6 Bentakan Pertama

5.3K 244 3
                                    

Waktu seakan berjalan begitu lambat bagi Alice. Pelajaran Sejarah tak pernah disukainya semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Alasannya praktis, hidup akan terus berjalan ke depan. mempelajari masa lalu, berarti membuka luka lama. Dan Alice, tidak lagi ingin mengusik luka lama yang mulai mengering.

Beberapa kali ia selalu memantau waktu melalui arloji pemberian Resta di pergelangan tangan kirinya.

Getar di saku rok abu-abunya membuyarkan lamunan gadis itu.

Dek, ntar sore tiba-tiba ada tanding futsal, kamu pulang bareng Iqbal lagi yaaa. Bye adek sayang.

Alice mendengus kesal.

Baru pagi tadi Anda setengah memaksa untuk menjemput Alice selesai latihan karena alasan ia ingin memastikan adiknya tidak pulang bersama pacar yang belum mengantongi restu darinya. Bahkan kakaknya Alice itu mengiming-imingi akan menemaninya nonton film horror terbaru yang nangkring di bioskop.

Anda selalu memutar otak untuk memisahkan Alice dari pacarnya. Meskipun berulang kali Alice mencoba menjodohkan kakaknya dengan Jesika, satu-satunya teman perempuan Anda yang pernah dibawanya ke rumah, namun Anda lebih peduli pada hubungan adiknya daripada hubungannya sendiri.

Anda tidak pernah ingin menjalin hubungan yang serius dengan wanita lain, karena baginya Alice sangat membutuhkan dirinya meskipun notabene adik kecilnya kini sudah berseragam putih abu-abu.

Bagi Anda, Alice selalu seperti malaikat kecil yang akan terus dijaganya. Tak jarang sikap protektif Anda membatasi hubungan Alice dengan lelaki lain termasuk Resta. Namun tidak dengan Iqbal.

Selain sahabat Alice, Iqbal sudah dianggap sebagai anak dalam keluarga Alice. Saat Iqbal berusia 5 tahun, bocah itu tinggal di rumah Alice karena orang tuanya yang harus kembali ke Jerman menyelesaikan proyek kerja sama yang berlangsung selama 10 tahun.

Kriiiing! Kriiiiing!

Yees! Jam istirahat telah tiba. Berarti usai istirahat nanti, ia tidak lagi akan kembali ke kelas. Alice akan kembali beradu akting dengan tim dramanya.

Langkahnya ringan meninggalkan kelas bersama sahabatnya Gisel, Fista,dan Ghea. Mereka menyusuri lorong dengan canda tawa, hati mereka, secerah langit pagi menjelang siang ini.

Sedangkan Keke dan Xelon berada pada gedung sekolah yang lain karena jurusan mereka yang berbeda. Seperti biasa, mereka janjian bertemu di kantin dan akan menghabiskan makan siang di kantin dengan melahap apa saja yang mereka inginkan.

"Kita perlu bicara." Tiba-tiba Resta menarik tangan Alice dan berjalan menjauh dari teman-temannya yang mematung di koridor.

Alice terdiam. Teman-temannya juga diam.

Alice yang tidak tahu apa-apa mengekor di belakang Resta dengan tangan yang masih dalam cengkraman Resta.

Setelah mencapai atap sekolah, Resta dengan gusar berjalan menjauh dari Alice. Tatapannya kosong. Menatap ke depan dengan tenang, seolah tidak ada siapa-siapa di sana.

"Kak..." Alice yang sudah menyejajarkan tubuhnya dengan Resta terlihat ragu-ragu menatap pria di sebelahnya.

Resta tak bergeming. Pandangannya masih lurus ke depan. Seolah-olah bangunan gedung tinggi pencakar langit lebih menarik daripada apapun yang ada di sekitarnya.

"2 bulan lagi, tepat perayaan anniversary ke 5 kita..." Kalimat Resta menggantung. Seakan apa yang akan diucapkannya begitu berat.

Hening.

"Ada apa kak?" Kini dengan ragu-ragu Alice menyentuh bahu Resta. Ia ingin mengembalikan cowok itu dari lamunan panjang yang telah berlangsung lebih dari 10 menit.

Possessive Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang