Sesuatu yang menyenangkan secara sederhana adalah kehidupan, dengan menghirup udara segar dan merasakan segala kebisingan didunia . So simple is your life
Suara alarm jam yang berdering di meja memekakan pagiku dan membuyarkan mimpiku. Ku membuka mataku dan menggulat seraya merasa ingin terus berada di kasur yang ku tiduri sejak 10 tahun yang lalu itu. Aku menatap kosong langit langit yang ada di kamarku. Pikiranku belum sepenuhnya sadar hingga saatnya ku dengar ketukan pintu dan suara lembut ibu yang menyadarkan lamunanku. "Rara, bangun sayang. Sudah subuh cepat bangun ra." Seringai ibu yg membangunkanku. Aku beranjak dari tempat tidur dan dengan cepat membukakan pintu kamarku. "Iya bu, ini rara udah bangun" sahutku. Lalu kubuka daun pintu itu dan ku sedikit tersenyum sumringah sebagai tanda bukti kepada ibuku bahwa aku bisa bangun tanpa di bangunkan oleh ibuku. "Pagi bu" sapa ku dengan senyumanku itu. "Tumben kamu bangun lebih awal, biasanya juga ibu gedor-gedor dulu pintunya baru bangun" sahut ibu sambil melipatkan tanganya didepan dada. "Iya dong bu, masa mau malas bangun terus, kapan mau majunya bu" jawabku dengan seringai senyum kepada ibuku. "Yaudah sana mandi dulu. Ibu tunggu dibawah ya, kita sarapan bersama" pinta ibu padaku. "Siap bos" jawabku dengan tangan hormat diatas pelipisku.
Lalu kututup kembali pintu itu dan ibu pergi dari kamarku. Oh ya sebelumnya kalian harus tau si "aku" ini. Aku "Amira Putri Nadia" nama itu sangat sakral karena dalam nama itu terdapat nama ibuku yang sagat berharga dalam hidupku. Yap... Nama ibuku Nadia. Karena itulah ibuku menaruh namanya dibelakang nama ku karena ia yakin aku akan menjadi anak yang berbakti padanya. Aku anak pertama dari 2 bersaudara, adiku laki-laki namanya Rafa Putra Adyaksa. Nama adiku justru yang terdapat nama ayahku. Yap mungkin mereka adil. Ingin kedua anaknya berbakti kepada ayah dan ibunya. Aku bersekolah di SMA Nusa Pratiwi kelas 11 A. Memang sekolah swasta, karena aku adalah murid pindahan yang sejak setahun lalu pindah dari Surabaya. Kenapa aku harus pindah ke Jakarta? Ayahku bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan minyak bumi. Ayahku dipindahkan kerjanya karena di Surabaya karyawanya membludak. Maka dari itu ayahku mengalah dan lebih memilih hidup di Jakarta.
Aku dan adiku berbeda 7 tahun. Cukup jauh memang. Tapi mungkin itu rencana ayah dan ibu untuk menjauhkan jarak umur kita. Karena dari yang telah terjadi dari kakaknya ibuku yang sudah memiliki anak. Anaknya saling bertengkar karena perbedaan pendapat dan tak acuh. Maka dari itu ibuku tak mau anaknya seperti anak dari kakaknya itu.
$$$$$
Aku keluar dari kamar dengan seragam rapih dan menggendong tas ku yang super berat dan sepatu yang kubawa di tangan kanan ku. Dengan cepat aku menurni anak tangga dan bergegas ke meja makan untuk sarapan pagi bersama ayah, ibu dan adikku.
"Pagi yah, bu, dek" sapa ku dengan ceria sambil duduk di atas kursi. "Pagi sayang." Jawab ayah. "Pagi ini kamu bareng ayah kan ra?" Tanya ayahku. "Iya yah, tapi cepet ya. Soalnya aku ada tugas pagi ini"
"Kenapa ga kerjain tadi malam sih sayang" tanya ibu dengan suaranya yang tegas"iya harusnya sih tadi malam aku kerjain, tapi buku ku itu lagi dipinjam teman bu. Karena minggu lalu ada catetan dan dia belum catet. Jadi ya aku lupa buat minta lagi sama dia" jawabku melas.
"ini nih yang ayah ga suka, kalo ada apa-apa jangan tinggal buku di teman gitu aja ra. Ayah tau teman kamu memerlukanya dan ayah ga melarang. Hanya saja bukunya itu jangan di bawa pulang sama teman kamu. Kalau gini kan kamu lupa dan bukunya masih diteman. Saat mau kerjain tugas jadi ga bisa. Salah siapa coba?" Ayah mencoba menasihatiku.
"Iya ayah . Aku minta maaf"
Aku suka sikap ayah yang selalu bersikap disiplin kepada anak-anaknya. Karena semua kesuksesan dimulai dengan kedisiplinan. Jadi mungkin ini salah satu cara didikan ayah kepada anak-anaknya."Ayah jalan yuk. Aku piket pagi ini " pinta Rafa pada ayah. Hari ini hari kamis. Memang tugas piketnya untuk rafa pagi ini. Aku tak bisa bayangkan anak 10 tahun bisa piket di kelasnya. Hal itu membuat aku senyum-senyum sendiri.
"Kakak kenapa senyum-senyum aja? Aneh ih" tanya rafa bingung. "Kamu yang aneh dek. Kamu emang bisa piket di kelas?".
"Wah ngeremehin aku. Ya bisa lah. Jangan mentang-mentang aku cowo terus aku ga bisa piket" jawab rafa kesal.
Lalu ayah mencoba memisahkan kami berdua "sudah-sudah... yuk kita jalan sekarang aja yuk. Kak kamu cepat pakai sepatu kamu. Ayah tunggu di mobil ya" .
"Oh ya aku lupa dari tadi aku belum pakai sepatuku. Yaudah tunggu ya yah" lalu ku bergegas menghabiskan roti yang masih tersisa di piring dan aku lari ke latar rumah untuk pakai sepatu. Tak lama kemudian aku masuk ke dalam mobil kami berangkat ke sekolah bersama.
Hai... This is my first story. So don't forget for like and comment this capter. Thank you😊
#salampenulis
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl's Stay Out
RandomAku akan hilang, Bagai debu yang dihembus Dengan angin. Dan kau akan abadi walau tak terjangkau