PERFECT WIFE
2014 >AISYAQILA POV
{ First Kiss {
If you're not the one then why does my soul feel glad today?
If you're not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call?
If you are not mine would I have the strength to stand at all?
I never know what the future brings
But I know you're here with me now
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with
Rasanya nyaman.
Tenang, nyaman, terlindungi dan hangat.
Eeehhh?
Aku merasa dalam dekapan hangat seseorang. Saat kubuka mata, aduh malunya. Wajah Riar terlihat tenang di depan wajahku, tertidur, kenapa dia terlihat begitu lembut? Dia kan laki-laki? Riar memang bukan laki-laki yang sangat tampan seperti gambaran pangeran di film-film, aku menggambarkannya sebagai lelaki yang berkharisma, tegas, tenang tapi lembut di saat yang bersamaan, dia manis, teduh dan menenangkan. Dia bukan badboy, playboy atau lelaki semacam itu, dia sangat lelaki dan punya sikap. Mungkin, dia seperti ksatria atau seorang panglima, seorang guardian!
Tiba-tiba mata indahnya terbuka dan mata itu tersenyum, mengimbangi manis senyumnya. Jika saja aku tidak merasakan otot lengannya yang kuat dan dadanya yang berkotak-kotak, tentu aku tidak akan menyadari kalau dia seorang pria, pria dengan tubuh seperti itu, kenapa begitu manis dengan kedua lesung pipit di pipinya?
"Sedang memikirkan apa?," tanya Riar.
"Dongeng 1001 malam," jawabku asal. "Kenapa kau dinamai Shahriar? Apa kau akan memenggal istrimu saat matahari terbit nanti?."
Padahal dalam hatiku, merasa Riar itu seperti Genji Okumichi, berparas lembut, seperti penyair tapi di dalamnya menyembunyikan ketangguhan lelaki.
Riar tertawa kecil.
"Itu hanya nama keluarga, percayalah, aku tidak sejahat Shahriar yang memenggal istri-istrinya begitu matahari terbit," Riar memandangku dengan serius. "Riar yang ini hanya akan memiliki seorang istri saja yang akan disayanginya seumur hidup...," lalu dibelainya lembut rambutku dan tiba-tiba wajahnya mendekat ke wajahku, bibirnya menyentuh bibirku dan meninggalkan jejak panas disana.
"Bolehkah aku menciummu?," tanya Riar sopan. Untungnya dia tidak menunggu jawabanku, karena aku tidak mampu menjawabnya, aku terlalu pemalu.
Ciuman pertama, aku tidak akan melupakannya, begitu lembut dan manis. Seperti madu, seperti candu, walaupun aku hanya diam saja dan belum mampu membalasnya, tapi debaran jantungku dan jantungnya yang menjadi satu dan seirama, memompa aliran darah pada saat bersamaan, seperti menyatukan dua dunia. Ciuman itu bagiku bagai buah surga, aku ingin terus dan terus mencicipinya, tangannya menyentuh pelan pipiku dan saat dia menjauh, mata kami yang tadi terpejam, sama-sama terbuka, kami tetap bertatapan.
"Bagaimana rasanya?," tanya Riar menggoda. Ah, mungkin seperti itu wajah para malaikat di surga. Rambutnya yang berantakan dan bibir merahnya yang tersenyum...aku merasa itu senyuman ramah, eh, itu mah bukan senyuman menggoda, bahkan dia terlihat agak meringis. "Aku nggak ahli ginian, apalagi ngerayu cewek, hahaha..."
Ih, gemesin, kalau aja dia bukan suami aku, udah aku gepak kepalanya, habis kissing malah bercanda.
"Indah....rasanya ada yang menggelitik di perutku. Tubuhku merinding. Rasanya seperti pergi ke negeri Narnia, hmm.....gambarannya kayak lagu remembering you yang dinyanyiin Stephen Curtis Chapman.....," kataku asal. Riar tertawa dan mengacak rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wife
HumorAisyaqila Ariana Ahmad. Empat tahun yang lalu, saat si tomboy itu kuliah di Teknik Informatika UPN Yogyakarta, teman-temannya melihat dia sebagai anak lelaki cantik, berrambut pendek dan doyan memakai jeans belel. Bahkan nama panggilannya jauh dari...