Duh, kenapa kepikiran terus yha..
.
.
.
.
.
"Han, tadi Mba beli roti ini di toko roti yang baru di deket masijd lho.. Mau kagak nih?" Hm, sebenarnya gue lagi nggak mood ngapa-ngapain. Tapi, sini jugalah boleh aja. Kebetulan lagi laper. "Ntar Mba ajak kesana deh." "Kapan?" "Kapan-kapan, wle" Dasar mahmud.Seperti biasa, di siang hari aku berteman dengan manusia, di malam hari aku berteman dengan bintang-bintang. Kek nya aku udah nggak lurus lagi. "Ntang, ntar jodohku siapa yah?" Apa Mama bakal melakukan perjodohan hingga anak terakhirnya-kah? Aku nggak mau kalo sampe dijodohin kek Mbais. Aku pengen menjalani hidupku sesuai keinginanku. Tapi keinginanku mustahil banget terpenuhi semua. Tapi setidaknya aku nggak mau dijodohkan.. Lah. Sebaiknya aku meletakkan tubuhku diatas tempat tidur. Kututup gorden jendela kamar ini. Karna bisa semakin gila jika aku terus bertatapan dengan langit malam ini.
Zzzz
.
.
.
.
.
Hhuufftt.. Hujan, nggak bawa payung, nggak ada temen, nggak ada yang mau jemput gue gitu, setidaknya ada cogan yang sedia ikhlas nganterin pulang gitu dengan jaket dipakai berdua menghindari rintikan air hujan yang terus berjatuhan sebagai payung diatas kepala gue dan kepala cogan itu. Haah sudahlah gue emang banyak kemauan.Tiba-tiba mobil hitam mengkilap kehujanan berhenti didepanku. Terbukanya pintu mobil di bagian jok belakang nampak bahwa seorang penumpang telah keluar dari mobil itu sehingga bisa kelihatan seiisi mobilnya. Diulurkannya sebuah tangan yang lalu merangkulku ke dalam hangat pelukannya dibawah payung ini ditengah kota yang ramai dengan keadaan hujan. Ya, dia adalah pria yang tidak ku kenal tapi dia sangat baik. Entah kenapa gue merasa nyaman dan mulai tenggelam disini. Tak ada rasa cinta, sayang, apapun itu sekarang hanyalah rasa nyaman yang membuat gue tenang. Dia mengajakku masuk kedalam mobil itu yang seperti mobil miliknya dengan supir pribadinya.
Sudah tepat aku berada didepan rumahku sendiri. Gue keluar dari mobil itu. Dan cahaya mulai bersinar dari atas tubuhku. Hujan telah pergi bersama kenangan. Datang cahaya kehidupan yang cerah menghampiri hidupku. Membelesat mobil itu pergi secepat kedipan mata.
.
.
.
.
.
"HANAH!!! Bangun! Cepetan mandi! Ato mau dimandiin?!"Seketika mataku membelalak tanpa mengenal cahaya yang masuk ke mataku satu persatu. "IYA!! Ini udah bangun!" Mahmud dasar!
.
.
.
.
.
"This is it, roti panggang selai cokelat dengan susu murni hangat sudah siap!" Dih, gayanya udah kek chef go internasional aja.Ku eratkan ikatan tali sepatuku tidak lama kemudian sepeda motor Kak Dennis telah membunyikan klaksonnya. Itu tandanya gue harus cepet-cepet. Yup, pergi ke sekolah diantar Kak Dennis adalah rutinitas gue.
.
.
.
.
.
Sesaampainya di sekolah, "PAGII!!! HANAH!!" teman-teman sekelas terbaikku memang menyindirku seperti itu. Ya, gue terlambat masuk ke kelas. Ini semua gegara mimpi aneh itu. Tau ah! Lupakan.
.
.
.
.
.
"Han, nanti pulang sekolah kita ke perpustakaan daerah yuk?!"Puppy eyes-nya kagak bisa ditolak..
"Ya"
"Dih, kenapa sih kamu cemberut aja? Udah deh Tara udah ada di laut merah kali ah. Jangan dipikirin terus.. Dia juga gak mikirin kamu ini kan?"
"Hush! Bukan gitu kali ah!"
"Ya terus apa?"
"Tadi malem gue mimpi aneh banget.."
"Jhaelah, cuma mimpi gitu dipikirin. Mendingan mikirin Kak Alyesh bukan? Hm? Hm?"
"Eh buset, maksudnya apa lu?"
"Gaaak.. Hihihi"
"Udah ah lu udah nggak lurus. Yuk masuk kelas. Abisin tuh minum lu baru bisa masuk kelas."
.
.
.
.
.
"Lu mau ngapain sih kesini?" Bisikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
True Happiness
Random'Tidakkan terjadi! Tidak!' Tapi hal itu akan terjadi bagaimanapun caranya. Hanah tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa untuk hal itu. Orang yang sudah Hanah lupakan itu akan datang dan mengubah nasib hidupnya. WHATT??!!! Dia terjebak! Bagaimana b...