Part 6 - Our First Meet

19K 645 17
                                    

Selamat malam :D
Setelah sekian lama menghilang, dan akhirnya muncul lagi dengan part baru hehehe :3
Part 6 ini cerita lepas, jadi ngga ada hubungannya dengan cerita part 5 kemarin :)
Semoga temen-temen yang baca bisa terhibur yaa. Selamat membaca :D



* * *

Raka

Aku berjalan dengan santai di lorong taman ini, dengan di dampingi oleh sahabat-sahabatku yang gila kami berlima sudah menjadi tontonan banyak kaum perempuan di taman sekarang. Aku tahu aku sangat tampan, dan aku sudah terbiasa dengan keadaan ini. Sampai aku melihat perempuan itu. Dengan rambut panjangnya yang diurai, juga pipinya yang dengan alami merona merah, aku sudah tahu saat itu bahwa aku mencintainya.
"Man, lo tau gak cewek yang disana siapa?" Tanyaku sambil menyikut perut Adam. Salah satu sahabatku. Adam mengalihkan pandangannya ke arah yang aku tunjuk.
"Ngga tau gue, dia gak terkenal kayanya. Emang lo kira gue apa bisa tau nama semua anak cewek di kampus ini?" Aku memutar bola mataku malas dan mendelik ke arah Adam
"Lo kan playboy kampus kita. Gue kira lo kenal lah sama dia." Adam balik mendelik dan sekarang dia juga menyikut perutku.
"Heh, lo salah ngomong tuh. Yang ada lo yang playboy kampus ini!"
"Emang kenapa sih bro lo pake tanya-tanya cewek itu segala?" Tanya Iman, aku menyeringai sambil terus memandangi perempuan itu.
"Gue jatuh cinta sama dia bro." Jawabku dengan mantap. Ke empat sahabatku yang saat itu berjalan bersama-sama langsung kaget dan terdiam. Mereka lalu mengguncang-guncangkan tubuhku, berusaha mengembalikan aku ke dunia nyata.
"Bro, nyebut bro! Lo kan udah punya Sarah bro! Sarah itu cewek paling cantik dan kece se-kampus kita! Lo nyebut bro, dia ngga ada apa-apanya kalo di banding Sarah. Emang sih bro dia cantik, tapi masih lebih cantikan Sarah bro!"
"Bro lo kan udah mau ngelamar Sarah kan bro, sadar bro sadar!"
"Man, think twice man! Gue rasa lo kesambet apaan kali ya ini, ayolah pergi dari sini!"
"Lo gila bro!"
Dan suara itu datang bergantian memekikkan telingaku. Sarah? Oh ya, Sarah. Pacarku? Aku tidak cinta padanya, tidak setelah dia selingkuh di belakangku. Memangnya dia pikir aku tidak tahu perbuatannya selama ini? Aku tahu Sarah telah selingkuh di belakangku, padahal aku benar-benar serius dengannya tapi dia malah menyia-nyiakanku. Aku bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik daripada Sarah. Dan perempuan itu saat ini ada di depanku
"Sarah? Gue ngga peduli lagi sama dia, gue harus tau nama cewek itu." Kataku sambil berlalu meninggalkan ke-empat sahabatku yang sekarang sedang melongo di tempatnya masing-masing.



* * *


"Halo, kenalin nama gue Raka Wiraya. Nama lo siapa?" Kataku sambil mengulurkan tanganku di depan tangannya. Perempuan itu mengernyit kebingungan, dia tidak membalas jabatan tanganku. Aku terus tersenyum padanya, antara kesal sebenarnya karena belum pernah ditolak berkenalan oleh seorang perempuan dan belum pernah ada juga perempuan yang menolak jabatan tanganku dan juga senang karena aku bisa melihatnya dari dekat.
"Ibu bilang gue ngga boleh asal sebutin nama sama orang asing." Jawabnya polos. Sekarang aku yang mengernyit, pengennya sih ketawa yang kenceng di depan dia tapi kan ga enak juga ya baru kenal ntar dia malah ngejauh.
"Emang lo anak kelas berapa sih sampe masih nurut aja sama perintah kaya gitu? Lo itu udah mahasiswa non, bukan anak kelas 2 SD lagi."
"Emang untuk nurut sama omongan orang tua itu ada batasan umurnya ya? Emang nurut sama orang tua itu harus pas kita SD aja gitu? Pikiran lo kok dangkal banget sih?" Aku membelalak kaget mendengar ucapannya. Antara kagum, kesel, dan seneng. Baru dia nih perempuan yang kayanya gak silau sama ketampanan dan pesona gue, dan baru dia juga cewek yang berani ngelawan gue. Dan hal ini malah bikin gue makin tertarik sama dia.
"Sorry, bukan gitu maksud gue. Ya emang apa salahnya sih kenalan? Kali aja kan ntar kita kebagian satu kelompok?"
"Ngga! Gak akan pernah, dan jangan harap lo bakal tau nama gue!" Kata dia sambil berlalu pergi meninggalkanku. Oke, cewek ini ngga mudah di taklukin. Dan hal ini malah bikin aku semakin tertarik padanya.


* * *


Caca

Huh! Aku mendengus kesal sambil meninggalkan laki-laki gila itu! Berani-beraninya dia mendatangiku, dan minta kenalan pula! Aku ngga akan pernah kasih tau dia nama aku! Dia, Raka Wiraya. Mana mungkin aku ngga tau nama dia? Dia cowok playboy di kampus ini. Mantan pacarnya bertebaran dimana-mana. Ganteng? Ya, aku akui dia memang memiliki wajah di atas rata-rata. Pintar? Ya, dia selalu mendapat nilai yang tinggi. Tapi aku tidak suka laki-laki itu. Terlebih lagi dia adalah salah satu teman Riana, sepupuku yang paling tidak akur denganku. Dan hal-hal yang berhubungan dengan Riana selalu membuatku kesal dan bete.
Dan apa lagi yang bisa membuat hari ini lebih indah selain aku bertemu dengan Riana? Ya, aku sedang duduk di bangku taman dan Riana juga komplotannya datang menghampiriku. Oh dan yang membuat ini lebih indah lagi adalah, Raka sialan itu ada juga disini bersama Riana! Aku yakin ini adalah salah satu hukuman untukku. Aku kena sial yang teramat sial hari ini, pasti karena kejadian tadi pagi. Aku berbohong pada Ibu tentang kejadian malam kemarin. Aku bilang kemarin aku pergi belajar bersama teman-temanku, tapi nyatanya itu hanyalah sebuah kebohongan. Sebenarnya kami pergi karaoke. Dan karena hal ini aku pasti kena sial. Pulang kuliah aku harus cepat-cepat mengaku pada Ibu dan meminta maaf kepada beliau.
"Mba Carissa." Kata Riana dengan suaranya yang dibuat-buat manis. Aku bisa melihat dengan jelas seringaian puas di bibir Raka. Sial! Mulut Riana kembali berulah, gara-gara dia Raka tau namaku sekarang.
"Namanya Carissa?" Kata Raka sambil masih menyeringai puas. Riana lalu mengangguk dan memeluk lengan Raka.
"Iya Sayang, namanya Carissa Kalandra Aulia. Sepupuku yang paliiiiing cantik. Iyakan mba Caca?" Kata Riana sambil tersenyum mengejek ke arahku. Aku diam, tidak menjawab perkataan Riana. Aku tidak ingin membuat dan mencari masalah. Apalagi sekarang sumber masalah sedang ada di hadapanku. Aku lebih memilih untuk diam.
"Caca." Panggil sebuah suara yang sudah sangat aku kenal, aku menoleh ke arahnya dan saat itu juga senyumku langsung mengembang.
"Frans!" Aku lalu berlari menghampirinya dan menggandeng tangannya menjauh dari kerumunan itu.
"Kamu kenapa Yang? Digangguin lagi sama komplotannya Riana?" Aku melotot dan menggeleng, lalu terkekeh pelan
"Apaan sih Frans? Emang aku anak SD pake digangguin segala? Kamu aneh-aneh aja deh. Ayo ah ke kantin, aku udah laper banget." Kataku sambil terus menggenggam tangan Frans. Aku tahu di samping pria ini aku aman. Dan aku juga merasa kalau aku ada di dekat Frans semuanya pasti akan baik-baik saja.



* * *


Raka

Sial! Bayangan Caca yang berjalan berdampingan dengan laki-laki itu selalu muncul di pikiranku. Siapa tadi namanya? Frans?! Siapanya Caca sebenarnya si Frans itu? Aku tidak suka melihat mereka bersama-sama. Saat itu tiba-tiba senyum tersungging di bibirku karena melihat seorang perempuan melewatiku. Aku refleks memanggil namanya.
"Caca." Kataku dengan wajah sumringah, Caca langsung berhenti berjalan dan menoleh menatapku. Wajahnya tiba-tiba berubah ketus saat menatap wajahku. Aku langsung menariknya untuk duduk di hadapanku.
"Frans itu siapanya lo sih?" Kataku dengan nada yang sedikit jutek. Caca mengernyit bingung
"Emang apa urusannya sama lo sih?" Aku mengacak-ngacak rambutku frustasi.
"Adalah! Ada banget urusannya sama gue! Kenapa lo jadi balik nanya sih? Jawab dulu pertanyaan gue!" Aku kembali sewot. Caca makin mengernyit
"Kenapa lo jadi marah-marah sama gue sih? Udah ah, gue bete tau kalo ketemu sama lo!" Aku buru-buru menahan tangan Caca yang akan berdiri. Dia kembali terduduk. Aku menatapnya dengan tatapan sedih. Ya, aku sedikit kecewa mendengar kata-katanya.
"Kenapa lo bete kalo ketemu gue? Gue pernah bikin salah sama lo?" Kataku frustasi
"Soalnya lo itu komplotannya Riana, setiap ada lo pasti ada Riana! Dan lo itu playboy, lo udah punya Sarah Ratu di kampus ini dan lo masih berani gangguin gue? Lo gila! Sangat gila!" Caca membuang pandangannya dariku, dan sekarang gantian aku yang mengernyit
"Emang kenapa Riana? Dan lo sampe tau gue sama Sarah? Lo suka sama gue ya sampe tau informasi kaya gitu? Iya, gue gila gara-gara lo Caca."
"Gue ngga mau bahas tentang itu. Suka? Sama lo? Ngga Raka! Gak akan pernah, gue gak akan mungkin suka sama lo dalam mimpi pun gak akan pernah, apalagi dalam dunia nyata! Dan kenapa lo jadi gila gara-gara gue coba? Dasar aneh." Katanya sambil melotot, dia lalu menepuk dahinya dan menunjukku, " dan satu lagi Raka, jangan panggil gue Caca."
"Emang kenapa? Panggilan lo Caca kan?"
"Iya, tapi panggilan itu cuma buat orang yang udah deket sama gue. Lo ngga boleh panggil gue Caca. Oh dan satu lagi, Frans itu tunangan gue. Jadi lebih baik lo menjauh aja dari gue. Gue gak mau dimusuhin anak satu kampus gara-gara di tuduh jadi perebut pacar si Ratu Kampus." Lalu Caca meninggalkanku sendirian. Aaargh!! She drives me crazy!!


* * *


Caca

3 bulan kemudian hidupku berubah menjadi kacau. Sangat kacau!
Riana mulai menyebar gosip yang membuatku dijauhi oleh semua orang, bahkan dijauhi oleh sahabat-sahabatku. Dia bilang bahwa aku adalah simpanan om-om! Dan itu semua tidak benar! Dia menyebarkan gosip dengan bukti bahwa aku diantar oleh seorang om-om ke kampus. Dan hey, memang benar aku diantar oleh seorang om-om ke kampus. Tapi om itu adalah om kami sendiri, Om Harry! Om Harry sudah lama tinggal di Batam dan dia hanya ingin mengantar keponakannya kuliah. itu tidak salah kan? Dan semua orang sudah terlanjur termakan oleh gosip-gosip itu. Semua orang menjauhiku. Sakit, rasanya sangat sakit. Tapi aku bertahan untuk terus kuliah disini, yang harus aku lakukan hanya bertahan dan cepat-cepat lulus dari sini.
Komplotan Riana saat ini datang dan berdiri di depanku dengan angkuh. Riana menyilangkan kedua tangannya dan menyeringai
"Ya ampun, gue ngga nyangka kalo gue punya sepupu rendah kaya gini. Gue ngga mau banget ngakuin dia sebagai sepupu. Cewek rendah!"
Sabar Caca. Sabar. Jangan pernah kemakan sama permainan iblis yang ada di depan kamu ini. Kataku pada diriku sendiri
Tiba-tiba aku merasakan kepalaku tiba-tiba terasa dingin, dan sesuatu yang basah mengalir dari kepalaku membasahi kemeja yang saat ini sedang aku pakai.
Riana mengguyurku dengan minuman yang tadi sedang dia pegang. Setelah minuman itu berhasil membuatku basah kuyup, Riana membuang sampahnya ke arahku dan kembali menyeringai
"Mba Caca, oh oops! Aku ngga mau nganggep kamu sebagai mbaku lagi. Kamu, Carissa ngga pantes jadi sepupu aku. Kamu pantesnya kumpul sama sampah-sampah kaya ini, hahahaha.. Aaahh!!" Raka sekarang sudah ada di belakang Riana dan menjambak rambutnya dengan keras. Tatapan matanya, aku belum pernah melihatnya seperti ini. Tatapannya saat itu sarat akan kebencian, mirip seperti tatapan para pembunuh bayaran yang ada di film-film. Dingin dan penuh dengan kebencian.
"Lo ngapain hah Riana?" Katanya dingin, aku sendiri yang mendengarnya langsung tertunduk karena takut. Baru kali ini aku melihat Raka semarah ini, apalagi marah pada perempuan. Biasanya kan Raka jelalatan sama semua perempuan
"Aduh beb, lepasin. Rambut aku sakit!! Ini aku baru smoothing beb rambutnya, kamu lepasin rambut aku beb!!" Riana meronta-ronta, semua komplotan yang tadi mengikuti Riana cuma bisa ikut tertunduk diam, takut. Raka semakin menarik rambut Riana
"Lo jangan pernah sakitin cewek gue, atau bakal gue pastiin lo ngga akan bisa liat matahari terbit besok." Riana melotot sambil masih berusaha melepas jambakan Raka
"Apa beb!! Cewek kamu? Beb, yang cewek kamu tuh aku beb. Bukan si cewek murahan ini!"
Plakk
Raka menampar pipi Riana dengan keras. Riana sampai shock melihat tingkah Raka padanya
"Sekali lagi lo ngejelek-jelekin Caca dan gue ngga akan segan-segan potong lidah lo. Pergi lo dari sini! Dan jangan pernah tunjukin lagi wajah lo di depan gue! Oh dan satu lagi, kita ngga ada hubungan apa-apa Riana!" Riana dan komplotannya pergi meninggalkan aku dan Raka berdua. Raka langsung terlihat panik dan mengambil sesuatu dari tasnya. Dia lalu menutupi kepalaku dengan handuknya dan mengusapnya pelan.
"Ca, kamu gak apa-apa?" Aku mengerjap kaget, kok kamu? Biasanya juga ngobrol dia pake gue-lo. Kenapa sekarang?
"Raka, lo kenapa sih? Kok kamu? Kaya ke siapa aja sih lo. Gue baik-baik aja kok." Raka terlihat jadi gelagapan, dia salah tingkah.
"Eh itu, ngga maksud gue lo beneran ga apa-apa? Itu baju lo basah semua. Gila tuh si Riana." Aku lalu tersenyum, jadi geli juga lihat tingkahnya Raka.
"Tenang aja, kaya begini doang sih ngga akan bikin gue nyerah, terus pindah sekolah. Gue masih bisa tahan kok sama ulah Riana. Tunggu, ini handuknya bekas lo pake ya? Ih bau dong Raka. Jahat bener lo kasih gue handuk bekas." Raka terkekeh lalu mengacak-acak handuk yang ada di atas kepalaku
"Sembarangan lo ngomong, ini baru Caca. Gue baru aja mau berangkat latihan basket, terus gue liat lo disiram sama Riana. Kenapa lo diem aja sih?"
"Emang gue harus gimana? Harus gue lawan? Percuma juga Ka, kalo gue lawan Riana, yang ada ntar dia makin ngelunjak. Dia makin bertingkah, ya gue ngalah aja lah sebagai kakak sepupu yang baik." Aku tersenyum dengan lebay. Raka terkekeh di sampingku
"Iya deh iyaa, kakak sepupu yang baik. Tapi Ca, sorry banget sebelumnya. Gue ngga bermaksud nyinggung lo. Sorry banget Ca. Tapi, itu apa yang Riana sebarin? Gue percaya kok lo bukan orang kaya gitu." Raka terlihat ragu-ragu saat memandangku, tapi mendengar kata-katanya yang percaya padaku membuatku senang dan tersenyum
"Emang bukan, gue bukan simpenan om-om kok. Itu, yang Riana bilang om-om yang miara gue itu beliau om kita. Om Harry. Om Harry itu adiknya Ayah sama Om Roni, ayahnya Riana." Raka melongo mendengar ceritaku
"Apa? Gila banget si Riana nyebarin fitnah kaya gitu. Terus kenapa ngga lo bantah semuanya Ca? Kenapa lo diem aja?" Sekarang Raka terdengar sangat frustasi, tapi mendengar suaranya yang frustasi seperti itu malah membuatku senang. Aku tahu aku perempuan yang jahat, tapi entah kenapa perasaan itu tiba-tiba datang.
"Kalian semua juga udah tanggung percaya sama kata-katanya Riana. Percuma juga kan, masa gue harus bilang ke 9000 anak yang ada di Universitas ini bahwa semua yang Riana sebarin itu bohong? Gue cuma buang-buang tenaga kalo ngelakuin itu Ka. Kalian semua juga ngga akan percaya."
"Gue percaya sama lo. Liat aja Ca, kebenaran pasti bakal terungkap. Lo harus yakin itu! Dan gue akan bantu lo!" Raka terlihat sangat semangat, aku tersenyum memandangnya. Senyum tulus pertamaku untuk Raka. Ternyata cowok playboy ini ngga seburuk yang aku kira. Ternyata dia orang yang baik. Aku tidak akan menceritakan bagian ini padanya, sebenarnya aku sudah di panggil pihak kampus perihal berita ini. aku juga sudah pasrah dengan keputusan kampus. Kalau memang aku harus di DO, itu menjadi sebuah berkah juga untukku. Setidaknya aku tidak akan bersama lagi dengan sepupuku yang menyebalkan itu kan?



* * *


Raka

Aku senang, sangat senang. Sekarang aku sudah mulai dekat dengan Caca. Dekat? Apa ini pantas disebut dekat? Aku tidak perduli, yang penting sekarang Caca sudah mau ngobrol denganku, dan Caca juga sudah mau di panggil "Caca" olehku. Aku sangat bahagia!
Saat ini aku sedang mengobrol dengan Caca di kantin, kami tertawa bersama layaknya teman akrab. Ya, teman. Tunggu saja tanggal mainnya, dia akan berganti status dari seorang teman menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Ya aku serius tentang hal ini, kalian percaya love at first sight? Cinta pertama. Aku dulu bukanlah orang yang mempercayai hal-hal seperti ini, tapi setelah bertemu dengan Caca aku langsung percaya bahwa hal-hal seperti ini benar-benar ada di dunia nyata. They really does exist.
Apa kalian pernah merasakan hal seperti ini? Saat kau melihat seseorang dan kau yakin bahwa dialah yang akan menemanimu selamanya, dialah yang akan menjadi temanmu untuk menghabiskan sisa hidupmu? Aku merasakan hal itu saat melihat Caca. Tiba-tiba Caca berhenti tertawa dan memandangku lekat.
"Lo sama Sarah berantem? Kenapa gue jarang liat kalian bareng ya?" Aku menyeringai jail lalu mengangguk-ngangguk
"Oh jadi sekarang lo udah mulai care nih sama gue? Sampe-sampe penasaran soal hubungan gue sama Sarah? Lo suka sama gue ya Ca?" Caca melotot lalu tertawa, dia memukul bahuku pelan
"Idih apaan sih Raka, ngga lah! Gue cuma kepo aja, biasanya kan lo lengket sama Sarah kaya amplop sama perangko gitu. Kok jadi misah gini sih?"
"Gue udah putus sama Sarah. Udah ada sekitar 1 bulan malah. Dia selingkuh di belakang gue, padahal gue udah serius banget sama dia. Tapi dia malah menyia-nyiakan kepercayaan gue. Jadi gue rasa ngga ada alasan lagi buat gue mempertahankan dia." Tiba-tiba sorot mata Caca jadi berubah sendu. Aku mengernyit bingung melihat perubahan ekspresi Caca.
"Jadi lo serius ya sama Sarah?" Gumamnya pelan, tapi aku masih bisa mendengar suaranya dengan jelas.
"Lo cemburu Ca? Tenang aja lagi, gue serius sama lo kok. Sarah itu masa lalu gue, dan lo.. Lo itu masa depan gue." Caca melotot kaget mendengar kata-kataku. Aku tersenyum memandangnya. Padahal dalam hati aku mengutuk mulutku sendiri, dia seenaknya bicara tanpa menunggu perintah dari otakku. 5 detik kemudian Caca langsung tertawa.
"Lo lucu banget deh ngelawaknya Ka. Bukan gitu, gue jadi ngiri aja sama Sarah. Dia udah ada cowok yang serius pengen dampingin dia. Tapi dia malah sia-siain gitu aja. Padahal nih ya Raka, lo itu masuknya ke kategori ganteng banget loh. Gue penasaran selingkuhannya Sarah itu secakep apa sih sampe bisa bikin Sarah kaya begitu."
"Yang pasti sih lebih ganteng gue daripada dia! Serius Ca, gue ga bohong." Caca tertawa kecil dan mengangguk-angguk. "Terus lo sama Frans kenapa? Kalian udah tunangan kan? Frans kemana? Gue ngga pernah liat dia sama lo akhir-akhir ini. Baguslah, gue seneng banget jadi gue bisa berduaan sama lo." Sial. Aku kembali merutuki mulutku yang bicara seenaknya. Tapi sepertinya Caca tidak terlalu memikirkan kata-kata terakhirku. Dia langsung terlihat sedih
"Semenjak ada gosip itu Frans jadi jauhin gue. Dan kemarin dia putusin gue." Aku mengepalkan tanganku berusaha menahan amarah yang sudah mengisi otakku. Frans itu emang laki-laki terbodoh yang aku tahu! Gadisnya sedang butuh bantuannya tapi yang ada dia malah meninggalkan Caca di saat seperti ini. Dasar Frans brengsek! Makiku dalam hati.
"Lo terlalu baik buat laki-laki brengsek itu Ca. Lo ngga pantes bersanding sama cowok itu, lo berhak dapetin laki-laki yang lebih baik dari dia." Wajah Caca langsung merona merah, dan aku menyukainya. Dia terlihat sangat cantik saat malu-malu seperti ini.
Tiba-tiba kedatangan dua orang itu mengalihkan perhatian kami. Frans dan Riana datang ke kantin dengan berpegangan tangan. Senyum menghiasi bibir mereka berdua. Mereka lalu duduk di hadapan kami, mengambil tempat di kursi di depan kami.
"Kenalin pacar gue, Frans." Kata nenek sihir Riana dengan sok cantik. Aku bersumpah kalau Riana bukan seorang perempuan aku akan menghajarnya saat ini juga, tapi sayangnya Riana seorang perempuan.
"Selamat ya kalian. Semoga bahagia." Jawab Caca sambil tersenyum, aku memandangi Caca dalam-dalam. Dia menyimpan semuanya dengan rapih, rasa sakitnya, rasa kecewanya. Tapi aku bisa melihatnya dengan jelas dari kedua matanya.
"Brengsek lo Frans." Saat aku siap melayangkan tinjuku ke wajah Frans tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat menahan telapak tanganku. Caca menahan tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Dia memandangku dan tersenyum.



* * *


Aku memandangi Caca dari belakang. Dia sedang ada di pinggir danau saat ini, duduk di bangku sambil memandangi indahnya danau yang ada di hadapannya saat ini. Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya. Caca buru-buru mengusap mata dan pipinya dan tersenyum memandangku.
Aku bisa melihat dengan jelas, matanya saat itu sembab dan butiran air mata menghiasi sudut matanya.
"Makasih ya lo udah mau temenin gue." Katanya sambil memaksakan senyum di bibir mungilnya. Aku mengelus pipinya lembut
"Lo cewek yang baik dan kuat, gue tahu itu. Gue yakin lo pasti bisa ngehadepin semua ini. Ada gue di samping lo Ca. Lo ngga boleh pendem masalah lo sendirian." Caca langsung menangis sejadinya saat itu, dia menangkupkan kedua tangannya di wajahnya. Aku memeluknya erat saat itu. Hatiku ikut sakit melihat gadis ini menangis, aku tidak mau melihat dia menangis. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum. Setelah beberapa menit dia terlihat sedikit tenang, aku langsung angkat bicara
"Riana akan membalas perbuatannya Ca. Dia bakal di DO dari kampus." Caca mengangkat wajahnya dan mengernyit menatapku.
"Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak karena habis menangis.
"Karena dia menyebar fitnah, dia sudah merugikan salah satu murid terbaik yang kampus kita punya." Caca makin mengernyit.
"Kenapa?" Tanyanya lagi. Aku tersenyum dan mengelus kepalanya.
"Udah gue bilang kan alesannya Ca? Dia harus bayar akibat perbuatannya." Aku menggenggam tangan Caca. Aku memandang ke dalam manik matanya dalam-dalam. Bola matanya yang berwarna coklat tua membuatku tenang.
"Caca, gue tau hal ini pasti kedengeran konyol banget. Tapi sejak pertama kali liat lo, gue tahu lo adalah orangnya. Lo adalah orang yang bakal jadi temen yang bakal nemenin gue seumur hidup, lo adalah orang yang akan berbagi senang dan susah sama gue, lo adalah orang yang bakal gue liat pertama kali saat gue bangun tidur." Raka terdiam sejenak lalu menarik nafasnya dalam-dalam,
"Dan gue tahu lo adalah ibu dari anak-anak gue kelak. Caca, lo mau jadi ibu buat anak-anak gue? Aduh bentar, gue kecepetan ya Ca? Sorry, sorry.. Lo mau gak jadi pacar gue Ca?"


* * *

Hehe Our First Meet tamat :D
Dan pasti udah tau dong jawaban Caca apa? Hehehe
Awalnya sih Caca ngga jawab apa-apa, kaya ngegantungin Raka gitu .__. Tapi akhirnya jadian juga dan mereka nikah, sampe Caca hamil sekarang :3
Terima kasih untuk temen-temen yang udah mau meluangkan waktunya untuk baca cerita ini, saya benar-benar berterimakasih :')
Terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah komen, vote, dan masukin cerita My Husband and Minyak Telon ke reading listnya. Terima kasih banyaaak ya teman-teman :')
Selamat malaaaam :D

My Husband and Minyak Telon (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang