8. Hati Yang Beku

63 13 0
                                    

Playlist:
1. Sheila on7- Lapang Dada
2. Isyana- Masih Berharap

.

.

.

Perihal memiliki bukanlah hal yang menjadi keharusan
Tak lain adalah dirimu
Egoku mengatakan untuk memilikimu
Namun kenyataan memintaku untuk melepasmu

.

.

.

Langit sengaja datang pagi-pagi dihari senin. Alasannya karena tadi saat sebelum subuh, Lana menyuruhnya untuk shalat subuh berjamaah di masjid bersama Angga. Makanya setelah shalat subuh Langit tidak bisa tidur dan memutuskan untuk segera mandi dan bergegas ke sekolah. Lumayanlah nggak harus menghadapi kemacetan di senin pagi. Apalagi harus mengantar Anania ke sekolahnya terlebih dahulu.

Langit tiba di sekolah pukul enam. Parkiran baru terisi beberapa kendaraan. Lapangan masih sepi, hanya ada om Jaya yang sedang menyapu lapangan.

Kelas-kelas yang dilalui oleh Langitpun masih sepi. Baru ada satu atau dua orang di dalam kelas. Termasuk kelas 12 Ipa 1 yang di laluinya. Tidak ada perempuan dengan rambut sebahu, mata yang bulat bersinar, hidung mancung, dan lesung di pipi kananya. Tampaknya belum datang.

Dan entah kenapa juga Langit mencari perempuan itu. Perempuan yang sukses membuatnya ingin melindunginya. Perempuan yang membuatnya perlahan masuk ke dalam dunianya. Perempuan dengan keceriaan yang meragukan. Perempuan tersebut dan dunianya memang telah sukses menarik Langit masuk kedalamnya.

Pukul tujuh semua murid telah berkumpul di lapangan. Sejak Adrian dan Mamat datang, Langit memutuskan untuk duduk-duduk di bangku panjang depan kelasnya bersama dengan Adrian dan Mamat. Dan sejak itupula pandangan Langit tidak terlepas dari pintu masuk kelas 12 Ipa 1. Sosok yang ditunggunya sejak tadi belum juga menampilkan wujudnya.

Saat Langit memasuki lapangan upacara, matanya meneliti setiap murid kelas 12 Ipa 1. Nihil, sosok yang dicarinya tetap tidak ada. Apa Dia tidak masuk?

Tepat saat sebelum upacara dimulai, sosok yang ditunggu Langit datang sambil berlari dan menaruh tas ranselnya sembarangan. Lalu sosok tersebut baris di barisan paling belakang sambil menerima ceramah dari bu Siska. Namun tanpa sadar bibir Langit tidak bisa menahan senyum tipis melihat wajahnya yang kebingungan mencari alasan atas pertanyaan bu Siska. Dan tanpa sadar pula Langit melangkahkan kakinya menuju pusat perhatiannya sedari tadi.

***

Keesokannya Gerhana hampir telat datang ke sekolah. Gerhana datang saat siswa-siswi sudah berbaris rapih di lapangan upacara. Ugh! Gerhana kesal. Ini semua karena Cimeng, nama kucing anggora berbulu abu-abu. Pasalnya saat Gerhana sudah siap dengan seragamnya dan hendak berangkat, Cimeng menghampirinya dan bersin di hadapan Gerhana. Iya si Cimeng ternyata sakit karena kemarin setelah Jordi mengajak Cimeng bermain keliling komplek, Cimeng dibiarkan hujan-hujanan oleh Jordi.

Makanya Gerhana harus membujuk Cimeng agar mau ditinggal di rumah dan yang membuatnya tak tega adalah Cimeng yang langsung menjaga jarak dengan Jordi.

Alhasil Gerhana harus baris di barisan paling belakang dengan sorot matahari pagi yang terik dan beberapa pengawas yang galak. Ewwh Gerhana jadi nggak bisa pecicilan deh!

"Heh, Gerhana Rinjani dimana topi kamu?" Tegur bu Siska dengan cubitan kecil di lengan Gerhana.

"Kamu itu masih mau sekolah apa engga sih? Susah banget diaturnya! Kalau kamu nggak berprestasi, saya sudah males nanganin murid macam kamu."

Gerhana&Langit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang