Setelah selesai makan siang. Aku memutuskan untuk kembali ke hotel dan menelpon April. Aku harus menceritakan semuanya kepada April dan Jason.
Aku menunggu lift sambil memainkan Iphoneku. Saat aku melihat lift ternyata liftnya masih berada dilantai dua sedangkan aku berada dilantai satu. Lalu tak berselang lama lift berdenting kuat. Dan aku langsung masuk dengan memainkan Iphone yang masih kupegang.
Aku tidak meyadari bahwa ada seorang pria dengan badan yang jangkung dan tegap masuk. Aku menyadarinya ketika sampai dilantai empat. Setelah selesai memainkan Iphone, aku langsung memasukkannya dan diam menunggu lift terbuka di lantai sepuluh.
Aku merasakan jantungku kembali berdebar dan perasaan sedang di intai kembali kurasakan. Aku memperhatika pria dengan tampilan jas hitam legam yang sedang menunduk. Aku tetap menatapnya tanpa berkedip, seperti perasan déjà vu. Jantungku berdebar semakin kuat dan rasa penasaran semakin kuat kurasakan. Aku melihat pria itu sedikit menaikkan kepalanya namun tetap dengan kata menunduk.
Aku menatapnya. Dari sepatu kulitnya yang berwarna hitam dan setelan jas yang mahalnya. Aku mencium bau maskulin yang tak begitu asing dihidungku. Aku menyukai wangi parfumnya. Dan wanginya terasa nyaman dihidungku. Aku mencoba mengingat wangi ini milik siapa. Tetapi aku tidak mengingatnya.
Pria itu mendongak. Dan wajah tampanya terlihat sempurna. Dia memiliki wajah bule 100 %, dan matanya berwarna biru laut. Rambutnya berwarna coklat tua. Sama sepertiku, dan bulu matanya yang lentik terlihat sempurna. Bibirnya terlihat seksi dan penuh dengan warna merah yang seksi. Aku menatap matanya, dan mata itu memerangkap mata hijau milikku. Menguncinya kedalam tatapan mautnya.
Aku melihat pria itu tersenyum manis. Dan lekukan bibirnya begitu indah.
"Aku menemukanmu..." Ucapnya serak dengan senyum yang masih setia. Dia berjalan secara perlahan untuk mendekatiku. Seharusnya aku mundur. Tetapi kakiku begitu kaku untuk digerakkan. Dan mataku tak pernah lepas dari tatapannya. Seakan tersadar dari kata-katanya. Aku sedikit panic saat tahu bahwa dialah yang mengintaiku.
"Apa maumu?" tanyaku pelan. Bahkan suaraku terlalu pelan untuk ku dengar di telingaku sendiri.
"Aku ingin..... kau." Ucapnya manis. Dia berhenti. Dan mengunciku diantara kurungan tubuhnya. Dia memerangkapku, dengan kedua tangannya yang berada di atas kepalaku di dinding lift ini.
"Ke...kenapa?"
"Kau melupakannya? Hmmm..." Dia memainkan ujung rambutku. Dan menciumnya dengan lembut. Sedangkan aku masih menatapnya yang aku yakini dengan tampang bodohku.
"Aku akan mengingatkanmu dengan semuanya. Semuanya, sayang." Katanya didepan wajahku yang hanya berjarak beberapa cm. aku dapat mencium wangi mint yang keluar dari mulutnya.
Aku pikir pria ini gila. Siapapun tolong aku. Lift ini sepertinya berhenti bergerak. Sehingga tidak ada yang tahu bahwa ada ORANG GILA YANG SEDANG MENGINGINKANKU.
Kemudian aku mengingat semuanya. Semua mimpi yang selalu aku alami setiap malam dan mimpi pertama yang aku alami saat di Ausi. Semua mimpi itu seperti putaran film hitam putih yang bergilir. Terasa cepat. Hingga titik terakhir di film itu adalah wajah pria yang sekarang berada tepat di depan mataku. Aku sadar bahwa pria yang ada di setiap mimpiku adalah pria yang sama yang saat ini berada didepanku. Aku mendongak dan melihat wajah tampannya.
Lalu pria itu tersenyum manis dan mengecup keningku cukup lama. Dia juga mengecup puncak kepalaku. Aku tidak bisa merespon apapun. Sebab aku merasakan perasaan bahagia saat bibirnya menyentuh keningku. Aku tahu ini tidak bermoral, ajaran moral itu tidak bisa aku respon di otakku.
"Kau adalah milikku. Dan milikku tak akan pernah aku bagi." Ucapnya dengan serak.
Aku masih sadar saat pria itu mengatakan kepemilikannya atas diriku. Tetapi saat terakhir kali di mencium keningku, aku merasakan kegelapan. Kegelapan itu menarikku ke dalam pusaran hitam yang menenangkan. Hal terakhir yang aku pikirkan sebelum tidak sadar adalah Seharusnya aku menginap di hotel yang sama dengan April. Atau seharusnya aku tidak liburan di Bali. Jika seperti ini, aku benar-benar menyesal telah datang ke Bali. Aku menyesal.
********
Aku merasakan kehangatan disekujur tubuhku. Dan aku merasakan tempat disekitarku yang empuk. Aku mengeluarkan erangan kecil karena perasaan nyaman ini. aku pikir tidur nyenyakku tak pernah se nyamanan ini. tak ada mimpi buruk. Apalagi pria gila yang ada di lift.
Seakan tersadar dari apa yang aku pikirkan. Aku langsung duduk dari posisi tidurku. Hal pertama yang aku lihat dalah kamar luas dengan background biru laut dan putih yang begitu lembut. Dengan wangi maskulin yang memenuhi hidungku. Aku tahu ini bukan kamarku dan aku juga tahu bahwa ini bukan karma hotel tempat aku menginap. Aku melihat ke jendela. Sepertinya waktu sudah malam hari. Itu berarti aku tidur terlalu lama. Aku meneliti kamar ini, ada sebuah lemari yang berisi buku-buku besar da nada sebuah pintu bercat putih yang sepertinya adalah sebuah kamar mandi. Tirai yang menutupi jendela berwarna coklat dan tirai itu terbang-terbang tertiup angina malam. Ada sebuah closet tempat ganti baju didekat pintu kamar mandi. Dan lampunya bercahaya putih. Kebanyakan warna di kamar ini adalah putih.
Aku melihat ke sekelilingku. Dan aku menemukannya. Pria itu duduk manis di kursi dengan sebelah kaki ia letakkan diatas paha kirinya. Tangan kananya mengelus dengan lembut permukaan dagunya. Di terlihat sedang menilai sesuatu. Aku menatapnya. Dan tatapan mataku jatuh ke bibir seksinya yang begitu menggoda.
Aku tidak lagi memikirkan keadaanku yang kacau balau. Karena aku terperangkap dalan senyumannya. Dia berjalan mendekatiku. Pria tersebut berhenti tepat di depanku. Kemudian ia duduk diranjang tepat dihadapanku.
Dia menjulurkan tangannya kearah pipi mulusku. Dan menyentuhnya dengan lemut. Aku tak tahu apa yang kurasakan, yang pasti aku mendambakan sentuhannya. Aku hanya meresponnya dengan menutup mataku dan menikmati sentuhanya dikulitku.
Ini gila... benar-benar gila yang luar biasa. Aku mendambakan sentuhan pria asing yang tidak aku kenal. Yang tidak tahu mengapa dia membawaku ke kamarnya. Dan tidak tahu mengapa ia menyentuhku. Dia terus menyentuh kedua pipiku. Seperti memeriksa bentuk wajah tirusku. Mulai dari pipi, mata, hidung, dan yang terakhir adalah bibirku. Di mengusapkan ibu jarinya di
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man Is Alpha
WerewolfPERINGATAN 18++ Semuanya berawal dari mimpi.Mimpi yang sering aku alami saat di Australia.Perlahan-lahan mimpi itu menjadi seperti kenyataan.Membuat aku menjadi gila karena merindukan sentuhan Pria yang ada didalam mimpi itu. Suatu hari ada seorang...