Chapter 12

62 5 2
                                    

"Bibii!! Udah pulang?"

"Tau ah."

"Napa sih kamu?"

"Harusnya Hanah yang tanya kenapa.."

"Soal apaan?"

"Tiap siang."

"Ohh soal itu. Tapi kan emang udah biasa kek gitu."

"Tapi seengganya sekali-kali ajakin Hanah napa sih.. Punya duit koq punya!"

"Eeh.. Ributin apaan kalian ini?"

"Hanah mau ke kamar."
.
.
.
.
.
Coba aja gue punya rumah sendiri. Berapa sih umur gue? Ntar pokonya gue pengen kerja paruh waktu.

Udah capek, capek hati.

(Efek makan siang dirumah Aibige. Jadi murang-maring kagak jelas)



~*~

3 Tahun yang lalu ...

"Ayah? Tumben jemput?"

"Hari ini kosongkan dulu kegiatanmu, ada sesuatu yang gak bisa ditunda."

Hizmir terpaksa harus libur dulu les musik dan ekskul futsalnya. Ada tanda tanya yang besar dikepalanya.
.
.
.
.
.
Sesampainya dirumah yang mewah nan megah.

"Ayo nak kita makan siang dulu." Bunda Hizmir mulai merangkul dan mengajaknya ke ruang makan.

Jika tidak secepatnya, tidakkan baik.
.
.
.
.
.
Di ruang keluarga, Ayah telah membawakan sesuatu yang, aneh, bagi Hizmir. Berkas-berkas dari rumah sakit.

"Sebenarnya ada apa sih?"

"Sebenarnya?" Tanya Ayah.

Anggukan kecil terjadi oleh Hizmir.

"Hizmir, sebenarnya ......... "
.
.
.
.
.
"Bagaimana bisa?!" Hizmir bereaksi berdiri dengan tidak percaya. Memang bagaimana bisa.. Tapi itu telah terjadi.

"Sabar Hizmir, duduklah."

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Terdengar ada isakkan kecil dari Hizmir.



~*~

"Hanah, aku udah beres baca novel yang waktu itu aku pinjem dari pusda lho.. Mau denger gak ceritanya kek gimana?"

Waduh, emang doyan yah tuh bocah baca. Udah beres lagi. Kapan baca buku sekolahnya coba.. Dia pinter banget. Ulangan mendadak aja udah bisa dapet nilai gede. Stop! Fokusin ngambek.

"Jhaelah, bilang aja penasaran yaakaann? Udah lah sini aku ceritain gak usah liat-liat kek gitu napa?" Lah, dia gusur gue.

"Sebelum nyerita, kamu kenapa cemberut aja sih?"

"Gue?"

"Kucing. Lah iyalah kamu Hanah?"

"Gue sebel ah sama lu. Waktu itu lu apa-apaan depan Papa Mama Kak Alyesh juga?"

"Lah, canda doang kali ah. Memang kamu nanggepinnya kek gimana?"

"Serius."

"Oh serius aja kan.. Gak dua rius?"

"Hiiiih Bige."

"Ya udah deh maaf maaf."

"Ya udah aku maafin juga. Tapi jangan kek gitu lagi ya, masalahnya depan orangtua lu Bige."

"Iya iya. Jadi gak nih ceritanya?"

"Iya"

"Jadi gini, ......... "
.
.
.
.
.
"Jadi intinya, sepasang orang kembar kepisah duapuluh tahun gitu?"

True HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang