Chapter 1

108 15 2
                                    

*Maaf yah, kalo kurang memuaskan, maklum pertama kali nulis. Dan ini gugupnya luar biasa. Aku usahain untuk membuat cerita yang memuaskan. By the way, ini cerita pertamaku*

*Hanah POV*

"WHAT?! Aku diterima di sekolah itu Kak?" Kak Dennis manggut-manggut itu artinya iya. Yeay.

Yayaya, aku dibantu daftar sekolah ini itu oleh kak Dennis. Karena Bapakku tidak bisa libur bekerja. Karena tidak bekerja sehari saja keluargaku tidakkan dapat apapa. Mamaku disibukkan sengan mendaftar Kakakku sekolah juga ke SMK disini di Sentul. Mbais jaga rumah. Keluarga kecil Mbais sedang berlibur kesini. Jadi hanya kak Dennis yang bisa ku minta pertolongannya.



~*~

Hidupku ini sederhana saja. Awalnya, dulu, Bapakku itu tidak bisa pulang ke Turki, karena desakkan tidak punya uang sehingga akhirnya harus menikah dengan bangsa pribumi. Jadi deh Bapakku menikah dengan Mamaku. Dengan begitu Bapakku menjadi WNI seutuhnya. Lagian tidak ada kerabat Bapak dari Turki yang bisa membantu Bapakku pulang. Terkadang dunia ini terasa kejam. Tetapi Bapakku tidak berhenti disitu saja. Kemudian Bapakku dengan Mamaku memulai usahanya dari nol. Bersama-sama membangun rumah tangga yang abadi hingga tercipta tiga orang putri. Dan inilah nama usaha Bapakku Penjahit 'Tiga Poetry' berada di dalam kota Sentul ini. Kota Sentul biasanya terkenal dengan kemewahan yang membuat menarik para orang-orang. Tetapi tidakkan ada kemewahan jika tidak ada sederhana dulu yakaannn...

Jadi, bila di deskripsikan aku adalah keturunan Turki gagal campur indonesian, lahh, hihihihihi. Begitu pun dengan kedua kakakku, ck.

Aku kenalin dulu yah... Bapa Zae itu bapakku yang penuh perhatian, Mama Liza itu mamahku yang begitulah sikapnya, aku sendiri tidak begitu suka dengan mamahku sendiri. Aku punya 2 kakak cewek, Isani itu Kakakku yang pertama aku sering panggil dia dengan sebutan Mbais, by the way dia Kakakku yang paling ku sayang, makanya panggilan untuknya dariku pun lain daripada yang lain yaakaaann.. Terus ada Hifariye, yap Kakakku yang kedua, dia orang yang paling sebal selama hidupku. Dan, kak Dennis itu Kakak iparku alias suami Mbais. Aku baru punya satu keponakan perempuan yaitu Falrin kusayang yang sangat amat lucu nan menggemaskan. Keluarga kecil Mbais tinggal di Bandung.



~*~

Saatnya... putih merah berubah menjadi putih biru...

Aku memulai hari dengan kebiasaan baruku ini. Yap, aku sudah memasuki SMP. SMP ini termasuk sekolah favorit di kota ku. Aku bersyukur bisa lolos kesini. Padahal sebelumnya aku tidak pernah berharap bisa sekolah disini lho.

Satu semester sudah aku bersekolah disini. Yap, kutemukan teman yang akrab, Leila, Anisa, Safa, Sila, dan Bileh. Kita berenam selalu bersama-sama, dan aku cukup nyaman dengan ini.

"Dia! Iya dia gais, dia tinggal di deket rumah aku lho, aku sering liat diantar sekolah oleh Papanya, ternyata dia sekolah disini juga yah gais, aku pilih dia ahh.." Leila ini emang orang yang nggak bisa diajak kalem. Dia nggak bisa nahan diri kalo ada cogan. Yah gini-gini juga dia temen aku, terima aja yang ada lahyaah.. "Gais, kalian pilih yang mana??" Lelila menunjuk pada segerombolan cowok di taman belakang. "Hmm.. aku yang itu aja deh." Tunjukku asal biar Leila bisa diem ajalah. "Hah! Han itu temen SD aku lho, kamu serius?" Tanya Anisa kaget. Bel berbunyi tanda istirahat selesai, kami berenam buru-buru masuk kelas.



~*~

Duh parah nih aku pake telat segala. Nggak telat sih cuma datang pas bel bunyi ajasi. Tapi ini bisa aku bilang sendiri telat karena aku nggak biasa datang seperti ini. Aku kan anak rajin yang selalu datang ke sekolah sebelum bel bunyi, lah muji diri sendiri.

"Ups!"

Brukk.

Ahmad Santara, eh aku nggak sengaja liat nametag nya. Fokus Hanah. Aku segera membereskan buku paketku ini yang jatuh. "Maaf, aku lagi buru-buru." Tanpa kulihat wajahnya, dengan tertunduk malu aku segera lari masuk ke kelasku. Dan, belum ada guru, alhamdulillah aku selamat sentosa.

Haft.. sekolah yang melelahkan. By the way nggak ada PR juga. Yap, ini saatnya aku keliaran. "Maamaahh, aku ke rumah Bileh dulu yah!" Tanpa mendengar jawaban dari mamah, aku segera pergi ke rumah Bileh. Seperti biasa aku suka rumpi-rumpi nggak jelas. Hanya rumah Bileh yang dekat dengan rumahku. Yaa dengan siapa lagi aku bisa berteman di dekat rumah selain dia. "Duh, ucap salam kek soak tau gue bisa jantungan ini." Tanpa salam dan sopan aku masuk ke rumah Bileh. Neneknya pun sudah terbiasa dengan sikapku ini. Duh kelakuan.. "Aku mau cerita pokoknya, tadi di sekolah aku nggak sempet, sibuk duh." Aku ambil tempat di sofa sebelahan Bileh. "Ohh, cerita apaan emang?" "Tadi pagi Bil, aku lagi buru-buru masuk kelas, aku nggak sengaja nabrak orang, duh malu aku." "Trus? Orang tadi kagak napa-napa kan?" "Lah, nggak, aku bil yang kenapa-kenapa. Aku yang harus menanggung rasa malu dan nggak karuan." "Lebay dasar. Trus apalagi?" Bileh sudah terbiasa mendengarkan celotehan dariku ini. "Asal kamu tau yah, orang yang aku nggak sengaja nabrak tuh cowok Bil, malu aku, gimana kalo besok dia nggak sengaja ketemu aku trus aku tiba-tiba diketawain, sedangkan aku sendiri nggak tau yang mana orangnya Bil, huhuhu." Jelasku panjang lebar. "Namanya tuh Ahmad Santara." Bisikku pada Bileh. "Ya udah, besok kita cari tau yang mana orangnya yah." Jawaban Bileh begitu singkat padat jelas yang membuat aku ngegantung setengah mati hari ini.



~*~

"Gais, liat itu cogankuuh!!" "Ayampun Le, nyadar diri napa, dia ganteng kamu gendut, pendek, pencicilan gitu masa iya sih ah. Udah deh jangan terlalu berharap, ujungnya menyakitkan Le." Jawab Bileh pedas pada Leila. "Bodo ah! Gais, liat itu. Itu yang agak pendek dari yang lain disana, itu pilihannya si Hanah udah cocok belum?" Duh si Leila ini buat aku naik darah aja. Sabar-sabar pemirsa setiaku aku akan berusaha mencoba mengatasinya sekuat tenagaku. "Mana Le? Oh yang itu, Tara itu mah Ahmad Santara, dia teman SD-ku lho yang kemarin aku mau ceritain." Aku melotot sejadi-jadinya. "Hah??!" Mataku hampir marathon saat Anisa menjelaskan Tara. What?! Otida, harus gimana aku, muka mana muka, harus aku taro dimana. Ck, manalagi itu orang anak famous. Oke lupakan. "Awas kepincut cinta." Wadaow, si Bileh minta dihajar. "Mau aku kenalin Han?" Hah, masa iya sih aku suka sama dia. Duh si Anisa minta dihajar juga. "Hahahaha, wkwk.." Biarlah mereka tertawa sesuka hatinya. "Jangan bilang nggak suka, nanti karma lho!" Duh ini asuhan Nenek Aira (Bileh) ngapain ngomporin juga sih. Oke sudah lupakan. Please, jangan dulu jatuh cinta aku belum siap sakit hati.



~*~

"Han, tau nggak? Waktu SD Tara pernah pacaran sama temen aku, namanya Nadia. Nadia orangnya cantik, baik..bla bla bla. Trus disini juga ada mantannya namanya Dila, dia temen sekelas Tara.. bla bla bla.." Anisa buatku geram. Brakk! Aku memukul meja dengan keras yang membuat jatuhnya pusat perhatian padaku. "Cukup Nis, cukup." Aku berlari meninggalkan semuanya. Tidak sengaja air mataku mengalir di pipiku. Dadaku sesak. Entah apa yang sedang terjadi dengan diriku ini. "Apa mungkin aku jatuh cinta padanya?" Ini jangan sampai terjadi.



*Pliss! Vote and comment*



NijiAstuti

True HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang