Halaman 6 #

337 2 0
                                    

          " Oh, yah aku lupa ". Gumamku, aku tak tahu apakah ia mendengarkan atau tidak. Aku memutar badan ku, setengah miring tuk memeriksa tas plastik orange yang berada di dekatku duduk. Isinya tentang pernak-perniknya Natasha Samailova yang sudah ku kumpulkan. Aku beranjak dari duduk ku, dan aku berjalan kearah samping ku, menyusuri bangku-bangku lainnya dimana ia duduki.         

          Aku pun menyerahkan tas plastik orange itu kepada Oliver. Dan ia pun menerimanya dan mengeluarkan semua isinya ke sebelah tempat duduknya yang kosong dan sambil memilah ia berbicara sambil menatapku. " Untukku, yah?". Kemudian ia kembali memilah. " Sebenarnya aku tidak begitu mengidolakannya. By the way. Kamu dapat dari mana ini semua?" Tanyanya kemudian." Mudah saja."                                                                                                                                                       "Tapi. Hi-mit-su-desu yo,rahasia." Ucapku sambari tersenyum. "  Kau, mencurinya didinding orang,yah?". " Enak saja. Mau, gak, kalau enggak mau, ku buang nih." Kataku menyernyitkan kedua alis ku. sambari memasukkan foto-foto, dan foster,artis Natasha. " Kemarikan."   Dengan kecepatan cahaya foto itu sekarang berada ditangan Oliver. Aku menatapnya dan tersenyum,karena tertawaku tertahan, jadi aku tersenyum dan suara tawa pun membahana. Ia menatapku, aku pun jadi terdiam.  Berapa menit kemudian aku mulai tenang.                                                                                                                                                                              " Besokkan minggu,aku ada kejutan untuk mu. Kamumau gak?" Tanyaku. Aku ingin membuat kejutan untuknya. eit kenapa aku begitu perhatian kepadanya, aku sepertinya . Sepertinya perasaanku mulai tumbuh bunga cinta kepadanya. Tapi aku baru berumur enam belas, aku takut ia akan menganggap aku masih anak kecil. Aku belum pernah merasakan perasaan begini .          "Aku- tidak- mau." Sepotong demi sepotong ia menjawab pertanyaanku. " Mau gak mau kau harus datang. Besok aku tunggu di cafe Aquamarine, jam sembilan pagi. Gimana udah dengarkan." Ucapku sambil mencatat waktu dan tempat janjianku.

" Bukan urusanku. Kalau kau mau kencan cari cowok  yang lebih sesuai dengan mu, jangan seperti aku." Mendengar perkataannya membuat hatiku perih. Perkataannya hanya bersahaja tapi  tanpa terlihat perkataannya telah menusuk keuluh hatiku.

MY BOYFRIEND IS A SUPER STAR  Chapter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang