Pukul 20:11
PLAK! PLAKK!!
Tamparan itu tepat mendarat di pipiku.
"Cewek macam apa pulang jam segini??! Habis darimana saja kamu?!? Pokoknya mulai besok kamu nggak boleh main-main lagi sama mereka. Mamah capek harus ingetin kamu mulu! Mamah harus bilang apa kalau tetangga tau kelakuan kamu!"
Mamah bilang aja aku bukan anak mamah.
Diantara mereka tak ada satupun yang membelaku. Tanpa ku jawab semua pertanyaan mamah aku segera membanting pintu kamarku lalu mencurahkan semua hatiku ini disini, dikamarku. Hanya kamarku-lah yang setia padaku yang selalu menemaniku disaat aku sedih juga tau apa yang selalu terjadi padaku.
Karena dia aku seperti ini, karena dia aku dibenci keluargaku sendiri, demi untuk melupakannya. Bahkan sekolahku sendiri terbengkalai olehku. Demi apa? Hanya demi melupakan DIA, Ahmad Santara.
~*~
Cklek
Pintu kamarku terbuka.
"Ayo Han, kita shalat."
Seperti biasa aku selalu lupa mengunci pintu kamarku.
"Sudah lupakan saja. Masih ada masa depan dan harapan yang indah menunggumu, tepat di depan matamu. Ayo!" Uluran tangan Bapak memang tak bisa menolakku untuk bangkit.
Hanya Bapak, salah satu laki-laki yang tidak akan pernah menyakitiku. Bahkan disaat aku terpuruk seperti ini saja Bapak masih setia menemaniku.
~*~
"Maksudnya??!!!"
"Ya gitu, pokoknya aku mau minta maaf sama kalian atas semua kelakuanku yang kurang enak pada kalian. Biarkan aku sendiri yah, aku ingin mencoba berubah lalu kembali pada diriku sendiri. Aku ingin benar-benar mengenal diriku sendiri. Mungkin sampai disini persahabatan antara aku dan kalian.."
Oke beberapa hari kebelakang aku selalu memikirkan bagaimana cara menyatakan ini. Memang benar aku salah mengambil cara melupakan seorang cowok.
"Han-"
Ku tarik nafas panjang lalu ku keluarkan.
"Sekarang kita hanya bisa berteman biasa saja yah."
Aku tersadar atas semua perkataanku koq. Semua aku katakan dengan ikhlas hati. Aku sudah menduga reaksi mereka.
"Hanah aku benar-benar nggak ngerti!"
"Jadi, aku ingin fokus dengan diriku sendiri dulu."
"Siapa yang berani ngehasut sahabat gue sih sampe kek gini?!"
"Nggak gitu Bileh, ini semua karena keinginanku, benar-benar keinginanku. Kalian harus bisa nerima. Mumpung belum terlalu lama juga."
"Ya udah deh, Han, kalau itu mau kamu kek gitu. Kita nggak akan maksa kamu harus gimana-gimana juga. Kita bakal berusaha menerima ini koq. Ya udah, Han, maafin kita juga yah kalau ada sesuatu yang kurang enak buat kamu."
Sila memang selalu bijak dalam hal apapun itu. Diantara mereka hanya Sila yang benar-benar mengerti aku.
"Uuuhh tayank-tayank.."
Kami berpelukan disini. Disini, mungkin ini pelukan terakhir antara aku dan mereka. Aku berusaha menyembunyikannya dari mereka. Aku tau jika mereka mengetahuinya pasti mereka akan marah padaku. Tapi apa boleh buat. Kenapa nggak dari sekarang saja aku berpisah dengan mereka. Lebih cepat mungkin lebih baik. Sampai disini, ya, cukup 2 tahun persahabatan ini terjalin. Sampai disini aku sudah merasa nyaman, happy, dan hingga aku merasa terlalu indah bila diungkapkan. Tapi, pokoknya aku merasa beruntung mempunyai persahabatan yang sederhana namun banyak makna ini. Aku bersyukur padamu Tuhan. Terimakasih atas nikmat-Mu ini. Inilah takdir. Ada saatnya kita bahagia ada saatnya pula kita berduka. Tapi, sepertinya takdir indahku hanya bisa kujalani sebentar saja.
~*~
Sebelumnya, saat itu aku bersama para sahabatku telah merencanakan hal yang indah untuk kita bersama. Aku dan mereka akan melanjutkan ke sekolah yang sama lagi. Aku dan mereka ingin bersekolah di SMA yang sama lalu kuliah ke universitas yang sama pula. Dan itu tuh cita-cita kami berenam. Tiada yang bahagia selain kebersamaan dalam suka maupun duka.
Tapi, cita-cita itu sepertinya harus padam seketika. Sepulang dari itu mamahku marah besar. Maklumlah Mamaku itu punya penyakit darah tinggi. Sehingga, semua keinginannya mau tidak mau harus dituruti oleh siapa saja, termasuk diriku. Mama inginkan aku bersekolah lagi ke sekolah menengah kejuruan (SMK). Itu bukan rencana yang sama antara aku dengan Mamaku. Aku selalu memikirkan hal itu. Meskipun aku saat ini aku masih kelas 8. Tapi apa salahnya banyak bermimpi.
Aku putuskan dengan keputusanku yang sudah bulat. Aku akan berusaha masuk SMK tapi aku tidak ingin SMK bekas Kakakku dan juga tidak ingin sekolah di Sentul. Aku ingin sekolah di Bandung saja lalu tinggal bersama Mbais. Dan, Mama setuju denganku.
~*~
Penampilan baru, perasaan baru, suasana baru ada di dalam diriku saat ini. Ku potong rambut pirangku yang tergerai panjang lurus dan sedikit berombak dibawah menjadi sebahu. Aku tau banyak yang akan protes dengan hal ini. Tapi masa bodo, aku nggak peduli. Ini membuatku nyaman. Dengan nyaman aku bisa tenang.
Kenaikkan kelas ini kurasakan tidak ada spesialnya. Tidak ada yang kutunggu-tunggu juga tidak ada yang aku harapkan lebih. Baru kurasakan kesepian yang sempurna dalam hidupku tanpa sahabat. Oke, sekarang apa yang aku ketahui.. Tara? What? Dia di sebelah kelasku lagi?!! Tuhan, kenapa selalu begini sih? Dan, dia pacaran dengan Salsa, teman baru sekelasku. Harus apa aku ini?! Oke, tarik napas, buang napas. Lega. Fix move on Hanah.
Kelas 9 ini aku benar-benar merasa sekolah. Bukan seperti yang kalian pikirkan. Aku hanya merasa merasa fokus sekolah saja. Aku yakin akan mendapatkan hasil yang bisa mesmuaskan untuk diriku sendiri saja setidaknya.
~*~
"HANAH!! Aku suka sama kamu!! Kamu harus jadi pacar aku!! Itu disuruh!"
Suara itu membuatku malu setengah mati. Gila bukan main. Aldi, dia teman baruku dikelas 9 ini. Kenapa dia harus teriak-teriak sih?
*Vote and comments yaw*
NijiAstuti

KAMU SEDANG MEMBACA
True Happiness
Random'Tidakkan terjadi! Tidak!' Tapi hal itu akan terjadi bagaimanapun caranya. Hanah tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa untuk hal itu. Orang yang sudah Hanah lupakan itu akan datang dan mengubah nasib hidupnya. WHATT??!!! Dia terjebak! Bagaimana b...