4 Sms Pertama

6.4K 269 5
                                    

"Oke guys, gue di sini mau ngingatan kalian semua, minggu depan pelatihan intensif kita mulai. Untuk belajar di kelas, tetap akan berlangsung sampai jam istirahat dan setelahnya kalian mendapatkan izin langsung dari kepsek. Ada pertanyaan?" Gitto mengedarkan pandangan ke sekeliling aula tempat para peserta festival berkumpul.

"Ruang kita latihan dimana Kak?" Diola dari tim tari daerah kontemporer mengacungkan tangan dan bertanya dengan manja. Alice jengah dengan suara manjanya yang ingin menarik perhatian semua orang.

"Oh iya, thanks udah ingatin Ola. Untuk lokasi gue kabarin nanti setelah konfirmasi dengan Wakil Sarana Prasarana. Oke, kalau enggak ada lagi pertanyaan. Selamat berlatih dan selamat sore." Gitto berlalu di depan 121 peserta yang akan mewakili sekolah mereka dengan mayoritas cewek.

Melihat tubuh tegap Gitto tidak sedikit di antara siswi lekat menatapnya. Tapi sayang, sejauh ini belum ada cewek yang terdengar benar-benar membuatnya luluh, selain kedekatannya dengan Fifian yang sempat tersebar.

Alice memanjangkan leher menanti kehadiran Resta yang belum bergabung diantara mereka. Seleksi untuk tim basket memang berjalan sengit dan ketat, bahkan saat semua cabang usai menyelenggarakan seleksi, masih terdengar sorak sorai penonton menyaksikan seleksi tim inti basket.

Satu persatu siswa meninggalkan aula tempat pengumuman berlangsung sekaligus mempererat kebersamaan antar peserta perwakilan SMA Garuda Jaya.

Alice ikut berjalan keluar sambil membaca buku panduan persiapan lomba yang akan mereka jalani lebih kurang sebulan dan mengedarkan pandang sesekali mencari keberadaan Resta.

"Yuk pulang!" Kehadiran Resta yang tiba-tiba dan ucapannya yang tepat dekat telinga Alice sontak mengagetkan Alice.

Tanpa sadar, buku panduan yang dibawanya segera mendarat di wajah tampan Resta.

Bug! Bug! Bug!

Cukup tiga kali serangan yang ia berikan, Alice terdiam dengan tangan menutup mulutnya.

"Aaaakk. Maaf kak, Alice kira siapa. Kakak sih ngagetin!" Sungut Alice sambil mencoba melihat dan meneliti wajah Resta yang sukses menjadi sasaran bukunya.

"Tenang aja. Kalau ada apa-apa kamu yang harus tanggung jawab!" Senyum Resta tersamarkan dan ia mengacak geram rambut Alice, tentu saja beberapa siswi yang dari tadi memerhatikan Resta sempat menahan napas melihat perlakuan Resta yang sangan hangat pada kekasihnya namun sangat dingin pada cewek lain.

Alice tertawa sambil menyubit perut Resta yang terasa keras.

Mereka berjalan meninggalkan gerbang sekolah dan masuk ke dalam mobil yang dikemudikan Resta. Resta akan mengantarkan Alice menuju rumah Ghea, karena malam ini gadis itu akan menginap di sana.

"Gimana seleksinya? Iqbal macem-macem?" Resta memecah kesunyian yang telah berlangsung selama beberapa menit karena tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Ya nggaklah Kak! Mana mungkin dia berani macem-macem." Ucap Alice kemudian membuang pandangan tidak ingin ekspresi wajahnya terbaca. Terang saja mereka melakukan hal yang tidak pernah Resta izinkan, berpegangan tangan.

"Yeeehee, akhirnya! Liburan bareng!" Ucap Alice riang mengalihkan suasana canggung yang tercipta. Ia sengaja bertepuk tangan dan memiringkan wajahnya. Senyumnya tercipta ketika melihat Resta juga tersenyum di sampingnya.

"Bocah!" Ucapnya sambil merentangkan tangan kirinya kembali mengacak rambut Alice dengan geram. Gadis itu terkekeh mendapati perlakuan favorit dari Resta, mengelus kepalanya atau justru mengacak rambutnya dengan jahil.

Senyum Alice kembali tercipta. Ia membayangkan suasana liburan yang berberda. Meskipun tujuan mereka sebenarnya adalah untuk berkompetisi dengan sekolah terbaik dan unggul lainnya, namun tetap saja, bisa menghabiskan waktu berdua dengan Resta akan meningkatkan semangatnya.

Mereka sama tersenyum dan saling bertukar pandang.

Drrrtt...
Handphone di saku seragam Alice bergetar. Senyum membayangkan mereka akan bersenang-senang tetap terukir di wajah Alice sampai ia membaca pesan yang baru saja masuk.

"Siapa?" Resta sadar akan perubahan raut wajah Alice yang begitu tiba-tiba.

"Enggak tau kak." Ia menyerahkan handphonenya kepada Resta agar lelaki itu dapat membaca sendiri tanpa salah paham.

Refleks, Resta menepikan mobilnya dan fokus membaca pesan yang terpampang tepat di wajahnya.

From 081234**
Lima tahun gue biarin elo bersenang-senang dengan cowok itu. Sebulan lagi, gue tagih janji elo di bawah bulan purnama. I MISS U ANGELICA PUTRI WIRANATA.

"Dia siapa?" Tatapan Resta begitu tajam ke manik mata Alice. Bukan hanya menusuk mata coklat terang itu, namun terasa tembus sampai ke hati Alice.

"Aku enggak tau kak. Aku enggak kenal dia." Alice bukannya takut dengan tatapan Resta, namun ia tidak sanggup jika dituduh selingkuh.

"Selingkuhan kamu?" Dddoorr!! Bom di hati Alice meledak. Tanpa mampu ia tahan, butiran air mulai turun dari sudut matanya. Dituduh selingkuh oleh lelaki yang ia sayangi setelah papa dan kakaknya.

Alice membuang muka kesal. Tangisnya tanpa suara. Ia tidak menyahut meski beberapa kali Resta memanggil namanya.

"Alice!! Dengarkan aku!!" Resta tidak lagi mampu mengontrol amarahnya. Panggilan yang diabaikan kini lebih seperti bentakan.

"Apa?" Kini Alice balas menatap dengan suara yang tak kalah tinggi.

"Jawab aku! Kamu selingkuh?" Resta semakin menajamkan matanya menatap mata Alice yang sudah benar benar kabur karena air mata.

"Kamu kira aku selingkuh?" Suara Alice lebih terdengar seperti bisikan karena tidak lagi bisa menahan isaknya yang teratahan.

"Jawab!!" Resta meningkatkan suaranya satu oktaf.

"Iya. Kamu puas?" Alice tidak lagi kuasa bertahan lebih lama berada di sisi Resta. Ia membuka pintu mobil dan menghentakkan kaki dengan kuat, tidak lupa ia menyambar tasnya dengan asal dan membanting pintu dengan keras.

Resta terdiam sejenak. Pertengkaran mereka sebelumnya tidak pernah seberat ini. Tidak pernah ada Resta atau Alice yang menghentikan percakapan dengan pergi meninggalkan yang lain.

Punggung Alice masih terlihat berjalan menjauh di telan malam. Gagal sudah rencana Resta yang berniat mengajak gadisnya menikmati makan malam di kafe tempat kencan pertama mereka. Mengingat hari ini hari jadi mereka 3 bulan sebelum 5 tahun bersama.

Sama sekali Resta tidak menginginkan ini. Bahkan melihat Alice yang jalan dengan tangan sesekali menyeka air mata sungguh menyayat hatinya.

Resta memejamkan mata. Ia ingin ke sana. Ingin meraih Alice dan membiarkan gadis itu menumpahkan amarah dan kesedihannya di dada bidangnya. Namun egonya kini tengah menguasai diri.

Bagaimanapun, tidak pernah disangka hampir 5 tahun mereka menjalin cinta, namun dengan teganya Alice bermain hati dengan lelaki lain.

Dasar bodoh!

Baru Resta akan kembali melajukan mobilnya, ia tersadar, handphone Alice masih dalam genggamannya. Ya Tuhaan. Bagaimana bisa cewek itu bisa berjalan sendiri di tengah malam ke rumah Ghea tanpa ada yang bisa ia hubungi.

Pikiran Resta menjadi buntu. Ia memang kalut sampai menuduh Alice berhati lembut melakukan hal sekeji itu. Bahkan membunuh nyamukpun Alice tak tega.

Dengan menginjak pedal gas dengan kasar, ia ingin segera menyusul kekasihnya sebelum sesuatu yang buruk menimpanya.

Menyusuri sepanjang jalan yang masih mungkin dilalui Alice, tidak ada sedikitpun tanda keberadaan kekasihnya.

Dalam satu hari Resta sampai ngamuk 3 kali tanpa bisa ia kontrol. Siang tadi saat bersama Jaka dan Gitto, dan malam ini, dengan orang yang seharusnya bisa ia lindungi.

"Tuhaan.. Tolong jaga Alice." Gumam Resta masih sambil terus menjalankan mobilnya memecah sunyi malam..

÷÷÷÷÷

Possessive Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang