I'm Fine

10 0 1
                                    

Aku mengabaikan semua karena ku yakin aku kuat dan masih bisa berdiri menjalani hidup. Meski kenyataanya ku sering terjatuh. Namun tekadku tak pernah jatuh.

Setelah sampai di tempat parkir, ku diberi helm unik milik Dimas dan ku naik ke atas motor untuk kembali ke sekolah. Masih ku tatap gedung-gedung besar yang berada di sekitarku. Ku sedikit tersenyum karena sudah berhasil berkunjung dan melihat lihat sekeliling di salah satu Universitas terbesar di Jakarta. Dari kaca spion, ternyata Dimas memandangku bingung tanpa ku sadari.

"Lu ngapa ra Senyum-senyum sendiri? Oh gue tau. Lu pasti seneng kan gue boncengin?" Celetuk Dimas yang berhasil membuat ku melotot spontan
"What? Jangan ngarep" aku mengelak dari dimas karena memang sebenarnya aku sedang tidak senang di boncengi olehnya. "Udah cepet jalan" kataku sambil menepuk punggungnya. Mesin motor dihidupkan dan kami pergi meninggalkan tempat ini. Kota dan kantor besar terlihat kembali di sekitarku. Di perjalanan Dimas bertanya padaku
"Kita mau kemana nih?"
"Ya balik lah ke sekolah. Ini kan masih jam sekolah" jawabku sinis
"Yaampun ra, 2 jam lagi juga anak-anak udah pulang." Celoteh Dimas sambil tersenyum kekeh
"Ya terus kenapa? Gue ga mau ketinggalan pelajaran walaupun sedikit ya" jawabku tetap sinis

"Susah ya ngomong ama anak kutu buku kaya lu" sahut Dimas pelan. Namun ku masih jelas mendengarnya

"Ngomong apa lo tadi?"
"Engga ko ra. Gue bilang lu tuh pinter banget ya ra" dimas mengalihkan kata-katanya
"Ga usah boong dan sok-sok muji gitu deh. " sahutku tetap sinis
"Tuh kan direndahin salah, di puji salah. Unik lu ya" Dimas tetawa samar . Ku terdiam dan mengabaikan kata-katanya.

########
Motor Dimas memasuki gerbang sekolah dan akhirnya kami sampai ke sekolah dengan selamat. Ya walaupun dimas sering sekali mengebut di jalan.
Ku buka helm miliknya lalu tiba-tiba, rasa pusing menghampiriku. Pala ku terasa berat. Mataku sedikit buram. Badanku melemas. Oh please, jangan sekarang. Nanti aja ketika sampai kelas. Ku usap mataku berkali kali agar pandanganku normal namun hasilnya tetap saja sama. Dimas menepuk bahu ku dan berkata
"Ra, ayo turun udah sampai, lu mau nungguin motor gue?"
Aku hanya mengangguk lemas. Ku turun dan ku tapakan kaki ku ke aspal sekolah. Ketika baru 2 langkah ku berjalan. Tubuhku spontan tak bisa terpondasi dengan baik. Tubuhku sangat lemas dan kepalaku semakin pusing hingga akhirnya ku jatuh pingsan. Dimas yang sedari tadi melihat gerak-gerik ku tersadar kalau ku ingin terjatuh. Dengan gerakan cepat dimas menjatuhkan helm yang ku berikan dan menopang tubuhku. Dimas sangat kebingungan dan penuh kekhawatiran. Tanganya menepuk nepuk pipiku dan memanggil namaku berkali kali berharap aku akan sadar. Namun cara dimas tak berhasil. Aku tetap tak sadar. Lalu, dimas mencari jalan terakhir, ia mengangkat tubuhku dan membawa ku dengan kedua tanganya ke ruang uks sekolah. Dengan gerakan cepatnya ku berhasil di rebahkan di ruangan itu. Salah seoarang guru penjaga uks segera mengambil obat P3K dan mengeluarkan minyak untuk menyadarkan ku. Serta memeriksa detak jantungku.

Dimas yang sudah terlihat lelah dan panik menunggu di luar ruangan atas perintah guru yang memeriksaku. Dengan gusar Dimas mengusap wajah dengan kedua tanganya. Selang beberapa menit, guru penjaga uks keluar. Dimas terlonjak berdiri
"Bu, amira kenapa bu?" Tanya dimas panik. Jarang sekali dimas panik seperti ini sebelumnya jika bukan ke keluarganya
"Amira kecapean aja ko. Sebentar lagi juga sadar. Nak dimas ibu minta tolong sama kamu ya. Ibu mau rapat sebentar lagi. Kamu buatin teh hangat untuk Amira dan juga jagain dia ya. Karena kan yang bawa amira kamu." Pinta guru pada Dimas

"Iya bu, tenang aja. Aku yang jagain amira sampai sadar." jawab dimas men iya kan

Dimas memasuki ruang uks yang mulai tercium obat-obatan. Sebenarnya dimas tidak suka bau obat-obatan ini. Namun karena ia punya tanggung jawab atas amira. Ia abaikan semuanya. Dimas terduduk di sebelah tempat tidur pasiennya amira. Ia tatap wajah kecil wanita di depanya. Terlihat jelas wajah pucat amira yang masih belum sadar ini. Dimas menarik napas berat lalu menghembuskanya. Entah kenapa dimas begitu panik pada gadis ini. Lalu dimas melihat ke sekililing uks ini. Terlihat handphone milik amira yang tergeletak di atas nakas. Dengan perlahan dimas ambil hp itu dan mengecek ngecek isinya. Kebiasaan dari dulu dimas yang tak bisa hilang. Selalu penasaran dengan barang milik orang lain, anehh. Setelah ia menslide layar handphone itu lalu ia buka satu persatu aplikasi itu. Pertama yang ia lihat ada galery. Oh sial... galerynya di lock. Bagaimana bisa ia melihat foto-foto gadis ini. Lalu ia melihat lihat list musik di pemutar musik. Untung sekali. Aplikasi yang satu ini tidak di password. Ia lihat satu persatu dan terkejut sekali dimas saat lihat list musik tersebut penuh dengan lagu korea. Ternyata gadis ini penggemar korea sama seperti dirinya.

Girl's Stay Out Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang