11. Mengapa Harus

67 10 0
                                    

Playlist:
1. Ello- Masih Ada

.

.

.

Terdiam dalam atmosfer sendu
Bersama rasa yang terus merindu
Mengiringi lantunan merdu
Denganmu yang seperti candu
Mengisi malamku yang syahdu

.

.

.

Hari ini acara camp jungle mulai diadakan. Dengan dibumbui berbagai macam drama karena ekskul tari sering kali mangkir dari acara rapat. Iya, siapa lagi yang mengkompori jika bukan Gerhana. Gerhana memang setidak suka itu terhadapan Faris, wakil ketua OSIS.

Semua murid yang mengikuti ekskul wajib mengikutinya, terutama kelas sepuluh. Jungle camp itu semacam acara tahunan sekolah yang rutin diselenggarakan. Terkhusus untuk kelas sepuluh, sedangkan kelas dua belas sebagai panitia. Kebetulan acara camp kali ini diadakan di Gunung Gede Pangrango.

Gerhana duduk di bawah pohon mangga saat anak kelas sepuluh sedang diberikan materi oleh alumni. Gerhana mengeluarkan ponsel dari saku jaket abu-abunya lalu membuka aplikasi browsing. Gerhana sedang mencari ide untuk persiapan acara pentas seni nanti malam.

Anak kelas sepuluh sama sekali tidak bisa diandalkan! Tadinya mereka mau menampilkan modern dance. Lah, apa gunanya dong Gerhana mati-matian bangkitin ekskul tari? Selama ini mereka mati-matian bangkitin ekskul tari tradisional di sekolah, dan dengan mudahnya mereka bilang kalau mau menampilkan modern dance? Oke, Gerhana tahu itu nggak salah. Tapi, come on dimana rasa nasionalisme kalian guys? Hidup di Indonesia tapi nggak tahu kebudayaan negaranya sendiri.

Gerhana tahu banyak yang berpikiran kalau mencintai budaya sendiri itu kolot! Lah mereka lahir dimana? Banyak juga yang suka bilang gue dari lahir udah disini sekarang gantianlah belajar budaya orang.

Oke, nggak ada yang salah dari kalimat itu, tapi mereka juga harus tahu porsinya masing-masinglah. Giliran budaya diakui oleh negara lain baru deh mereka ngoceh sana-sini. Padahal kemarin-kemarin kemana aja?

Itulah yang membuat Gerhana kesal dari tadi. Tapi, dasarnya aja Gerhana susah marah, jadi Gerhana cuma menghembuskan nafas kasar dan pergi gitu aja tanpa marah-marah.

Gerhana melepas kacamata dan meletakkannya di saku jaket. Menelusuri satu persatu blog yang dicarinya. Mungkin tarian saman dari Aceh yang dikombinasikan dengan tari kipas boleh juga.

Gerhana tersenyum tipis saat akhirnya ide itu muncul.

"Kok nggak ikut gabung?" Gerhana mendongak kala ada seseorang yang mengajaknya bicara.

"Nggak apa-apa, males aja. Lagi materi juga." Lawan bicaranya mengangguk singkat dan duduk di samping Gerhana. Kedua kakinya disilangkan dengan sandal yang dijadikan alas duduk.

"Penampilan lo di acara kemarin, keren banget. Gue suka lihatnya." Gerhana secepat kilat mengalihkan pandangannya ke samping dan Ia tak bisa lagi menahan senyumnya.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

"Kenapa nggak nyamperin gue kemarin?" Gerhana menatap lurus kearah depan tanpa memperdulikan lawan bicaranya yang tengah menatap dirinya.

"Nggak apa-apa. Gue cuma nggak mau ganggu kalian, lagian gue juga ada urusan lain." Gerhana menaikkan sebelah alisnya lalu secepatnya mengubah mimik wajahnya kembali.

"Oh gitu. Terima kasih mau datang." Gerhana mengangguk samar sambil mengotak-atik ponselnya.

"Han?"

Gerhana&Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang