1. Kamu itu layaknya valak

195 15 9
                                    

Playlist:
Sheila on7 : jadikanlah aku pacarmu

Jikalau memang ini takdir kita, aku berusaha untuk tetap berdiri tanpa kamu.
.
.
.

Bogor, Oktober 2018

Alunan musik yang berasal dari angklung memenuhi seluruh penjuru ruangan berukuran 10x10 meter. Irama musik dari lagu Manuk Dadali terus mengalun mengindahkan siang yang terik di hari sabtu. Seorang perempuan berambut sebahu itu tampak terus menggerak-gerakkan kedua tangannya untuk memberi intruksi kepada para pemain angklung tersebut. Sesekali matanya terpejam untuk ikut menikmati alunan musik.

Dia Gerhana Rinjani, perempuan yang memiliki rambut sebahu dengan tinggi berkisar 160 cm. Perempuan berumur 23 tahun dan lulus sebagai lulusan terbaik dari salah satu perguruan tinggi terbaik Indonesia yang mengambil jurusan pertanian karena hobinya dalam bercocok tanam.

Perempuan pencinta segala macam kebudayaan Indonesia, Perempuan yang terobsesi dengan batik dan Perempuan dengan dunia yang sulit diselami.

"Latihan hari ini cukup ya.." Gerhana tersenyum sebelum berlalu dari hadapan anak didiknya.

Sambil membawa tas bermotif batik Cirebon, Gerhana melangkahkan kakinya menuju parkiran sanggar.

"Kak Gerhana pulang?" Sapa salah satu staf sanggar tersebut. Gerhana tersenyum dan berlalu menuju mobilnya yang terparkir di halaman yang dipenuhi dengan pohon mangga dan pohon anggur.

Langkah Gerhana terhenti saat sudah hampir mencapai mobil kesayangannya. Tubuhnya seketika membeku saat menatap sosok di hadapannya. Sosok yang selama 5 tahun tidak pernah dijumpainya. Sosok laki-laki yang kini bertubuh tegap berisi dengan garis wajah yang semakin dewasa. Laki-laki itu tersenyum sambil mengangkat buket bunga mawar putih, bunga favorit Gerhana.

Laki-laki itu berjalan mendekati Gerhana sambil terus tersenyum. Senyum yang selalu Gerhana harapkan sejak dulu. Senyum yang Gerhana harap hanya untuknya.

"Long time no see you, Gerhana Rinjani."

***

Bogor, September 2011

Alunan musik yang lembut membuatnya semakin bersemangat untuk melenggak-lenggokkan tubuhnya. Gerakannya tercipta seirama dengan ketukan musik. Tubuhnya bereaksi terlalu semangat dalam merespon alunan demi alunan ini.

Keringat mengalir di pelipisnya dan di bagian tertentu lainnya.

"Gerhana, cukup ya untuk hari ini. Kita latihan lagi lusa." Bu Nata, guru seni merapihkan barang-barang yang dipakai latihan tadi.

"Bu, kali ini saya yang tentukan kostumnya, kan?" Tanya Gerhana sambil membantu bu Nata menggulung kabel.

Bu Nata mengangguk, "Iya, nanti kamu atur saja untuk kostum. Karena saya mau kamu berhasil diacara ini. Kesempatan emas bagi kamu untuk bisa maju sebagai duta kebudayaan pelajar, Han."

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, Bu."

"Saya percaya kamu pasti bisa." Bu Nata tersenyum sambil menepuk pundak Gerhana sebelum berjalan meninggalkan Gerhana di dalam gedung seni.

Setelah berganti pakaian, Gerhana segera meninggalkan gedung seni menuju depan sekolah. Gerhana berjalan melewati kelas-kelas yang mulai sepi dan kosong. Senyum di bibir Gerhana merekah saat melihat sosok di depan kelasnya.

"Langit, mau pulang ya? Hana nebeng dong, Ngit? Boleh ya?" Tanya Gerhana ketika melihat Langit bersiap pulang. Kelas Langit dan Gerhana kebetulan bersebelahan. Dan itu yang mengakibatkan Gerhana berpikir jika itu adalah salah satu takdir dari yang maha kuasa untuk bisa mempersatukan mereka.

Gerhana&Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang