10. Rasa yang kian meradang (1)

54 13 0
                                    

Playlist:
1. Sheila on7- Pasti Ku Bisa
2. Dewa 19- Pupus

.

.

.

Malam dengan Langit kelam
Ditemani oleh dinginnya pualan
Bersama rasa yang telah tenggelam
Di palung lautan terdalam

.

.

.

Sudah sejak jam 6 orang-orang di ruangan yang berukuran 4x4 meter sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk menata rambut, membentuk alis, mengelap keringat, dan menjaga pakaian agar tetap rapih. Semua dilakukan agar acara hari ini sukses dan membuahkan hasil.

Setelah 2 jam lamanya mereka sibuk di dalam ruangan tersebut, akhirnya mereka satu persatu keluar dan menyisakan 2 anak manusia yang sedang saling tatap. Yang satu dengan wajah cantik natural dan yang satu dengan wajah tebal makeup yang tetap cantik, serta rambutnya yang sudah digulung keatas dengan rapih. Perempuan dengan wajah cantik natural membantu perempuan dengan wajah tebal makeup untuk mengenakan kostumnya yang seberat 15 kilogram.

"Jangan pikir yang macam-macam. Ingat, ini adalah langkah awal kamu dari segalanya."

Gerhana tesenyum hingga matanya, bu Nata pun ikut tersenyum melihat anak didiknya yang perlahan mulai berdamai dengan dunianya. Anak didiknya yang sudah tidak terlihat gurat kesedihan di matanya.

Sekali lagi Gerhana mengecek ponselnya sebelum berjalan menuju gedung utama. Dalam hati ia berharap ada sebuah pesan dari Anita, Mamanya belum lagi mengehubunginya. Sedangkan Jordi, sedang terbang menuju Jakarta pagi tadi. Mungkin, acara kali ini tidak lebih penting dari liputannya di Eropa bagi Anita, dan Gerhana lagi-lagi harus memaklumi hal itu.

***

Sejak pukul 9 Talita dan Stella sudah tiba di dalam gedung utama. Mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan melihat sahabatnya naik di panggung dengan sejuta rasa bangga. Talita dan Stella kemarin juga mengikuti seleksi ini, namun sayang mereka harus gagal pada tahap kedua.

"Rina kemana, La?" Talita mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru gedung.

"Jane sih ada tryout di tempat lesnya. Nggak bisa ditinggal."

Talita mengerutkan dahinya. Talita bukan tidak tahu jika ada yang berbeda dari pertemanan mereka berlima. Sejak setahun yang lalu Talita telah merasakannya. Talita merasa ada yang mengancam kehidupan mereka. Dan itu jelas saat ketidakhadiran Rina pada hari ini.

Tidak jauh berbeda dengan Talita, Stella pun merasakan hal yang sama. Sudah beberapa hari ini Stella merasa ada yang tidak beres dengan pertemanan mereka.

Itu semua terlihat jelas dari ketidakhadiran Rina ataupun Gerhana saat mereka bersama. Stella tahu benar ada yang tidak beres dari mereka berlima. Namun, Stella tidak ingin mengungkapkan isi hatinya. Biarlah ia intropeksi dirinya.
Lamunan mereka terhenti kala seseorang menduduki bangku sebelah Talita, Deon. Deon tersenyum lima jari sambil menggenggam buket bunga.

"Mahal nih bunga." Namun Talita dan Stella tidak mengindahkan ucapan Deon, melainkan menatap sosok perempuan berambut panjang di samping Deon yang tersenyum manis kearah mereka.

"Hai, aku Mentari." Sosok tersebut adalah Mentari yang sedang mengulurkan tangannya ke arah Talita dan Stella. Lalu mereka berbincang-bincang seputar kehidupan mereka yang membuat Deon memejamkan matanya pusing mendengarkan para kaum hawa bercerita.

Obrolan mereka terhenti kala mereka mendengar sebuah suara yang familiar di telinga mereka. Langit dan Anisa. Mereka berdua duduk tepat di samping Stella. Langit tersenyum tipis yang tidak berlangsung lama karena Anisa telah mengajaknya mengobrol.

Gerhana&Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang