Untitled Part

10.5K 645 10
                                    

Aku memandang seluruh kamar ini. Aku melihat jam dinding yangbesar itu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sejauh ini semua rencanaku berhasil. April memberikanku segelas jus jeruk. Aku meneguknya nikmat. Jus jerukdingin meluncur ke tenggorokkanku.

April menceritakan semuanya. Saat dia tidak bisa menghubungiku. Dan saat aku tidak ada meneleponnya, April dan Jason mulai khawatir. Kemudian mereka datang ke hotel tempat aku menginap. Mereka bertanya ke seluruh pegawai hotel tentang keberadaanku. Karena tidak menemukan satu pegawaipun yang pernah melihatku membuat mereka tambah khawatir. Jadi, mereka membawa semua barang-barangku. Dan meminta pegawai hotel untuk segera menghubungi mereka jika mereka melihatku.

"Terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku." Aku duduk di sampingnya. Dan langsung memeluknya. Aku sudah menganggap April sebagi saudara perempuanku.

"Hei, Amstrong. Kau belum menceritakan semuanya padaku."

Aku tidak bisa menghindari tatapan April yang mengatakan, ceritakan-semua-padaku.

"Well, ketika aku selesai makan siang hari pertama di Ubud. Aku bertemu seorang pria di dalam lift. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tapi aku yakin bahwa aku pingsan. Dan pria itu membawaku ke is... rumahnya. Dia merawatku dengan baik. Namun, aku lupa untuk menelepon kalian. Setelah aku pikir-pikir ternyata ponselku hilang. Dan baru hari ini aku bisa menemui kalian." Aku menceritakan kebohongan pada April. Aku tidak ingin April tahu bahwa Alpha adalah pria yang mengurung dan menahanku di istananya.

Maafkan aku, April.

"Apakahada yang lain? Kau tidak berbohongkan" April mulai menatap mataku. April tahu jika aku berbohong atau tidak.

"Tdak ada yang lain, April. Dan tentu saja aku tidak berbohong."

Well, selain malam panas, ciuman, dan kabur dari Alpha, aku rasa tidak ada kebohongan lain.

"Aku yakin pria itu pasti sangat tampan. Sehingga kau lupa untuk tidak menelepon kami."

Jika kau tahu priaitu maka kau akan menjerit, April.

"Sangat tampan. Dia keturunan Amerika, Jerman dan Inggris." Aku mengingat wajah tampan Alpha.

"Kau jatuh cinta dengannya? Aku harap ya, karena kau tidakpernah jatuh cinta dan melihat ekspresimu yang berseri-seri. Aku pikir kau mencintainya." Ohh, hentikan omong kosongmu April. Aku ingin menjawab tidak, tetapi aku tak yakin bahwa jawaban tidak itu benar.

"Well,kau bisa memikirkannya, Jessy. Sementara aku pergi ke Sanur untuk menginap di sana." April mulai masuk ke dalam kamar.

"Dan kau harus menelepon Bibi Marry. Aku telah lelah membohongi Bibimu." April berteriak dari dalam kamarnya.

"Mungkin besok pagi aku akan menelepon Bibi." Aku bergumam pelan

Aku sendiri lagi?

*****

Aku berguling tak nyaman di ranjang. April mempunyai duakamar, meskipun tidak besar namun aku harus mengucapakan terimakasih karena telah diberi satu kamar. Ternyata hotel yang di sewa April mempunyai dua kamar.

Detik dari jam dinding terus berbunyi. Sudahmenunjukkan pukul dua belas malam. Dan akumasih belum bisa terpejam. Hati dan pikiranku seperti tidak ada di ragaku. Kemana pikiranku berjalan selalu tentang hutan pinus yang aku lewati pagi tadi.

Setiap aku terpejam, bayangan dari tuan bermata biru selalu mengintimidasiku. Dan ketika aku mulai tak sadar aku langsung tersentak untuk bangun karena akau merasa ada yang sedang mengawasiku dari sudut kamar ini, sudut tergelap. Semuanya membuat aku bingung.

Apakah pelarian dari Alpha adalah sebuah kesalahan? Aku pikir ini merupakan pilihan yang tepat untuk menjauh dari penculik yang membuat aku terpesona. Tetapi, hati dan pikiranku tak suka dengan pilihan yang telah aku perbuat. Aku merasa seperti memilih pilihan yang benar-benar salah. Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan semua kegelisahan ini?

Mencoba memejamkan mata lagi. Aku terus memejamkan mata sampai aku lelah dengan pikiranku yang kacau. Aku mulai mengantuk dan siap untuk tertidur. Aku sudah mulai tak sadar dan aku mendengar bisikkan halus dan lembut di telingaku.

"Tidurlah, sayang. Aku mencintaimu." Dan suara itu begitu lembut, menenangkan jiwaku. Ada sebuah ciuman yang mendarat di keningkucukup lama ketika aku tertidur. Aku pikir itu hanya khayalanku saja. Meskipun hanya khayalan namun kata-kata itulah yang menghantarkanku untuk tidur.

Aku tersentak kaget ketika bermimpi tatapan biru yang mengintimidasiku. Aku langsung membuka mataku dengan cepat. Aku melihat seorang pria berpawakan tinggi sedang berdiri di ujung ranjangku. Pria tersebut menatapku tajam. Aku menghidupkan lampu tidur yang berada di sampingkukarena cahaya di kamar terlalu sedikit . Namun aku tak menemukan siapapun di ujung ranjangku. Siapa pria itu?

Aku hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Dan aku kembali mematikan lampu tidur. Aku menarik selimut sampai batas perut. Mulai memejamkan mata karena aku masih mengantuk. Tidak butuh waktulama bagiku untuk tertidur kembali. Samar-samar aku mendengar suara.

"Mengapa kau pergi dariku, Sayang?" Bisikkan itu terdengar pelan di telinga kananku. Aku pikir itu hanya mimpi saja.

"Bibi, sudahlah. Tidak ada yang special dengan pria itu. Pria itu hanya teman." Aku mendesah hebat.

Aku tidak tahu apa yang April ceritakan kepada Bibi Marry. Tetapi Bibi Marry memintaku untuk menceritakan pria yang membuatku lupa untuk meneleponnya. Astaga, racun apa yang telah April berikan kepada Bibi Marry?

"Baiklah. Bibi tidak akan memaksamu lagi. Apakah kamu akan kencan dengannya?" Tanya Bibi yang aku yakini dengan wajah berseri-seri. Bibi tahu bahwa aku tidak pernah mencintai Juno sebagai kekasihku. Maka dari itu Bibi selalu memintaku untuk mencari pria lain yang dapat membuatku jatuh cinta.

"Tidak, Bibi. Aku tidak suka Bibi bertanya seperti itu. Aku tidak akan menemui pria itu lagi. Lagipula aku sedang berpacaran dengan Juno." Aku menyesap kopi hitam yang sedangaku buat. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan lewat lima menit.

Kenapa sarapannya belum datang? Aku melirik pintu masuk untuk mendengar intercomnya berbunyi. Perutku sudah berteriak minta di isi.

"Kenapa? Apa pria tersebut membuat kesalahan? Kenapa kau tidak putus saja dengan Juno? Mengingat fakta bahwa kau tidak mencintai Juno."

Aku memindahkan gagang telepon hotel ke telinga kananku.

Ya selain Alpha menculikku, mungkin kesalahan lainnya karena dia begitu seksi dan mempesona.

"Sudahlah, Bi. Aku sedang tidak ingin membahas semua ini. Aku akan sarapan, jadi aku harus menutup teleponnya. Aku mencintaimu, Bibi." Aku memutuskan panggilan teleponnya dengan cepat. Dan tepat ketika aku meletakkan gagang telepon, intercom berbunyi nyaring.

Sarapanku telah tiba.

*****

Si Jessy bodoh ya..

masak cowok se keren dan sekece Alpha ditinggali.. entarkan dia kenak karma..

kalo wenny jadi Jessy, wenny mahh rela di kurung selamanya sama cowok sekece Alpha.. wkwk

kirimkanlah cowok seperti itu untu wenny..

(dasar penulis yang aneh)

maklum wenny kan lagi jomblo (gak tanya kali)

Jangan lupa tinggalkan jejak...!

Vote dan koment kalian sangat membantuku untuk meneruskan cerita ini...

LOVE YOU GUYS

My Man Is AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang