Hal yang menurut itu gila mungkin salah dimata orang, bisa jadi itu yang membuat kita terus menerus mengingatnya. So, diferent not use perfect.
Aku dan Nayla meninggalkan ruangan terpencil itu dan berjalan cepat kearah kelas ku yang berada di lantai 2. Aku masih tidak terima dengan kata-kata songong yang dilontarkan dimas. Aku masih kesal begitupun dengan Nayla
"Sumpah demi apapun, tuh cowo belum pernah kena karma ya? Enteng banget ngomongnya" oceh ku sepanjang lorong sekolah.
"Gua kesel banget ra kita diperlakukan kaya gitu. Dia ga pernah ngehargain cewe kali ya. Atau jangan jangan sama ibunya juga gitu kali ya. " sahut nayla kesal
"Ish. Sampe tuh anak ada di depan muka gue lagi. Abis sama gue. "
"Udah deh ra. Kita ga usah mikirin dia lagi. Cepet yuk ke kelas. Sedikit lagi pelajaran bu riri. Nanti telat lagi" ajak Nayla. Dan aku pun mengangguk.
Sesampainya di kelas. Aku duduk dengan tatapan kesal seolah-olah masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi
Hatiku berkata kalau ucapan yang diucapkan dimas benar-benar ga pantes. Tak lama ku melamun. Ibu riri guru sejarah ku sudah masuk kelas.Setelah bel pulang sekolah berbunyi. Aku cepat-cepat turun dan menemui nayla. Biasanya aku pulang bersama nayla. Ya walaupun jarak rumah kami tidak berdekatan tetapi kami pulang 1 arah. Aku sengaja tidak minta dijemput oleh siapapun karena aku berprinsip ingin mandiri walau itu hanya naik angkutan umum. Sesampainya ku di lapangan sekolah, aku melihat anak-anak yang sedang bermain basket. Dari banyak anak yang latihan, ada satu wajah yang ku kenal. Iya, itu Dimas cowo yang bisa buat ku kesel hari ini. Tapi kenapa ya selama aku sekolah 2 tahun disini. Aku baru liat dia? Bahkan aku pun tidak tahu kalau dia masuk tim basket. Apa selama ini aku kurang bergaul. Mungkin iya. Karena kebiasaan ku selama di kelas hanyalah foto-foto hal yang ga jelas dan baca novel. 2 hobi yang selama ini aku tekuni.
&&&&&&&
Ketika sampai di rumah. Aku langsung berlari ke kamar karena ku tahu ibu dan ayah tak ada di rumah. Ibu biasa di rumah tante sinta untuk mengajari tante sinta masak. Sedangkan ayah, masih kerja dan biasa pulang jam 5 sore. Terkadang justru pulang larut malam karena sibuk dengan kerjaanya.
"Neng Rara dah pulang? Bibi teh ga denger neng masuk atuh." Sahut bi inah yang biasa manggil ku eneng dengan logat sundanya.
"Iya bi. Maaf aku ga salam dulu. Soalnya banyak scedhule nih bi" jawabku sambil tersenyum
"Schedule tuh apa neng? Bibi teh nte ngerti" tanya bibi bingung
"Hahaah.. bibi. Schedule itu jadwal. Jadi banyak schedule itu berarti aku banyak jadwalnya. Bibi mah ga gaul nih." Sahut ku dengan tertawa kecil
"Yaudah bi aku mau fokus di kamar ya. Jangan ganggu akfu ya bi" pinta ku pada bibi"Loh neng tapi teh eneng belum makan siang. Makan siang dulu atuh"
Kata bibi sedikit teriak"Nanti aja bi. Aku belum lapar" jawabku sambil menaiki tangga
Aku cepat-cepat memasuki kamarku dan dengan cepat menyalakan komputer di meja belajarku. Aku akan memilih dan mencetak foto yang tadi siang ku ambil ketika pulang sekolah. Aku sengaja pulang agak telat untuk mengambil gambar yang bagus di taman yang cukup jauh dari sekolah. Sebenarnya aku belum pernah ke taman itu, maka dari itu aku ingin sekali mengambil gambar gambar pemandangan yang bagus disana untuk bahan lomba yang akan di laksanakan kurang lebih seminggu lagi
"Duhh... ko fotonya ini-ini aja ya? Kayanya kurang srek nih. Jadi bingung mana yang mau di cetak." Batinku dengan tatapan bingung sambil menggigit bibir bawahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl's Stay Out
RastgeleAku akan hilang, Bagai debu yang dihembus Dengan angin. Dan kau akan abadi walau tak terjangkau