurnya, dan menghampiri sahabatnya yang masih berdiri didepan pintu, tanpa menyuruh Nabila masuk terlebih dahulu Samantha langsung menarik tangan Nabila dengan sangat keras menuju keluar rumah.

"Eh eh mau kemana kalian..." tanya tante Zaskiyah yang kaget dengan kelakukan anaknya.

"Mau kekebun teh mah..." jawab Samantha.

Nabila hanya bisa mengikuti dengan pasrah tanpa melakukan penolakan sedikit pun kepada sahabatnya.

***

Mereka duduk disebuah gubuk kecil dimana biasanya engkong menghabiskan waktunya disini, gubuk itu langsung menghadap kearah kebun teh yang sangat hijau dan menebarkan aroma yang khas dan sejuk.

Suasana ini dapat membuat Samantha lebih rileks untuk menceritakan kegalauannya kepada Nabila. Nabila juga sangat menikmati susana didesa ini mampu membuat fikirannya sedikit lega seperti sedang tidak terjadi apa pun.

Samantha menarik nafasnya dan memejamkan matanya, lalu membuang nafasnya secara pelahan-lahan, ia perlu melakukan sebuah pemansan kecil sebelum bercerita kepada Nabila.

"Aku nemuin permen karet dideket jendela kamar engkong aku Na," suara Samantha sangat sayu, dan mantanya menatap jauh kelangit yang amat biru saat itu.

Nabila sebenarnya ingin sekali megutarakan kecuriganya kepada Danil, namun ia takut semakin membuat Samantha terbeban.

"Permen karet? Maksudnya Tha?" Nabila bertanyanya dengan penuh kehati-hatian.

"Iya permen karet, aku gak sengaja menginjaknya, sebenernya sebelum aku menemukan permen karet aku undah yakin ada yang menjangaal atas kematian engkong...." suaranya masih sangat sayu dan matanya terus memandang jauh kelangit biru, seakan akan ia berharap engkongnya dapat mendengar semua pembicarannya dengan Nabila.

"Emang ngejanggal gimana si Tha? Aku masih gak ngeh' sama apa yang kamu omongin.." Nabila menatap sahabatnya itu dengan penuh tanda tanya besar, ia pun masih menjaga sikap agar tidak keceplosan dengan kecurigaanya itu.

"Aku sempet nanya kebeberapa pegawai engkong aku yang kerja dikebun teh, mereka juga merasakan ada sebuah kejanggalan. Sebelum engkong meninggal para pegawainya masih melihat engkong segar bugar, mereka tidak merasakan firasat apapun,"

"Tapi kan ajal gak ada yang tau Tha mungkin emang udah waktunya kakek kamu." Nabila mencoba menenangkan sahabatnya.

"Iya, aku tau ajal gak akan pernah tau, tapi aku yakin ada campur tangan manusia kali ini pasti ada yang mencelakan engkong. Dan ada salah satu pegawai yang bilang sama aku, sebelum engkong pulang kerumah dari kebun teh, pegawai itu melihat engkong berbicara dengan cowok yang tampilannya seperti orang kota, dan menurut pegawai itu mereka pergi kerumah engkong." Matanya beralih memandang hamparan kebun teh.

Nabila hanya tersenyum tipis mendengar penjelasan sahabatnya itu. "Cowok kota? Siapa tha?" tanya Nabila lagi.

"Aku gak tau siapa, kalo aku tau sekarang juga aku samperin. Tapi yang membuat semakin aneh adalah Bibi pembantu engkong gak melihat ada satu cowok pun yang datang kerumah engkong saat itu, pertanyanya adalah mereka kemana dan ngapain?." Suranya semakin sayu, matanya semakin merenawang jauh.

My Dream?.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang