SAAT BULAN PURNAMA

2.9K 178 54
                                    


Seperti permintaan Lord Raizel mengajak Lascrea berjalan-jalan disekitar taman kastil. Tentu kastil Lord sangat Luas dan megah, dan taman bunga yang menhghias setiap sudutnya. Mereka berjalan beriringan tanpa ada perbincangan. Lascrea masih bertahan dengan menjaga harga dirinya sebagai seorang gadis bangsawan, sementara Raizel diam seribu bahasa.

Seketika langkah Raizel terhenti, membuat Lascrea nyaris menabrak tubuhnya yang tinggi. Raizel menatap sekelilingnya, terdapat beragam tanaman bunga yang terhampar luas, ditambah cahaya bulan yang tepat berada diatas mereka, semilir angin membelai lembut rambut panjang Lascrea. Raizel membalikkan tubuhnya. Di hadapannya yang tak jauh Lascrea memandangnya.

"Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Raizel.

"Benar," jawab Lascrea mengalihkan pandangannya kearah lain. Mereka kembali berdiam diri, dalam suasana malam yang indah.

"kau selalu diam, tanpa banyak bicara" tambah Lascrea yang kini menatap Raizel, walau dalam hatinya sedikit malu. Dia mencoba mengahapus batas yang tinggi dalam dirinya. "dia hanya temanku,tak lebih bukan," batinnya berbicara.

"...." Raizel bergeming. Dia menatap gadis cantik dengan rambut berponi itu, yang berdiri beberapa langkah darinya. Mengijinkan mata mereka berpadu sesaat. Ada perasaan yang tak bisa dia ungkapkan. Begitu pula Lascrea.

Disisi lain ruang makan itu Nampak masih ramai. Lord dan para kepala keluarga lainnya, masih bercengkrama. Gechutel yang Nampak bimbang membuat Lord melontarkan pertanyaan padanya.

"Gechutel, ada denganmu!" tanyanya tersenyum senang.

"ti tidak tuan," jawabnya.

"sepertinya ada hal yang ingin kau tanyakan, katakanlah dengan senang hati aku akan menjawab," pintanya sedikit memaksa dengan girang.

"hmm baiklah, Lord apa tidak akan apa-apa membiarkan Tuan Raizel dan Nona Lascrea malam-malam begini berjalan berduaan," jelasnya mengungkapkan keresahan.

"tidak akan apa-apa, lagi pula lelaki yang bersama putriku itu, Raizel. Dan raizel tidak menolaknya. Terlebih lagi dia bersama gadis cantik. Aku ingin membuat mereka dekat."

"Lord, tapi apa tujuan anda mendekatkan mereka berdua?" Gechutel kembali bertanya. Lord tersenyum penuh kemenangan.

"itu karena, mereka berdua tidak bisa diterima dengan mudah oleh siapa pun. Bahkan diantara kaum bangsawan sendiri. Mereka Sangat menyedihkan bukan," jelasnya pada gechutel, membuatnya sedikit tak terima.

"Lord maaf tolong, ucapan anda sedikit.." Lord langsung menyaggah gechutel.

"bukankah mereka terlihat mirip satu sama lain, aku akan sangat senang bila mereka berdua menyukai rencanaku,hahaha"

"mmh, Lord maksud anda 'rencana' apa yang anda rencanakan," ragya mulai angkat bicara dalam obrolan mereka.

"tunggu saja, itu masih rahasia, hahahaa" balasnya sumringah dengan tawa yang semakin menjadi-jadi. Malam itu, benar benar membuat Lord senang.

Di taman itu, Raizel dan Lascrea mulai duduk bersama disebuah kursi panjang berwarna perak. Lascrea dengan perlahan duduk sambil merapikan rok bagian belakang. Lascrea tampil sedikit berbeda malam ini, dia memakai gaun berwarna hitam dengan motif renda berwarna putih. Diam-diam Lascrea mencuri pandangan pada raizel. Raizel yang merasa dirinya mendapati perhatian, menoleh kearah gadis itu.

"Kau pernah ke dunia manusia," Tanya Raizel membuka topic pembicaraan, matanya tak menoleh sedikitpun, tetap memandang lurus kedepan.

"tentu, tidak sepertimu yang selalu diam dirumah," ketusnya, membuat raizel terbelalak tak percaya.

"hmh, aku mengetahuinya dari ayahku," tambahnya agar Raizel tidak berfikir macam-macam.

"begitu," balasnya singkat.

"apa yang kau lihat disana,"

"banyak sekali, aku tak pernah meyangka manusia akan berkembang secepat itu," Lascrea mendongakkan wajahnya kelangit gelap yang diterangi cahaya bulan.

"itu akan terus terjadi. perubahan manusia akan berpengaruh juga pada para bangsawan," timpal Raizel menerawang langit yang mulai berselimut awan putih.

"tentu, akan semakin berat bagiku menapaki jalan yang sama," ujar Lascrea yang membuat Raizel berbalik menatap dalam cahaya mata Lascrea.

"Cadis Etrama Di Raizel, apa kau pernah ingin menjalani kehidupan lain?"

"Tidak, aku tak pernah berharap apapun lagi. Selain menerima kenyataan," jawabnya datar. Lascrea yang mendengar ucapan Raizel hanya terdiam sejenak.

"kau benar. Kehidupan ini telah pasti, dan tak bisa di rubah,"

"semua telah ada garis kehidupannya masing-masing," timpal Raizel. Malam berlalu dengan cepat, cahaya bulan mulai sedikit berpendar seakan-akan menghilang dari langit yang gelap.

"apa kau pernah memikirkan sebuah hubungan," Tanya Lascrea meragu.

"tidak, " jawabnya singkat membuat Lascrea tertunduk malu.

"begitu, aku undur diri."

"mari kuantar pulang, " pinta Raizel dan segera bangkit dari duduknya. Lalu mereka kembali ke kastil. disana tampak Lord sedang menunggu mereka berdua di koridor. Melihat mereka berjalan bersama, membuat Lord sangat senang, dia kegirangan dan menyambut mereka berdua. Raizel yang melihatnya hanya diam pasrah dengan semua perkataan Lord.

"kalian sudah selesai berjalan-jalan. Bagaimana kencan pertamamu Lascrea apa Raizel memperlakukanmu dengan baik. Apa dia berbuat macam-macam padamu. Aku senang melihat kalian," ucap Lord yang terus bicara seperti kicauan burung. Lascrea menatap heran pada ayahnya yang sedang bahagia.

"tentu, Lord."

"ya ampun, Lascrea bagaimana bisa kau begitu dingin padaku. Aku ayahmu, dan panggil aku ayah," sergahnya.

"urusannya sudah selesai!" tukas Raizel.

"ehh, kau mau kemana!" jawab Lord.

"aku akan kembali ke mansionku,"

"hmmh, belum selesai. Kau belum boleh kembali ke mansionmu. Sebaiknya kau tinggal disini bersamaku juga Lascrea, kau takkan bosan," tuturnya dengan sedikit ketus.

"tidak, aku akan tinggal dirumahku saja,"

"bagaimana bisa kau tinggal sendiri disana," Lord menggerutu.

"..." raizel hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"huuh, kau ini selalu seperti itu. apa kau tak merasa bosan tinggal sendiri disana. Dan mulailah mencari wanita cantik untuk teman hidupmu," tambahnya semakin membuat kepala raizel terasa berputar.

"aku kesini hanya ingin mengantarkan Lascrea. Dia bilang ingin kembali," sergahnya membuat Lord terdiam, dan matanya terbuka lebar.

"tentu kau harus mengantar putriku kembali, dia kan bukan milikmu. Tapi, jika kau mau kau bisa memilkinya, " tukasnya mebuat pipi gadis berponi itu memerah karena malu.

"ayah hentikan itu. dia ingin kembali," Lascrea yang sedari tadi menonton dan mendengarkan mereka bicara kini angkat bicara dengan lirih.

"aku pamit,, undur diri," ucap memotong pembicaraan ayah dan putrinya itu, kemudian pergi menuju rumahnya. Tak lama lascrea juga undur diri dari hadapannya menuju kamar. Melihat tingkah putrinya serta Raizel membuat dia melongo , karena ditinggal sendiri di koridor yang gelap tanpa penerangan.

"kenapa kalian begitu dingin padaku, membiarkan orang tua sepertiku sendirian, di koridor yang gelap, " rengek Lord karena ditinggal sendiri.

NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang