Untitled part

13.7K 738 0
                                    

"Tentu saja tidak, sayang. Aku hanya khawatir jika kau kenapa-kenapa." Alpha berdiri di depanku. Sebenarnya aku ingin berteriak, KEMANA PONSELKU? Tapi, aku tak berani. Pagi ini dia terlalu manis untuk di bentak.

Di meraih tanganku. Menarikku kedalam pelukkannya. Aku memejamkan mata menerima ke hangatan dari pelukkannya. Tangannya berada di pinggangku. Sedangkan tanganku berada di kedua lengan kekarnya. Ototnya benar-benar besar dan kuat.

Melonggarkan pelukkanku. Dia menatap mataku. Tatapannya seperti menuntut untuk apa? Aku tidak tahu. Alpha menarik daguku dengan ibu jari dan jari manisnya. Mulutnya di mulutku. Mencium dengan lembut tanpa menuntut. Aku tersesat dalam ciuman manisnya. Aku tidak bisa menolak ketika bibirnya menarik bibir bawahku untuk menerima lidahnya yang mencoba masuk kedalam mulutku. Kedua tangannya menahan daguku agar tetap diam. Bermain-main dengan lidahnya membuatku menginginkan lebih. Aku mengerang nikmat dan menghantarkan rasa hangat lewat tulang belakangku yang terhubung ke pangkal pahaku. Dan samar-samar aku mendengar dia menggeram. Dia mengakhiri ciumannya yang mulai menjadi panas dan menuntut.

Masih terengah-engah, namun Alpha mendudukkanku di kursi. Dia tahu bahwa kakiku menjadi lemas karena ciumannya pagi ini.

"Apa yang ingin kamu makan, Jessy?"

Jessy? Manisnya ketika dia mengatakannya.

"Apapun itu. Aku rasa, aku benar-benar lapar." Aku mendesah. Dia hanya tertawa. Aku cinta tawamu. Itu sangat seksi.

"Pancake madu, pai apel dan jus jeruk?" Dia meletakkan semua yang dia katakannya. Aku mengangguk setuju. Aku melirik ke piringnya. Ternyata dia juga makan dengan menu yang sama denganku. Aku hanya mengangkat bahu acuh. Tuhan tahu betapa laparnya aku.

"Apa yang ingin kau lakukan hari ini?" Tanyanya sebelum memasukkan potongan pai apel terakhir di mulut seksinya. Owh, mulut itu sudah menjelajahi leherku.

Aku mencoba berkonsentrasi untuk menjawab pertanyaanya. Mengabaikan pikiran erotisku. Sebenarnya pikiranku yang erotis membuat sendok berisi pancake menggantung di udara.

Apa yang ingin aku lakukan? Apa ya? ponsel tidak ada jadi tidak bisa menelepon. Memasak juga tak bisa karena Mom Ellie sudah pulang. Apa ya?

Kabur. Kata itu terlintas cepat di otakku. Jika aku mengatakannya maka Alpha tidak akan mengijinkannya mungkin Alpha justru mengurungku di kamar.

Bodoh, itu jawaban dari pikiranku yang lain. Jika tidak di jinkan, maka coba kebohongan lain agar bisa kabur.

Tetapi apa? Apakah berbelanja akan di ijinkanAlpha? Jika tidak di coba aku tak akan tahu apa jawabannya.

Berbelanja hanya ku gunakan sebagai alasan yang kuat untuk kabur.

Aku merasa bahwa aperasaanku mulai aneh. Aku takut jatuh lebih dalam ke dalam pesona Alpha. Bahkan semalam aku telah menyerahkan keperawananku untuknya. Aku tak tahu apa lagi yang akan aku serahkan jika aku jatuh dalam pesonanya.

"Bolehkah aku berbelanja? Ku mohon, aku ingin berbelanja baju. Aku ingin memakai baju yang sesuai dengan seleraku." Aku merengek dan menarik tangannya. Aku mengeluarkan puppy eyes ku. Selama hidupku, tidak ada yang bisa menolak keinginanku ketika aku bertingkah seperti ini.

"Apa ada yang salah dengan baju yang selama ini kau kenakan?" Dia menatapa mataku.

Ayo, Jessy. Keluarkan semua jurusmu. Aku tertawa dalam hati.

"Aku mohon. Aku hanya ingin membeli beberapa baju. Jika kau mengijinkannya, aku pasti akan sangat, sangat bahagia. Kau bisa menyuruh pengawal untuk menemaniku." Aku menyebutkan pengawal agar rencanaku semakin bagus dan berhasil.

My Man Is AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang