Part 10

15.8K 691 14
                                    

Raka

Kayanya aku sukses kena sindrom father-to-be sekarang. Hah? Emangnya ada sindrom father-to-be? Hehe aku sendiri ngga tahu, tapi seenggaknya itulah yang aku rasain. Kandungan Caca udah masuk usia 4 bulan hari ini, dan kami baru aja periksa tadi pagi, USG untuk mengetahui jenis kelamin anak kami. Dan kalian tahu? Aku akan memiliki seorang putri! Yes, a little princess! Aku sangat-sangat-sangat bahagia! Dan Rea, mendengar kabar ini dia jadi kegirangan sendiri karena aunty's feelingnya tepat. Dia meminta di traktir makan pizza sepuasnya. Dan sekarang kami pun sudah ada di salah satu restoran Pizza di dekat rumahku.
Dan aku tidak berbohong, kalian boleh bilang aku berlebihan atau apapun. Tapi semakin hari Caca semakin cantik. Apalagi di tambah dengan baby bumpnya, perutnya yang semakin membuncit itu membuatnya terlihat makin cantik dan err.. sexy. Aku terus mengelus perut Caca dan terus tersenyum memandanginya, seperti orang yang sedang kasmaran, tapi aku memang benar-benar jatuh cinta pada wanita di sampingku ini! Aku sangat bersyukur Caca menjadi bagian dari hidupku.
"Kak, please banget Kak. Bisa kan berhenti posesif kalo di tempat umum? Masa di sini aja lo mau terus-terusan elus-elus perut Caca sih! Kan bisa entar di rumah Kak, malu tau diliatin orang terus." Kata Rea sambil menutupi wajahnya, "kenapa juga harus gue yang malu ya?" Katanya lagi sambil menggaruk-garuk kepalanya. Aku cuma terkekeh geli melihat tingkah adik sepupuku. Entahlah, biasanya kami suka perang mulut ya, berantem ngga tahu tempat dan situasi. Tapi Caca dan anakku memang benar-benar memiliki kekuatan super, mereka bisa membuat aku lebih tenang. Aneh kan? Tidak sih, tidak aneh.
"Iya Raka, berhenti elus-elus perut aku deh. Malu tau diliatin orang dari tadi. Aku ngga mau duduk di sebelah kamu ah, aku mau duduk deket Rea aja." Caca terracuni oleh kata-kata Rea. Aku buru-buru menahan tangannya dan memasang tampang memelas padanya, aku tidak mau berjauhan dengan Caca. Aku tidak mau jauh dari wanita ini.
"Jangan dong Sayang. Aku mau duduk sama kamu. Jangan pindah ya Sayang?" Caca manyun. Ya ampun, jangan gitu istriku. Kamu malah bikin aku makin pengen cium bibir kamu!
"Raka." Kata seseorang dari belakangku. Aku merasakan tangannya mengusap-usap bahuku. Aku membalikkan tubuhku.
"Raka apa kabar? Masih inget kan sama aku Ka?" Kata cewek itu sambil memamerkan senyum ganjennya. Aku menghembuskan nafasku dengan berat, lalu melingkarkan tanganku ke pundak Caca. Berharap perempuan ini mengerti bahwa aku sudah punya Caca.
"Baik. Maaf, siapa ya? Gue lupa." Kataku berkata jujur. Asli, aku benar-benar lupa siapa perempuan ini.
"Paling juga pacar-pacar kamu yang lain." Kata Caca datar. Dia mengoyak-ngoyak pizza yang ada di hadapannya. Oh tidak, Caca pasti mulai bete.
"Ya ampun Raka, masa kamu lupa sama aku. Aku Fina, pacar kamu waktu SMA. Kamu jahat banget lupa sama aku" katanya sambil megang-megang bahuku, Caca pun makin kelihatan kesal.
"Itu kan 7 tahun yang lalu, sorry Fina gue ngga inget. Kenalin, ini istri gue Carissa." Caca menoleh ke arah perempuan itu dan tersenyum, dia lalu menoleh padaku dengan sinis. Ngga boleh gini, masa Caca jadi ngambek gini sih.
"Aku ke toilet dulu." Kata Caca, dia berusaha dengan susah payah untuk bangun dari duduknya. Baby bump Caca memang masuk ke kategori sangat besar untuk ukuran 4 bulan.
"Tunggu Yang, biar aku anter." Aku menahan tangan Caca, tapi Caca buru-buru menepisnya.
"Ngga usah, kamu temenin aja Fina." Katanya agak sedikit sinis. Istri mungilku ini pasti bete karena kejadian ini. Aku meninggalkan Rea dan Fina berdua dan berlari mengejar Caca. Aku sengaja tidak mendekati Caca, aku mengikutinya dari belakang. Caca duduk di depan kedai ice cream, dia lalu menunduk. Selama 3 menit ini aku hanya memandangi Caca dari belakang, aku lalu duduk di sampingnya. Dia mendongak lalu kembali menunduk setelah melihatku.
"Yang, kamu tahu ga bahagia itu apa?" Aku memandangnya sebentar, lalu tersenyum.
"Bahagia aku itu, kalau waktu aku bangun tidur yang aku lihat pertama kali adalah Carissa Kalandra Aulia. Kalau aku makan, aku dimasakin dan ditemenin sama Carissa. Kalau aku lagi capek pulang dari kantor, dan pas nyampe rumah Carissa menyambut aku dengan senyum sumringahnya. Semua bahagia aku itu berhubungan sama Carissa Kalandra Aulia. Carissa Kalandra Aulia itu sumber bahagia aku. Kamu kenal ga sih Yang sama yang namanya Carissa Kalandra Aulia? Tadi aku liat dia bete gitu, aku ngga mau dia bete." Aku tersenyum memandangi Caca, Caca mendongakkan kepalanya. Air mata sudah membasahi pipinya. Dia memelukku dengan erat. Aku mengusap rambutnya lembut.
"Jangan nangis Yang, aku gak mau liat kamu sedih. Maafin aku ya." Caca mengangguk dalam pelukanku.
"Kamu tau kan kalo aku cinta banget sama kamu Carissa Kalandra Aulia? Kamu itu sumber bahagia aku."

* * *

Selamat Soreee :D
Aku tau ini makin hari makin pendek ya ceritanya, tapi maaaf banget baru bisa update segini karena akhir-akhir ini sibuk karena mau ujian aaa maaf T__T
Terima kasih banyak buat temen-temen yang sudah baca, vote, komen, dan masukin cerita My husband ke reading listnya, terima kasih banyaaaak :')

My Husband and Minyak Telon (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang