3 - Egois

15.8K 854 53
                                    


"Tadi gue sempet denger pembicaraan kalian."

Ana menoleh pada Dokter Nathan, "kenapa?" keningnya mengernyit bingung.

Nathan tertawa ringan sambil mendekati ranjang, lantas pria itu berdiri disisinya. "Kamu terlalu egois kalau maksain, An. Kamu tahu kan Azka itu nggak suka sama Icha, seharusnya kamu lebih berfikir dewasa lagi."

"Itu bukan urusan kamu, Nath," balas Ana sengit. Ana tahu jika sikapnya keterlaluan, tetapi saat ini yang dia inginkan hanyalah kebahagiaan Icha.

Nathan memang teman, dan seorang teman seharusnya memang mengingatkan temannya sendiri kala berbuat salah, tapi saat ini Ana hanya tidak peduli dengan omongan orang lain. Dia hanya percaya bahwa Icha akan bahagia bersama Azka. Bukan berarti dia tak merasa bahwa dirinya egois, Ana menyadari hal itu, dan Nathan memang benar, hanya saja, bolehkah kali ini dia egois?

"Memang bukan urusanku. Tapi itu menyangkut masa depan anak-anak, loh! Kamu nggak bisa maksain perasaan seseorang, An."

Sejatinya kita memang tidak bisa memaksakan sebuah perasaan pada seseorang. Akan ada masanya dimana seseorang berfikir serta menyadari, seperti sebuah perasaan, seseorang akan menyadarinya kelak jika memang rasa itu tumbuh perlahan di hati mereka, namun tidak dengan cara memaksakan. Karena semua memiliki masa dan waktunya.

"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino ( bila terbiasa bersama akan ada rasa cinta) dan itu akan terjadi pada mereka." Ana tidak ingin mengalah, untuk saat ini. Dia tidak ingin ada yang menghalangi rencananya.

Nathan mendengus jengah, terlihat marah dengan pernyataan Ana barusan. "Kamu keterlaluan, An. Jangan membebani Wanda dengan permintaan konyol kamu."

"Aku hanya meminta hakku untuk kebahagian putriku, Nath! Dan Icha masih bagian dari keluarga Rahardi. Jika kamu memang benar-benar mendengarkan semua pembicaraan kami, kamu pasti mengerti alasannya."

"Tapi bukan seperti itu caranya, An. Kamu bisa mempertunangkan keduanya lebih dulu, jangan egois. Atau jika kamu mau, kamu bisa menikahkan Icha dengan putraku."

Ana tercengang, matanya membelakak tak percaya. "Apa maksud kamu?" tanyanya tak mengerti.

"Gilang dan Azka bersahabat. Dan aku sebagai ayahnya mengetahui bahwa Gilang memiliki perasaan untuk Icha. Kalau kamu mau, aku bisa menikahkan keduanya."

"Tapi yang Icha mau hanya Azka, bukan Gilang. Icha sudah menganggap Gilang sebagai kakaknya, Nath," sahut Ana, lebih tenang dari sebelumnya.

"Apa bedanya? Itu lah mengapa Wanda menolak menikahkan Azka dengan Icha, An. Selain melukai Azka, pernikahan ini pun akan melukai Icha."

"Nath, please, bantu aku....untuk yang terakhir kalinya."

Nathan mengangkat bahunya acuh. "Aku nggak bisa bantu kamu banyak, An. Tapi jika kamu mau, aku bisa menyuruh Gilang untuk menjaga Icha."

"Kecuali untuk di nikahi. Aku setuju." ketus Ana akhirnya. Ana tidak mungkin menikahkan Gilang dengan Icha, sementara Icha sama sekali tidak menaruh perasaan sedikitpun pada Gilang, seperti yang di ketahui oleh Ana, Icha hanya menganggap Gilang sebagai kakak laki-lakinya. Setiap ada acara reuni, Gilang memang menjaga Icha dengan baik. Namun kembali pada sebuah perasaan, bahwa Icha tak lebih menganggap Gilang sebatas kakaknya saja.

"Oke."

"Dan soal ayah Icha, kenapa kamu menyembunyikannya selama ini?"

Ana membuang wajahnya, sama sekali tidak ingin bersitatap dengan Nathan dan berakhir menceritakan segalanya. "Bukan urusanmu, Nath. Aku nggak mau membicarakan ini sama kamu. Kalau kamu tadi sempat mendengarkan pembicaraan kami, itu berarti kamu tahu alasannya."

Akibat Pernikahan Dini (The Secret Wedding)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang