Diferrent

9 0 0
                                    

Dia berubah, saat ku tak mengerti mengapa ia berubah

Datang pagi menyapa seluruh dunia. Sinaran mentari selalu menelusup kamarku yang dingin. Ku kerjapkan mataku beberapa kali dan melemaskan otot tubuhku yang kaku. Kulihat jam weker berwarna pink miliku di atas nakas. 06.00 wib. Aku melotot dan berhasil membuatku melompat turun dari kasur

"Kenapa ga ada yang bangunin sih?" Batinku kesal

Ku selipkan haduk yang tergantung di samping lemari ke lingkar leher ku. Ku berlari menuju kamar mandi. Namun langkahku terhenti ketika ku menengok ke arah kanan dekat pintu. Ada kalender tergantung disana dan kulihat tanggal hari ini. Seraya aku tertawa sendiri melihat kalender tersebut

"Yaampunnn. Gue lupa hari ini hari sabtu. Pantes ibu ga bangunin gue. Dasar pikun." Ocehku sambil menepuk jidat.

Dengan langkah santai kembali ku berjalan ke arah kasur. Ku baringkan kembali tubuhku dan menutup seluruh tubuh ini dengan selimutku. Seketika logika dan fikiranku terarah kepada kejadian kemarin saat di ruang uks. Ku buka kembali selimut yang menutup wajahku.

Kenapa dimas kemarin jadi sok peduli gitu? Dia bawa gue ke uks, dia yang buatin gue teh manis, dia juga yang anterin gue pulang. Sungguh aneh kelakuanya belakangan ini. Berubah sih, tapi entah berubahnya ke arah baik atau tidak gue pun masih bingung. Apa dia ga liat respon gue ke dia belakangan ini? Gue selalu aja sinis ke dia. Tapi dia malah makin baik ke gue. Apa gue yang keterlaluan ya ke dimas?

Batinku makin berderu hebat dan selalu bertanya-tanya mengenai dimas. Ku acak-acak rambutku frustasi.
"Aghhh... gue ini ngomong apa sih. Udah deh ra, ga usah sok peduli sama orang yang baru lo kenal. Kakak kelas lagi. Keep calm okay?" Kataku pada diri sendiri

Perubahan memang terjadi pada siapa saja dan kapan saja tanpa kita ketahui. Kita tak pernah tau apa maksud nya berubah sebelum kita tanya padanya. Mungkin ada sisi baik dari diri Dimas yang tak banyak ku tahu. Tak seharusnya ku abaikan begitu saja. Siapa pun yang berbiat baik maka harus lah di balas dengan kebaikan.

Ku belajar di sore hari, kali ini bukan membaca buku pelajaran seperti biasa. Namun ku belajar untuk presentasi lomba hari selasa nanti. Aku mencoba belajar di depan kaca lemari ku. Hmm... berulang kali ku ulang, berulang kali ku coba, dan hasilnya selalu lupa apa yang ingin ku jelaskan. Ku duduk sejenak dan menarik napas panjang diatas kasur. Ku buka kembali catatan yang telah kubuat seminggu yang lalu. Catatan itu penuh coretan tanganku semua.

"Konsen ra, ayo konsen." Ajaku pada diriku sendiri. Aku harus mengoptimiskan diriku terlebih dahulu agar lebih semangat menghadapi juri kelak. Kira-kira bagaimana ya situasi saat lomba. Fikiranku terus berkecamuk. Bingung, pusing, gerogi, pokoknya campur aduk.
Ku berdiri lagi dan kucoba ulang latihanya di depan kaca. Saat latihan ditengah jalan, pintu kamar ku terbuka

"Permisi, sayang ibu ganggu ya?" Ibuku memunculkan wajahnya dibalik pintu tanpa mengetuk pintu sebelumnya

"ibu, kakegetin aku aja. Ketuk pintu dulu dong bu" kesalku

"Iya iya deh ibu minta maaf. Emang kamu lagi ngapain sih serius banget?" Tanya ibu bingung lalu duduk di kasurku

"Aku latihan untuk nanti lomba bu. Pusing deh bu diulang ulang terus aku juga gugup untuk berdiri di depan juri nanti" desahku lelah lalu duduk di samping ibuku. Ibu mengusap kepalaku dan menasihati dengan baik

"Wajar kamu pusing karena sesuatu yang bagus kan perlu belajar dengan keras. Dan kalau kamu gugup diawal itu suatu jalan yang baik karena kamu nanti disana bisa lebih santai menghadapinya karena sebelumnya kamu telah menargetkan bagaimana keadaan disana dari hari ini. Udah jangan tegang jangan pusing. Mamah yakin kamu bisa. Anak mamah kan otaknya encer. Pintar, juara 1 terus di kelas. Liat piala kamu tuh" ibu menunjuk piala yang terpampang di atas meja belajarku. Memang, dalam masalah pelajaran aku mudah menyerapnya namun ini berbeda. Ini bukan pelajaran formal dan merupakan pengalaman baru untuk ku.

Girl's Stay Out Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang