Kembali Ke tujuan awal

1.5K 116 8
                                    

siang itu mereka telah pergi dari rumah itu dengan tergesa-gesa. Gadis cantik yang selalu terlihat anggun itu, menatap pria yang disebelahnya dengan penuh rasa penasaran, hingga membuatnya berpaling menatap gadis itu. 

"apa kau merasakan sesuatu," pungkasnya dengan serius, tak seprti biasanya. membuat gadis itu malu-malu untuk menjawabnya.

".... sebenarnya..." jawabnya ragu tapi pasti. tidak seperti kita yang terkadang terbata-bata jika sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat rahasia. tidak sepeti biasanya tatapan pria itu menajam menatap gadis didepannya.

"apa kau merasakannya juga," tegasnya sekali lagi. Lascrea mengangguk lirih. emosi menutup seluruh kekuatannya. 

suasana dalam perjalanan mereka memang sedikit berbeda, ada sesuatu yang membuat Raizel tak nyaman dengan aura yang samar-samar dirasakannya. berbeda dengan lascrea yang sedari tadi mengabaikan aura itu, karena menutup kekuatannya. 

"tentang apa?" timpalnya dengan bingung dan ragu, karena pernyataan yang ambigu tersebut.

"ada yang aneh disini," katanya kembali tanpa ekspresi. lascrea yang sedang mencoba meredam emosinya karena perasaan yang tak karuan itu hanya bisa diam dan menatap pria tampan itu dalam kebisuannya.

"aku merasakan kehadiran seseorang, dengan aura kegelapan," tambahnya lagi, membuat lascrea sedikit tersendir dengan ucapannya. karena sejak tadi hatinya berubah gelap, dan fikiran yang meracau. 

"mungkinkah dia sedang mengujiku! kenapa dia selalu menatap dingin padaku. hmmh," fikirnya dan membuang nafas lelah.

"Lascrea aku merasakan kehadiran orang lain selain kita, bukan tentang dirimu," tanpa diduga pria itu berkata dengan terang terangan, sontak membuat terperanjat tak percaya, gadis tersebut melirik dengan malu pada pria beriris ruby itu. hembusan angin bertiup dengan cepat didetik itu pula, hawa kehadiran yang samar-samar kini telah jelas sekali mereka rasakan, sedang mendekat kearahnya. 

"kau siap, " kata lascrea dengan tegas, membuang rasa malu dan canggung yang sempat dirasakannya. Pria itu melirik dan hanya mengangguk menyanggupi perkataan gadis itu.

Mereka lekas pergi bersembunyi jauh dari jangkauan orang yang akan datang, dan menyembunyikan energi nya.  Kehadiran mereka tidak boleh ada yang mengetahui pihak mana pun yang memiliki kekuatan diatas manusia biasa.  Mengingat kedudukan keduanya sangat tinggi dalam kaum mereka sendiri. 

Yang harus mereka lakukan adalah mengawasi, pergerakan musuh dan menghabisinya saat semua kekacauan sudah di luar batas. 

"raizel sepertinya kita diikuti, " pungkas gadis pendiam itu dengan awas pada keadaan sekitar, yang mulai menegang. Aura gelap mulai menekan sekitar hutan.  Membuat kedua bangsawan itu memutuskan untuk menghadapinya.

"aku rasa kau benar, " raizel mengiyakannya. Dan langsung mengambil tindakan. Dia mendarat di sebuah hutan yang rimbun diikuti lascrea yang juga turun disana. Dan seseorang berdiri di belakang mereka berdua.  Kehadirannya sudah bukan kerisauan lagi. Karena sudah menjadi bagian dari prediksinya.

Pria itu berjalan terhuyung dari rimbunnya pohon dan semak belukar.  Matanya yang merah dan haus darah memantul diterpa sinar rembulan. Taringnya mencuat keluar dari ujung mulut nya.

"kkrrrrhhh," desisnya mengeluarkan aura yang mematikan bagi manusia, namun tidak untuk bangsawan tingkat tinggi, seperti raizel dan Lascrea.  sorot matanya mengamati tingkah laku manusia itu. 

"mutan," bisik keduanya. Orang itu semakin mendekat dan raizel mengambil langkah tegas. Saat dia akan melangkah untuk mengahadapi manusia mutan itu lascrea telah lebih dulu ada di depannya. Raizel terbelalak tak percaya.

"Lascrea ini adalah tugasku untuk menyingkirkan mutan itu, " pungkasnya dengan dingin.

"itu juga bagian dari tugasku, untuk memusnahkannya, " balasnya ketus.

"lagipula kau tidak perlu mengerahkan kekuatanmu, untuk makhluk seperti itu, " lanjutnya dengan dingin. Raizel bergeming mendengar ucapan lascrea. Namun tak diperdulikan olehnya.  matanya beralih pada sosok makhluk yang berdiri didepannya.

"jadi kau dibalik kekacauan ini!" tandas lascrea membuka pembicaraan dengan penuh penekanan.

" siapa kau!" balasnya ketus

"kau tak berhak untuk bertanya, "

"dari energi itu aku tau, kau seorang bangsawan yang terhormat. Bukankah begitu? "

"......" gadis itu tidak menggubrisnya. Raizel multi turun tangan. Hanya saja ketika itu, tatapan gadis berponi itu melirik tajam padanya membuat raizel menyerah. Dan diam menyaksikan perdebatan itu.

"apakah, kau seorang kepala keluarga, energi sebesar itu dan juga aura mu begitu kuat, " tambahnya dengan lengang seolah memancing amarah gadis itu.

"kau terlalu banyak bicara, siapa yang menciptakanmu?" tanyanya dengan lantang membelah kesunyian dalam hutan yang gelap dan rimbun.

"rrrh, " gumamnya yang kemudian menimpali ucapan sang putri lord itu.

"kau tak perlu tau. Apa hanya kalian yang boleh memiliki kekuatan digdaya itu," lanjutnya.

"manusia sepertimu tidak pantas memiliki kekuatan seperti kami, karena kitalah yang bertugas melindungi kaum manusia, "
Balasnya dengan tenang.

"cih, aku sudah muak mendengar semua bangsawan berucap seperti itu, " mutan itu lalu melangkah dengan mengerahkan sedikit kekuatan untuk menekan raizel dan Lascrea. 

"lagi lagi kau terlalu banyak bicara, dan kau tak berhak untuk berkata demikian, " ucapnya dengan mencoba tenang dan bersikap anggun.

Di detik itu pula, mutan itu terlihat siap menyergap lascrea dengan kegemasan dan juga kebencian. Dia menghentakkan kakinya di tanah dan berlari untuk menyerang lascrea dari depan, karena dia fikir lascrea hanya seorang wanita.

"kau gadis yang cantik, tapi kau terlalu cerewet untuk seorang bangsawan. "

Dengan tiba-tiba raizel mengerahkan sedikit kekuatannya blood field untuk melindungi lascrea. Sontak membuat mutan itu terpental dan menabrak pohon besar.

"Raizel apa yang kau lakukan, "

"...." raizel tak Menjawab pernyataan itu. Dia hanya melirik sebentar dan kembali Menatap mutan yang membuatnya murka.

"ooh, akhirnya kau turun tangan juga," seringai jahatnya terlukis dimuka pria mutan yang nyaris terlihat seperti mayat hidup itu.

"...." lagi lagi raizel hanya diam menanggapi perkataannya. Sebelum kemudian dia semakin murka.

"sejujurnya saja melawan seorang wanita bangsawan membuat harga diriku terluka. Dan wanita itu tidak pantas untuk melawanku yang telah memiliki kekuatan tingkat tinggi seperti sekarang, " ocehannya membuat raizel geram, meski begitu dia tetap mempertahankan sikap dingin dan seolah tak perduli.

Dia mengerahkan kekuatan pengendali fikiran pada mutan itu.

"berlutut, " ucapnya dingin seketika tubuh pria mutan itu berlutut dihadapannya dan membuatnya tidak berkutik sedikit pun.

"kau tidak berhak untuk memiliki kekuatan itu, dan kau tidak berhak meremehkan orang lain terutama pada gadis yang terhormat," tuturnya penuh penekanan dan dari perkataan raizel membuat pipi pucat yang putih gadis itu merona malu.



Hai hai semua, aku kembali lagi.  Dengan sejuta kerinduan..  Hahahaha
Btw sory banget jarang update, habisnya aku bentrok sama skripsi yang belum kelar juga..  Hadooh..  Mohon doanya ya biar lancar..  Dan cepet beres... 



NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang