"HANAH!"
Sudah kuduga, pasti para jomlo itu. Eh nggak deng, kecuali si Nisa. Anisa itu asal tau yah mantannya itu banyak banget, kagak bisa diitung ama jari tangan, hehe canda, tapi emang banyak. Oke, skip. Haft, apa boleh buat untuk mereka.
"Kalian rusuh. Sok care banget sama aku pake dateng-dateng kesini segala."
"Yee, jangan gitu deh ah. Asal kamu tau yah kita tuh nyari-nyari kamu di sekolah tau." "Lagian kamu nggak hubungin kita apapun kan kita khawatir." Yayaya, aku tau perasaan mereka bagaimana khawatirnya padaku. Tapi, dialah penyebab atas semua ini.
"Siapa sih yang berani nyakitin sahabat gue, bisa gue bogem kan." Haduh Bileh terlalu lebay.
"Han, kenapa sih kamu bisa sampe kayak gini? Terakhir kita sekolah, kamu nggak kenapa-kenapa. Lagian kamu orangnya kan nggak gampang sakit." "Haduh Sila, takdir nggak akan ada bisa yang nebak kali ah. Udah ini takdir aku aja kali sakit. Lagian sekarang udah agak enakan koq, kan kalian udah mau jengukin aku hehe." Iya itu aku sok bahagia, aku tersenyum palsu. Disisi lain hatiku hancur. Tapi apa boleh buat. Aku tidak boleh terlihat sedih dihadapan siapapun. Apalagi para sahabatku.
"Gais, gimana kalo udah Hanah sembuh kayak biasa lagi kita karaoke-an?" Iya memang semenjak kami berenam kelas 8, saat itulah persahabatan kami mulai terpecahkan, karena berbeda-beda kelas. Yah, mungkin Leila ingin mempersatukan hubungan kita dalam kebersamaan ini.
"Oke!"
Suara semangat para sahabatku membuat aku ingin bangkit dari keterpurukanku ini.
~*~
"Hanah"
Iya itu suara Sila. Karena terlalu sering bersama aku bisa hafal suaranya.
"Iya pa?"
"Asal kamu tau yah-"
"Iya aku udah tau semuanya tanpa mendengar informasi dari kamu Sil."
Tak ada topik lain di antara aku dan Sila selain Tara.
"Begimana bisa? Yang sabar yah my bestie. Aku tau ini cobaan baru yang terberat bagi kamu."
"Aku bakal terlatih sakit hati, Sil. Jadi, sewaktu pertemuan antara kami di taman Mustafa itu berakhir tragis."
*Flashback on*
"Kamu? Udah lama?"
"Oh jadi kamu!"
"Hm, iya, hai"
"Kamu yang rusuh itu kan? Iya kamu, kamu yang pernah nabrak aku waktu itu di deket tangga 1 di sekolah"
"Oh, jadi sebelumnya kamu udah tau aku yah?"
Tatapannya membuat aku terdiam.
"I..i-iya itu aku"
"Oh, gitu yah"
Disini aku hanya bisa menikmati wajah tampan nan tubuh yang tegap seperti calon TNI. Tuhan, kenapa engkau ciptakan makhluk sempurna ini? Kenapa engkau pertemukan aku dengannya? Kenapa dia tampan sekali? Kan aku jadi makin jatuh cinta padanya.
Setelah sekian lama kita saling memandang, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku saat dia menikkan alisnya sebelah, yang membuatku salah tingkah di hadapnnya.
"Jadi-"
"Jadi, apa maksudmu aku berkenalan denganmu?" Pertanyaannya membuatku semakin gugup setengah mati. Sehingga ingin rasanya aku mencurahkan semua isi hatiku padanya setelah sekian lama aku menunggunya. Keheningan terjadi.
"A..a-aku jatuh cinta sama kamu. Aku selalu memikirkanmu. Ingin rasanya aku berada dalam hidupmu. Dan aku ingin aku menjadi pacarmu Ahmad Santara?" Perkataan itu mengalir deras dari mulutku sendiri. Dan rasanya aku ingin menutup telingaku ini setelah aku berbicara padanya. Aku tidak mau mendengar jawabannya. Karena pasti itu akan menyakiti hatiku.
"Apa?! Bagaimana bisa? Aku tidak mengenalmu dekat sama sekali, kamu sudah menginginkan aku menjadi pacarmu. Butuh proses lama untuk itu! Tidak! Tidak bisa!"
Dan benar, itu menyakitkan. Hatiku terasa hancur. Hancur sejadi-jadinya. Entah apa lagi yang harus aku lakukan setelah ini. Memang, aku terlalu agresif. Tapi terlalu berat juga untuk menyimpan perasaan itu padanya. Takdir berkata lain. Terkadang rencana Tuhan tidak berjalan sesuai dengan rencanaku. Inilah buktinya. Terlalu sakit untuk diungkapkan.*Flashback off*
"Pas malemnya di hari itu kamu tau nggak?" Aku mengeryitkan dahiku. "Si Tara ngelike komen fotonya si Alina di facebook, katanya 'cantik' Han!" Mataku membulat seketika. Mana bisa? Ternyata dia membohongiku dan membohongi hatinya juga. Katanya untuk mencintai seseorang butuh proses, butuh waktu, yang lama. Kenapa dia udah suka sama Alina (teman kecilku dulu)? Tapiii.. Sebentar, ada yang aneh. Apa jangan-jangan Tara udah suka sama Alina dari dulu. Jadi waktu aku udah mulai suka sama Tara, Tara suka sama Alina. Dan Alina, apa Alina juga suka sama Tara? Tanpa seizin dariku ternyata air mataku telah mengalir di wajahku ini.
"Han, kamu nangis? Maafin aku, aku nggak tau kalo reaksi kamu bakal kayak gini. Duh, aku- Han mau kemana?"
Aku menatap wajahku di cermin toilet sekolahku ini. Betapa hancurnya diriku. Tuhan, sampai kapan aku seperti ini? Cukup aku saja yang tersakiti karenanya. Jangan ada orang lain yang seperti diriku ini karenanya.
"Oh jadi gitu Sil. Aku nggak tau kalo ternyata Hanah sampai segitunya sama Tara. Kenapa dia nggak cerita ke kita juga?" "Aku disuruh dia untuk menutupinya, tapi aku sendiri tidak bisa menyembunyikannya terlalu lama pada kalian. Yah, akhirnya aku harus mengakui hal ini pada kalian sekarang."
Mereka tau dari awal sampai akhir kejadian yang menimpa padaku. Apa dunia juga akan tau? Apa dunia akan menertawakan aku? Aku yang belum bisa memahami dan mencoba ingin mengenal CINTA tetapi dengan cara yang salah bisa apa.
~*~
Aku telah melewati banyak rintangan untuk hal itu. Rasa cinta rasa gelisah rasa susah tidur rasa khawatir rasa lelah rasa malu demi mengungkapkan hal itu padanya. Bahkan aku harus menjauh dulu dari para sahabatku untuk fokus dengannya. Agar bisa serius. Hah? Serius? Tapi coba lihat apa yang kudapat, aku telah mendapatkan kepedihan yang sangat dalam.
~*~
Sudah cukup Hanah! Kamu terlalu murah untuknya. Harga dirimu harus segera didapat kembali.
~*~
"Yuk kita karaoke-an lagi gais, lets go!"
Bahkan karena kita berenam terlalu seringnya kesini, cewek barbar itu sudah mengenali kita rupanya.
Beginilah caraku melupakan dia, move on dari dia. Mencari kesibukan lain untuk dapat lupa darinya. Sepertinya aku memang belum bisa memahami arti cinta yang sesungguhnya yang penuh kasih sayang. Mungkin nanti akan ada yang lebih baik darinya. Keep calm, masa depanku masih panjang. Dan jadikan masa lalu menjadi pelajaran.
*Vomment!!*
NijiAstuti

KAMU SEDANG MEMBACA
True Happiness
De Todo'Tidakkan terjadi! Tidak!' Tapi hal itu akan terjadi bagaimanapun caranya. Hanah tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa untuk hal itu. Orang yang sudah Hanah lupakan itu akan datang dan mengubah nasib hidupnya. WHATT??!!! Dia terjebak! Bagaimana b...