5. Jalan yang berbeda

108 9 0
                                    

Playlist:
1. Peri Cintaku- Marcell

.

.

.

"Karena aku tahu tidak selamanya aku terus mengkhianati Tuhanku."

.

.

.

Pulang sekolah Mentari meminta Langit untuk menjemputnya. Banyak hal yang harus dibahas diantara mereka. Mentari memutuskan untuk menunggu Langit di minimarket dekat sekolahnya, tempat Langit biasa menunggu Mentari.

Motor sport merah Langit tak lama menghampiri Mentari yang masih asik memainkan ponselnya.

"Naik kali, Tar." Mentari terkekeh dan segera naik keatas motor Langit.

"Siap! Ayo jalan, Mang!" Langit mencibir pelan saat Mentari menjadikannya sebagai Mamang ojek.

Langit memberhentikan motornya di depan sebuah kedai kopi kesukaan Mentari.

"Mau ngomong apa sih, Tar?" Tanya Langit saat mereka sudah duduk dan menikmati pesanan masing-masing.

"Kamu makin ganteng aja sih, Ngit." Mentari mencoel dagu Langit.

"Ada acara apa sih muji-muji?" Tanya Langit saat melihat kelakuan Mentari yang berbeda. Mentari tesenyum dan menggeleng sebagai jawaban.

Lalu mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Langit yang masih menerka isi kepala Mentari, dan Mentari yang sedang menyusun kalimatnya untuk memulai pembicaraan ini.

"Gerhana masih suka ganggu kamu?" Langit mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Mentari. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Jangan terlalu menghindar, Ngit. Kamu nggak tahu kan apa rencana Tuhan?" Mentari menatap Langit tepat di manik matanya.

"Tar---"

"Terkadang rencana Tuhan memang tidak sejalan dengan keinginan kamu, Ngit." Potong Mentari.

"Tar---"

"Jangan potong ucapan aku, Ngit." Mentari mengangkat sebelah tangannya agar Langit diam. "Kamu tau kan akhir dari hubungan kita?"

"Kita sepakat untuk tidak membahasnya, Tar." Sanggah Langit kesal ketika melihat Mentari yang terus membahas topik yang Langit hindari selama dua tahun terakhir ini.

"Tapi kita harus membahasnya, Ngit. Kamu mau terus-terusan di dalam lubang hitam ini? Kamu tidak ingin mencoba keluar dari zona nyaman kamu?" Mentari menatap Langit dalam.

"Dari awal kamu tahu kalau akhirnya kita akan seperti ini. Aku dan kamu....berbeda. Kita berbeda, Langit."

"Tapi---"

"Aku tidak bisa mengkhianati Tuhanku dan kamu pun begitu, Langit. Mau seperti apa kita kedepannya?"

"Aku tahu." Jawab Langit cepat.

"Kita sudahi ya, Ngit?" Tanya Mentari dengan tatapan yang nanar.

"Mentari, aku sayang sama kamu. Sayang banget." Ujar Langit lemah.

"Aku juga sayang sama kamu, Langit. Sayang banget."

"Setidaknya beri aku waktu untuk memulihkan hati aku, Mentari." Pinta Langit sambil menggenggam tangan Mentari yang berada di atas meja.

"Dan membiarkan hati aku yang akan terluka? Apa itu tidak egois, Ngit?" Mentari menarik tanggannya dari genggaman tangan Langit.

"Satu hal yang harus kamu pahami. Aku dan kamu jauh berbeda. Keyakinan kita berbeda, Langit. Tidak seharusnya kita menyalahi aturan Tuhan kita. Cukup ya, Ngit? Kita sudahi semuanya. Aku dan kamu memulihkan hati masing-masing dan dengan cara masing-masing pula."
Akhirnya Langit mengangguk dan tersenyum kepada Mentari. Kini Mentari telah memilih jalannya. Cukup bagi Langit waktunya bersama Mentari selama dua tahun ini.

Gerhana&Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang