5 - Sebuah Alasan

14.2K 748 13
                                    

Malam semakin larut saat Icha menghempaskan tubuhnya ke ranjang sambil tersenyum lebar, gadis itu berguling meraih bantal lalu memeluknya erat, bersamaan dengan itu senyumnya semakin merekah.

Dia nggak lagi mimpi kan?

Ini adalah malam terindah untuknya. Malam yang akan dia kenang seumur hidup Icha. Malam ini adalah malam dimana setiap gadis menginginkannya. Di lamar oleh sang pujaan hati, siapa sih yang mau nolak?

Icha akan menarik semua ucapannya pada mama. Dia mau menikah dengan Azka! Besok Icha akan datang ke rumah sakit dan bilang sama mama kalau dia setuju untuk menikah bersama Azka. Saat ini, perasaan Icha melambung, di putarnya cincin yang berada di jari manisnya, di pandangi juga dengan seksama cincin tersebut. Emas putih yang memiliki desain sederhana dengan satu permata berkilauan itu semakin memperindah bentuknya. Icha tidak yakin kalau harganya mahal, tetapi apalah arti sebuah harga kalau yang memberi jauh lebih berharga?

Senyum Icha semakin lebar, kemudian gadis itu bangkit dan mengambil buku harian yang dia simpan di laci meja belajarnya.

Dear Diary

Hari ini di lamar sama Kak Azka...

                                    •••

Ada banyak sekali yang Azka pikirkan untuk malam ini. Kebencian mama pada tante Ana dan Icha, lalu pada permintaan papa yang berhasil membuat Azka tidak berkutik. Bisa saja saat itu Azka menolaknya, dan bahkan dia sudah menolaknya bukan?

Tapi Azka tidak bisa menolaknya lagi ketika papa memohon sambil merendahkan dirinya. Meski Azka sendiri sebenarnya tidak mengerti apa yang membuat sang papa mau menikahkan mereka berdua, tapi satu hal yang Azka yakini; yakni sebuah alasan. Jelas papa memiliki alasan kuat di balik semua ini.

Azka mendesah selagi telapak tangan yang mengusap wajahnya frustasi. Memejamkan matanya erat, Azka kembali mengingat pertemuan beberapa menit yang lalu sebelum dia masuk ke dalam kamar dan mengurung dirinya.

"Ka—kak serius?" Gadis di hadapannya tergagap, mata bulatnya membeliak tak percaya, merasa bahwa pendengarannya mungkin salah.

"Lo mau apa enggak?" Azka masih bersikap tenang. Meski yang saat ini di rasakan olehnya adalah sebuah getar halus yang mengaliri darah serta jantung lelaki itu yang berdebar.

Ini adalah pengalaman pertama untuknya. Dan mungkin saja debaran ini wajar.

Seumur hidup, Azka tidak menyangka akan melamar seorang gadis dengan cara seperti ini. Sebelumnya, bahkan sama sekali tidak terfikirkan. Sekalipun iya, tentu gadis itu bukanlah Icha dan bukan pada umur mereka yang masih sangat muda yang tentu masih terlalu naif dan lugu.

Tanpa menunggu lama, Icha menggangguk cepat, "Icha mau Kak!" seru gadis itu sambil mengulas senyum lebar juga mata yang berbinar.

Andai dia bisa sebahagia itu saat lamarannya di terima oleh sang gadis. Oh, tapi sayangnya semesta memang tidak memberinya perasaan itu untuk Azka, setidaknya untuk saat ini. Dan apakah hari ini akan terulang lagi?

Azka mendengus, tentu saja tidak. Mungkin ini akan menjadi yang pertama juga terakhir. Meski umurnya baru 17 tahun—Azka tentu tahu bahwa sebuah pernikahan bukan suatu ikatan yang bisa di permainkan. Janji yang sudah terucap di hadapan Tuhan seharusnya tidak di buat lelucon kan? Melihat serta mendengar berita yang beredar di kalangan artis juga orang di sekitarnya tentang isu perceraian, mereka seakan mempermainkan ikatan sakral tersebut. "Bagus," balas cowok itu, melepas tautan tangan mereka.

Meski Azka menanggapi dengan raut datar, tetap membuat hati Icha benar-benar berbunga-bunga saat ini.

"Ini memang bukan lamaran yang romantis Cha, tapi maaf, gue mohon sama lo, tolong sembunyikan pernikahan kita sampai kita lulus." Tidak ada ekspresi saat mengucapkan itu, membuat senyum Icha memudar dari wajahnya.

Akibat Pernikahan Dini (The Secret Wedding)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang