Uda masuk part 4, dan aku akan tetap lanjutkan ceritanya sesuai janjiku.
owh ya guys, aku minta doa dari kalian ya. entar tanggal 7 mei itu pengumuman kelulusanku. jadi doakan aku semoga lulus yahh. oke? bisakan#gk maksa kok.
dan doakan semoga wenny yang cantik dan kocak ini lulus PTN yahh. doakan ya, wenny pengen banget lulus PTN. semoga lulus. amin...
jangan lupa tinggalkan jejak... vote dan coment kalian membantuku dan menyemangatiku untuk neruskan cerita yang awkward ini#menurut wenny ya. hehehe.. Jangan jadi SILENT READERS, OKE? OKE WENNY, WKWKWK
awas typoo bertebarann....... dan NO COPAS OKE? OKELAH
HAPPY READINGS GUYS......
LOVE YOU ALL :*
*****
4. Growled
Aku sudah lelah mengelilingi Istana ini. Tuhan, berapa luas sih rumah ini. sungguh melelahkan. Aku tak tahu kenapa seseorang membangun tempat yang begitu luas ini di tengah-tengah hutan.kenapa aku bisa tahu bahwa istana ini terletak ditengah-tengah hutan?
Seperti yang kukatakan tadi. Bahwa aku telah lelah mengelilingi rumah ini. sebutkan tempat apa saja yang belum aku datangi? Ruang makan? Ruang keluarga? Ruang kerja? Kamar pelayan? Dapur? Tempat pengawal? Tempat penyimpanan makanan? Ruang bermain billyard? Garasi? Taman? Kolam renang? Kamar tamu? Bahkan tempat mencuci baju pun sudah aku datangi dengan dua pengawal ehh maksudnya bodyguard yang berdiri disampingku sambil menjelaskan apa yang aku lihat. Aku merasa aneh menyebutnya pengawal. So, bodyguard lebih cocok.
Hanya WOW yang terlintas di benakku untuk semua ini. ya, sejauh ini hanya WOW.
Setiap pelayan yang muncul menyapaku dengan nama Luna. Aku sedikit kesal awalnya. Namun, karena semua orang memanggilku Luna. Jadi aku hanya diam saja karena sudah terlalu lelah protes.
"Selamat siang, Luna." Kata dua pelayan saat melewatiku menuju sebuah lorong panjang.
Kesabaranku habis. Dan lagi, aku bukan Luna.
"Aku bukan Luna. Dan jangan memanggilku Luna lagi. Namaku Jesssy. Ingat Jessy bukan Luna. Panggil saja Jessy." Aku membentak kedua pelayan itu. Mereka terkejut dengan bentakkanku. Aku mengabaikan keterkejutannya.
"Kami tidak berani selancang itu, Luna. Alpha akan marah dengan kami dan kami tak ingin dihukum." Kata salah satu pelayan yang lebih muda dari temannya, sedangkan yang satunya hanya menunduk saja.
"Siapa Alpha? Aku tidak mengenal Alpha. Apa dia yang memiliki istana ini?" Aku memang tidak mengenal seseorang bernama Alpha.
"Eh?" Pelayan itu terkejut.
"Iya, Luna. Alpha adalah pemilik Istana ini dan Alpha adalah pemimpin kita." Kata pelayan yang sedari tadi menunduk kini menjelaskan.
Pemimpin? Apa maksudnya?
"Sudahlah. Lebih baik kalian pergi. Jangan mengganggu Luna. Luna sedang tidak dalam mood yang baik." Kata bodyguard yang lebih tinggi. Aku tidak tahu namanya.
Aku hanya mendengus mendengar kata bodyguard tadi. Iya, aku tidak dalam mood baik jika kalian memanggilku Luna. Sebab aku Jessy bukan Luna.
Aku lalu meninggalkan dua pelayan tadi dan melanjutkan perjalananku menuju lorong yang mempunyai ujung dengan pintu besar. Aku lelah, sudah berjam-jam kami berkeliling hingga siang. Aku sedikit melirik kejendela untuk melihat sinar matahari yang menyengat dan menyilaukan diluar.
Sekarang aku sedang berjalan di lorong yang cukup klasik. Sepertinya hanya ini yang belum aku datangi. Lorong ini cukup panjang dan luas. Dindingnya berwarna coklat dan lantainya berwarna putih bersih. Aku melihat pintu berwarna biru tua yang cukup besar di ujung lorong itu. Aku berjalan mendekatinya.
Aku mendengar suara orang menggeram. Tidak ini bukan hanya satu orang saja. Tetapi ada lebih dari satu, ehh sepertinya sangat banyak. Entah berapa orang yang ada didalam sana.
Aku penasaran. Dan aku semakin penasaran ketika mendengar suara lolongan. Seperti lolongan anjing. Tetapi lolongan itu lebih keras dan tidak seperti lolongan anjing. Serigala? Apa itu lolongan serigala?
Aku semakin bingung dengan isi didalam ruangan itu. Apa itu ruangan peliharaan binatang pria tersebut? Entahlah. Aku berlari kearah pintu itu. Aku memutar kepalaku untuk melihat bodyguard yang berada beberapa meter dibelakangku,
"Ruangan apa ini? kenapa ada suara lolongan didalamnya?" Tanyaku buru-buru. Dan bodyguard itu hanya saling menatap. Sepertinya mereka bingung untuk menjawab pertanyaanku.
"Maaf, Luna. Anda tidak boleh memasuki ruangan itu. Alpha akan marah, Luna." Kata salah satu yang lebih pendek. Mereka berdua menunduk.
Astaga? Aku bukan Luna. Dan entah bereapa kali aku harus mengingatkan mereka bahwa aku bukan LUNA.
"Aku bukan Luna. Dan bukankah Alpha yang telah mengijinkanku untuk menjelajahi setiap ruangan disini? Hah?" Aku sedikit membentak mereka.
Tenangkan dirimu, Jessy. Aku menghembuskan nafas tenang agar tak terbawa emosi.
"Tapi, Alpha....."
Bugggghh
Bugghhh
Pyaaaarrrrrrrr
Aku langsung menarik handle pintu untuk membuka pintu biru itu. Aku semakin penasaran dengan suara-suara seperti tendangan dan barang-barang yang pecah. Jantungku mulai berdetak keras karena takut dengan situasi yang akan kulihat di dalam ruangan tersebut.
Aku mendengar bodyguard itu berteriak untuk tidak membuka pintu tersebut.
Ya bukan Jessy namanya jika tidak menurut.
Ceklekkk
Aku menatap Alpha ya pria asing yang dipanggil Alpha oleh pelayannya, aku terpesona dengan kewibawaanya dan aku melihat dia tidak terintimidasi sedikitpun dengan keadaan disekitarnya. Dia duduk dengan berwibawa dikursi paling depan. dan untuk kursi yang berada dikedua sisi meja panjang adalah..
Astaga... apakah ini pertemuan para model? Bintang iklan? Artis? Atau dewa?
Semuanya laki-laki yang tampan dan mempesona. Tak ada yang buruk sekalipun untuk dipandang. Walaupun ada yang sudah tua dan beruban namun bapak-bapak tersebut tetap tampan dan mempesona. Mereka diam memandangku dan tak lama mungkin hanya beberapa detik saja mereka diam lalu mereka berdiri dan membungkuk.
WOWWWW.... Super Dobell deh wownya. Mereka membungkuk tanda hormat kepadaku.
"Selamat datang, Luna." Kata mereka serempak. Dan aku langsung menjatuhkan rahangku. Maksudku membuka mulut karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man Is Alpha
Kurt AdamPERINGATAN 18++ Semuanya berawal dari mimpi.Mimpi yang sering aku alami saat di Australia.Perlahan-lahan mimpi itu menjadi seperti kenyataan.Membuat aku menjadi gila karena merindukan sentuhan Pria yang ada didalam mimpi itu. Suatu hari ada seorang...