Sekilas aku melihat ekspresi Alpha seperti mengatakan Dad-hentikan-omong-kosongmu. Dan aku melihat Mom Ellie hanya cekikikan seperti anak ABG labil. Ini terkesan lucu.
Untuk satu hal yang jarang aku rindukan. Aku merindukan Mom dan Dad. Aku tak pernah sarapan semeja dengan orang tuaku seperti ini. Dan ini membuatku merasa hangat. Memikirkan keluargaku seperti ini membuatku sedikit berkaca-kaca saat aku meminum susuku. Siapa yang tak ingin mempunyai keluarga sehangat ini?
Dad John menceritakan masa kecil Alpha, ternyata Alpha merupakan anak semata wayang. Dia sama denganku, namun perbedaanya Alpha mendapatkan kasih sayang yang lebih dari cukup. Dan aku sedikit terkejut bahwa Alpha tidak pernah menghabiskan hidupnya di Indonesia. Ternyata dia lahir dan dibesarkan di Jerman. Aku tahu jika wajahnya seratus persen bule, tetapi tak pernah ke Indonesia? Bagaimana bisa? Maksudku Bagaimana bisa bahasa Indonesianya terkesan lancar dan normal untuk ukuran bule baru yang masih sebentar tinggal di Indonesia?
Sarapannya telah selesai dan sekarang kami semua sedang berada di ruang tamu dengan kursi berbentuk 'u' di depan perapian yang sepertinya terlapisi baja sehingga nyala apinya tetap stabil aneh, Bali tidak mempunyai musim dingin jadi kenapa harus ada perapian? Aku mengabaikan pemikiran itu ketika mendengar nama, 'SMITH' terdengar di telingaku.
SMITH adalah perusahaan yang bekerjasama dengan ayahku. Emm, sepertinya baru akan bekerjasama. Well, apapun itu aku tak tahu karena aku tak tertarik ke bisnis. Aku mendengar Dad John dan Alpha sedikit berbisik-bisik membicarakan bisnis mereka. Aku tidak berminat untuk menguping lagi ketika Mom Elli bercerita tentang Bali yang membuatnya takjub.
"Kau tahu? Mom ingin sekali mempunyai anak perempuan yang cantik dan manis sepertimu. Mom, ingin mengajak mereka berbelanja, liburan, dan ke salon bersama. Tetapi Mom justru melahirkan bayi laki-laki." Kata Mom sambil mengangkat dagunya dengan cara tidak hormat kearah Alpha. Aku pikir dia tidak suka mendapat anak laki-laki seperti Alpha. Aku hanya tertawa mendengarnya.
"Ya. anak laki-laki dan ayahnya selalu seperti itu. Hanya membicarakan bisnis dan pack mereka. Ya hanya itu saja." Kata Mom sambil meminum jusjeruknya dengan elegant. Aku heran kenapa Mom bisa mengejek dengan cara tak terhormat lalu meminum secara elegant dengan sekali tarikkan nafas.
"Pack? Apa itu, Mom?" Aku bingung. Lalu mengubah dudukku menjadi mode serius kearah Mom. Mom yang tak siap mendengar pertanyaanku langsung tersedak. Dia lalu meletakkan gelasnya dengan buru-buru dan mengelap bekas air yang tersisa dimulutnya dengan tisu.
"Bukan apa-apa, sayang." Kata Mom gugup. Dia tersenyum, namun seyumnya tak sampai menyentuh matanya. Senyum yang dibuat-buat. Aku tahu itu.
*****
Aku tidak tahu bagaimana waktu cepat berlalu. Yang aku tahu sekarang waktunya untuk tidur. Seharian ini aku menghabiskan waktu dengan Mom Ellie. Mom mengajarkanku bagaimana membuat kue tradisional dari negara asalnya. Lalu setelah makan siang Mom mengajakku untuk merangkai bunga mawar. Sedangakan Alpha tak terlihat sedikitpun setelah aku keluar dari ruang tamu tadi. Bahkan dia tidak makan siang bersama kami. Sepertinya dia terlalu sibuk. Aku tak tahu.
Aku benar-benar merasa kehilangan dan sedih ketika Mom Ellie dan Dad John memutuskan untuk pulang ke Jakarta setelah makan malam tadi. Padahal aku sudah meminta Mom Ellie untuk menunggu esok hari jika ingin pulang. Tetapi Mom mengatakan hal aneh yang aku harap tak terjadi.
"Malam ini kau milik Alpha, sayang. Dan kami tidak ingin mengganggu kalian." Kata Mom sambil memelukku sebelum masuk ke dalam BMW nya.
Apa maksudnya itu? Entahlah.
Aku hanya menutup diriku dengan selimut sambil berguling tak jelas di ranjang king size ini. Aku tak tahu Alpha dimana, tadi dia mengatakan bahwa harus menelepon beberapa orang. Tuan bermata biru yang sangat sibuk. Aku mendengus tak suka. Mungkin aku tak suka karena dia tak ada di sampingku. Wow, ironinya belum hilang bahwa dia masih orang yang sama yang telah mengurungku dua hari ini. Emm, aku bingung dengan pemikiranku yang kacau ini.
Pintu sepertinya terbuka dan tertutup kembali. Aku mendengar derap langkah kaki yang mendekat ke ranjang. Aku pikir dia sedang mengganti pakaiannya dengan piyama. Aku bahkan tak pernah memakai piyama selama disini. Dan malam ini aku hanya mengenakan t-shirt longgar sepanjang setengah paha. Itu tak masalah bagiku, sebab bau tubuh Alpha ada di T-shirt ini dan aku merasa lebih rileks.
"Jessy, apakah kau sudah tidur?" Tanya Alpha lalu duduk di bagian ranjang yang kosong. Aku diam tak menjawab. Kemudian Alpha langsung tidur lalu menarikku ke dalam pelukkanya. Dia mengendus rambutku dan menghirup rambutku cukup lama. Aku hanya menutup mata karena aku berpura-pura sudah tidur.
Tangannya mulai bergerak ke leherku. Menyibakkan helaian rambut yang menutupi leherku. Dia menciumnya dengan lembut disana. Di leher telanjangku. Mengirimkan kehangatan lewat tulang belakangku. Darahku memompa cepat.
Tangan yang satunya ia gunakan untuk membelai perut rataku secara perlahan. Membuat aku seperti terbakar karena sentuhannya. Aku menggigit bibirku untuk menahan erangan yang akan keluar dari mulutku. Mulutnya masih sibuk dengan leherku dan tangan kanannya masih membelai perutku dengan perlahan. Ini penyiksaan yang nikmat. Aku tidak bisa menahan bibirku untuk terkatup lagi. Dan erangan menjjikkan mulai keluar dari mulutku. Tepat setelah erangan itu. Alpaha langsung membalikkan tubuhnya sehingga dia berada di atasku.
"Bolehkah aku menghabiskan malam denganmu?" Tanyanya dengan suara serak. Aku baru sadar bahwa lampu tidur belum di matikan sehingga aku bisa melihat bola mata Alpha berubah menjadi biru gelap yang mematikan. Dan wajah tampannya terlihat seksi dengan bibir terbuka.
"Bukankah kau selalu melakukannya akhir-akhir ini?" Aku berbisik serak. Dan aku tak dapat mengenali suaraku sendiri.
"Ya. tetapi, bolehkah kita melakukannya? Owh, aku benar-benar menginginkanmu." Tanganya kananya mengelus rahangku dengan perlahan. Aku menahan napasku.
"Dan apakahaku bisa menolaknya?" Aku bernapas.
"Kau tak bisa. Karena aku tahu kau juga menginginkannya. Kau menginginkanku." Hidungnya menyentuh hidungku. Aku bisa menatap ke dalam pupil matanya yang mulai membesar karena lonjakkan gairah yang meningkat.
Maaafkan aku, Mom, Dad. Aku benar-benar mennginginkan pria ini. Aku tahu dia penuh rahasia. Aku akan mengambil resiko apapun untuk menjadi miliknya. Maafkan aku.
"Bolehkah aku?" Giginya menyentuh rahangku secara perlahan dan kedua tangannya menahan wajahku agar tetap diam. Tanganku terasa gatal dan ingin menyentuhnya. Aku mengarahkan kedua tanganku untuk menangkup wajahnya dan melihat tatapanya yang mulai berkabut penuh gairah.
"Aku menginginkanmu. Aku ingin menghabiskan malam denganmu." Aku menatap matanya, dan dia sedikit terkejut dengan pernyataanku. Namun senyumannya berubah menjadi seringai serigala.
Bagaimana aku akan mengatakan semua ini kepada Juno? Bahwa aku menginginkan Pria ini dengan amat tidak senonoh. Owh, namun aku benar-benar menginginkannya dengan caraku sendiri.
"Dan tak ada pria lain selain aku yang bisa menyentuhmu." Dia bergumam untuk dirinya sendiri.
Mulutnya di mulutku. Menciumku dengan perlahan dan pasti. Menuntut dengan amat tak senonoh. Aku mengerang frustasi dibuatnya. Bibirnya mengigit bibir bawahku dan menariknya perlahan. Aku menutup mata. Dan napasku menjadi tersengal-sengal. Sial, aku terengah-engah.
Ketika mulutku terbuka. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Ciumannya menuntut lidahku unutk bersatu dengannya. Aku membalasnya dengan cepat dan ritme teratatur. Aku merasakan bahwa tangannya mengelus perut rataku dan tangan kanannya mulai mengelus pahaku secara bergantian. Aku memindahkan tanganku kerambutnya. Menarik rambutnya perlahan, rambutnya terasa lembut dan halus. Aku menyukainya.
Dia mengerang ketikaaku mulai membalas ciumanya yang menuntut bahkan terkesan cepat. Aku tak tahu mengapa diriku menjadi gila oleh ciumannya. Dia menghentikan ciumannya secara sepihak. Jauh di dalam hatiku, aku menginginkan lagi mulutnya yang manis.
"Kau membuatku gila, Jessy. Aku tidak tahan dengan baumu yang memabukkan. Lavender dan green tea, itulah kombinasimu." Katanya di depan bibirku. Napas mintnya terasa hangat di hidungku. Aku menarik tengkuknya untuk menciumnya. Tetapi dia menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man Is Alpha
WerewolfPERINGATAN 18++ Semuanya berawal dari mimpi.Mimpi yang sering aku alami saat di Australia.Perlahan-lahan mimpi itu menjadi seperti kenyataan.Membuat aku menjadi gila karena merindukan sentuhan Pria yang ada didalam mimpi itu. Suatu hari ada seorang...