Not in Vain

5 0 1
                                    

Kita bereksperimen, kita bekerja, kita lelah. Namun, segalanya tak akan sia-sia. Kau bahagia dengan usahamu begitupun dengan aku. We're very amaze and happy.

Masih kuingat keberhasilan 2 hari yang lalu saat dimana waktu itu adalah keberhasilan ku yang paling berharga saat ku di Jakarta. Moment tak mudah kulupakan. Apa yang aku lakukan benar-benar ada hasilnya. Aku tersenyum disela-sela makan siang ku saat ini di kantin sekolah. Hari ini aku hanya istirahat sendirian tanpa Nayla. Karena hari ini nayla sakit. Tak seperti biasanya. Nayla seorang sahabat yang ceria dan jarang sekali izin hanya karena sakit. Karena biasanya aku lah yang lebih lemah dari nayla.
Ketika ku menyeruput mie rebus buatan budeh kantin. Tiba-tiba seseorang meletak kan 2 botol minuman soda di atas meja makan ku. Sesaat, ku berhenti mengunyah dan mendongak.

"Maksudnya apa nih?" Tanyaku pada dimas setelah cukup lama bingung di hadapanya.

"Kosong kan? Gue duduk disini ya?" Pinta dimas, lalu duduk di depanku

"Bangku lain kan banyak yang kosong. Ganggu gue makan aja lo" cetus ku

"Ada yang mau gue omongin sama lo ra. Oh ya, nih buat lo. Masa lo makan ga ada minum nya sih" Ia menyodorkan 1 botol minumanya untuk ku.

"Ngomong apaan?" Tanyaku penasaran.

"Masalah pekan seni. Kan besok acaranya. Masa lo ga ada persiapan?"

Apa? Besok? Kenapa gue bisa lupa?

Aku melamun dan tak menyangka ternyata acara yang sudah di planning jauh-jauh hari itu besok diadakan. Dimas menepuk pundak ku dan berhasil membuatku tersadar dari lamunan.

"Kok lo malah ngelamun sih. Jangan kebanyakan mikirin gue ra?"
Dimas hanya tersenyum-senyum nakal. Dan aku hanya bergidik jijik.

"Eh... sumpah dim, gue malah lupa acaranya itu besok. Terus gimana? Persiapanya apa?" Ocehku dengan banyak pertanyaan

"Hadeeehh rara, kebanyakan belajar sih lo jadi lupa sama acara kita kan? Gue tunggu lo di parkiran pulang sekolah nanti . Kita bicarakan di luar aja. Oke?" Pinta dimas

"Kenapa ga disini aja sih?"
Dimas hanya menunjukan jam tanganya.

"Liat udah jam berapa? 5 menit lagi juga udah masuk. Ga akan sempat waktunya. Udah ga usah make bantah. Pokoknya pulang sekolah gue tunggu. Dah ya... bay" Dimas mengacak-acak rambutku lalu pergi begitu saja. Ada yang aneh setiap ia mengacak acak rambutku. Bukanya aku kesal justru senyum-senyum sendiri.

*******
Tas sudah ada di punggung ku. Teman ku yang lain sudah berhamburan meninggalkan kelas. Hanya tersisa aku dan ratih teman di belakang tempat duduk ku. Ia pamit pada ku untuk pulang lebih dulu. Hingga saatnya aku yang juga harus turun ke lantai dasar. Dari kejauhan ku lihat dimas sudah berdiri di samping gerbang sekolah. Ku berjalan ke arahnya. Ia hanya tersenyum manis ke arahku.

"Udah lama?" tanyaku
"Buat lo sih gue bakal tungguin kapan pun lo pulang" jawab dimas yang berhasil membuatku terdiam dan jantungan sesaat.

Tak lama kemudian ia merangkul ku ke arah motornya. Aku benar-benar bingung harus apa dan aku benar-benar mematung saat ini. Kami naik ke atas motor dan meninggalkan sekolah.

Sesampainya di sebuah kafe yang ku kenal. Dimas memakirkan motornya tepat di depan kafe tersebut. Kami melangkah masuk dan duduk di sebelah jendela, posisi yang dari dulu ku suka. Dimas melambaikan tangan pada salah satu waiters. Waiters itu menghampiri kami

"Vanilla late satu, lo apa ra?" Tanya dimas yang berhasil membuatku kaget.

"Hem? Sama deh" waiters itu menulis pesanan kami. Dan berlalu meninggalkan kami

Girl's Stay Out Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang