You so Close to me

6 0 0
                                    

1 lagi hal yang tak Ku mengerti, yaitu berada di dekatmu. Dan merasakan jutaan perasaan yang menghujam seluruh perasaan ini dan beribu pertanyaan ku jatuhkan. Now,You so close to me?

Masih di hari yang sama. Sore hari, pukul 03.00 siang ku baru pulang ke rumah. Mungkin belakngan ini, aku sulit untuk pulang tepat waktu. Entah kenapa, merasa bebas diluar sana dengan teman yang mudah diajak mengobrol adalah salah satu kebebasam tersendiri bagi ku selama di Jakarta, hingga ku lupa waktu kalau ku masih memiliki kedisiplinan yang tinggi yang di terapkan ayah. Memang, selama ku pulang telat ayah selalu belum pulang kerja, dan ibu selalu tak menegur. Namun, lambat laun ayah pastilah tau tingkah laku ku akhir-akhir ini.

####
Sore tiba, hari ini rumah sangat sepi. Hanya ada aku dan bi inah. Ibu ke rumah sakit menjenguk tante sinta yang sedang melahirkan. Ayah lembur dan pulang jam 10 malam. Aku bersyukur hari ini tak ada yang mengawasi ku hingga ku dapat pergi malam ini dengan tenang. Biasa nya harus pamit dengan ayah dan belum tentu diizinkan. Tepat jam 7 malam. Aku sudah rapih berpakaian kemeja warna merah dan celana jeans putih. Flatshoes ku menempel pada sepatu dan kamera slr sudah menggantung di leher. Aku turun ke ruang tamu. Disana hanya ada bi inah sedang menonton tv di ruang keluarga. Ibu memang memperbolehkan bi inah untuk menonton dan bersantai bila kerjaan nya sudah selesai.

"Bi, aku keluar dulu ya sama temen, kalo ibu tanya bilang aja aku ke rumah nayla" kata ku yang sengaja mengarang cerita agar ibu tak bilang yang sebenarnya pada ayah. Aku masih saja takut dengan ayah apabila melanggar salah satu aturanya, yaitu keluar malam dan tak izin secara langsung.

"Loh neng? Eta teh udah cerita sama nyonya belum atuh?" Bi inah bertanya dengan sedikit rasa takut. Takut jika aku tak ada kabar sama sekali ke ibu. Namun, tanpa kata apa-apa aku cepat-cepat keluar rumah. Bibi masih termangu bingung di sofa.
Diluar sana, dimas sudah menunggu di luar gerbang rumah. Manaiki motor yang tak biasa ia bawa. Malam ini ia membawa motor ninja warna hitam. Sebelumnya ia tak pernah membawa motor ini. Dengan kemeja warna merah marun dan jeans, tampak lebih berbeda ia malam ini. Mungkin lebih cool. Tunggu!! Kemeja merah marun? Malam ini kan aku juga memakai kemeja merah. Kenapa bisa sama? Dimas janjian kah tadi siang? Dia tidak bilang apa-apa. Dia memata mataiku? Tidak mungkin. Tapi kenapa bisa sama. Ohh my god lagi-lagi sama.

"Ekhemm... udah lama ya?" Tanyaku ketika akan menutup gerbang rumah.

"Engga ko. Baru 10 menit yang lalu nunggu disini. Udah rapih kan? Yuk jalan" dimas menyodorkan helm kepadaku.
"Gue ga bisa make helm sekarang. Rambut gue belum kering banget. Kalau pake helm nanti lepek terus berantakan" kataku polos
" lepek atau acak-acakan rambut lo, lo tetep cantik ko malam ini" What?? Dimas bilang apa tadi? Gue ga salah denger? Kata-kata dimas benar-benar membuat ku melting dan super duper deg-deg an. Spontan aku hanya tersenyum dengan pipi yang memerah.
"Ya udah yuk. Nanti kemaleman. Oh ya, jangan lupa pegangan. Motor ini lebih cepat dari motor gue yang biasa nya." Seru dimas dan menaiki motor itu. Aku mengikutinya. Tiba-tiba ia menyetuh tangan ku dan menaruhnya di pinggangnya. Spontan aku kaget dan tak bisa berbuat apa-apa

"Kan gue bilang untuk pegangan. Gue ga mungkin biarin lo jatuh" ucap dimas dengan lembut. Benar-benar ucapan yang banyak pengaruh terhadap perasaan ku ini. Tingkah laku nya malam ini benar-benar berbanding terbalik dengan sikap nya di sekolah kemarin-kemarin. Semoga dimas tidak mendengar degup jantungku ini yang sedari awal begitu cepat berdetak.

Motor itu menelusuri sudut kota yang penuh dengan kerlap kerlip lampu disisi jalan. Aku benar-benar tak memakai helm nya saat ini. Rambut ku yang bergerai membelai pipiku dan terbawa angin kesana-kemari. Aku begitu dekat dengan nya. Bahkan, aku baru merasakan kedektanya hari ini. Karena motor yang dikendarai memang kencang, aku pun takut melepaskan pegangan ku darinya. Benar, aku takut jatuh jika akan ku lepas.
Kurang lebih 1 jam kami diperjalanan, tiba-tiba motor ninja itu berhenti di suatu parkiran dekat taman kota. Monas malam ini sangat indah. Lampu yang berkelip hingga ke puncak membuat meriah sekitarnya. Pengunjung tetap ramai walau hari sudah malam. Udara yang gelap penuh bintang dan udara sejuk nan lembut. Menghiasi indahnya malam ini. Sungguh suasana yang belum pernah kurasakan selama ini.

"Dim, kenapa lo bawa motor ninja? Lo punya 2 motor ya?" Tanyaku memulai percakapan di sela-sela jalan kami disekitar taman kota.

"Oh, itu bukan motor gue. Malam ini ada kakak gue mau nginep di rumah temenin ibu. Dan itu motornya. Jadi, buat moment yang ga biasa ini ga salah kan gue bawa motor yang berbeda?" Ucap dimas lalu tersenyum. Tapi ada kata-kata yang aneh keluar dari mulutnya. Moment yang ga biasa? Maksudnya?

"Hmm gitu. Kakak lo, ga tinggal serumah sama lo?"

"Kakak gue itu udah menikah. Jadi ia punya rumah sendiri dan mulai ninggalin rumah. Tapi, karena belakangan ini ibu kangen sama dia. Jadi dia siap nemenin ibu walau hanya sehari." Jawaban dimas sudah cukup kumengerti. Aku hanya mengangguk faham

"Ra?" Dimas memanggilku yang sedang berjalan disisi nya. Aku menoleh dan ia bertanya

"Gue mau minta pendapat sama lo. Kalau misalkan nanti lo nikah. Lo akan tinggal sama keluarga lo itu apa akan pisah dan membangun rumah sendiri?" Tanya dimas yang sontak membuat ku membulatkan mata. Kenapa dia bertanya seperti ini?

"Hmmm... ko e.. elo nanya kaya gini. Hahahahah kejauhan deh dim" jawabku gugup dan sedikit tertawa

"Ya, kan gue minta pendapat lo. Ga apa kan? Toh suatu hari nanti lo bakal nika juga kan?" Dimas masih menatap ku namun aku bingung ingin menjawab apa. Aku berhenti berjalan dan lebih memilih duduk di suatu bangku taman.

"Kalo gue... lebih memilih untuk ikut suami. Karena, setelah kita menikah nanti. Istri haruslah berbakti pada sang suami. Bener kan? Gue ngaco ya?

"Ga ko. Lo ga ngaco. Gue malah suka dengan jawaban lo. Thanks ya udah mau jawab."

"Urwell" ia tersenyum dan ku balas senyuman nya.

Di lapangan monas, masih ada penjual ice cream. Dimas membelikan 2 ice cream untuk kami. Kami masuk ke dalam monas dan naik sampai ke puncak. Aku pandang segala keindahan kota dari atas sini. Pohon yang tinggi, jalanan kota yang lika liku, motor dan mobil yang berlalu lalang serta gedung-gedung menjulang tinggi dapat ku lihat seluruhnya dari sini. Aku sangat senang berada disini. Rasanya tak ingin pulang jika sudah ada disini.
Saat ini dimas hanya ada di samping ku dari awal. Keadaanya, kini makin dekat dengan ku, makin dekat dari sebelumnya aku dan dirinya. Yang hanya melewati egk kami masing-masing dan jutek nya diriku yang tak pernah hilang. Namun malam ini, ia tak pernah buat ku kesal lagi. Ia justru lebih banyak buat ku tertawa dengan segala lelucon nya. You so close to me...


Sudah lumayan jauh nih. Minta coment nya agar bisa memperbaiki cerita cerita selanjutnya. Thanks

Girl's Stay Out Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang