Part 5

22K 821 17
                                    

(Selamat membaca :D)

"Ayo kita berangkat sekarang ya Yang." Ujar Raka sambil menghidupkan mesin mobilnya. Caca mengangguk patuh dia pikir mereka akan pergi ke rumah Papah-Mamah sekarang.
Tapi alangkah kagetnya Caca saat tiba-tiba mereka sekarang sudah berada di parkiran sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak.
"Raka apaan sih!! Kita pasti udah ditungguin sama Papah sama Mamah. Kamu harus jalanin mobil ini sekarang juga! Ke rumah Papah Mamah!" Perintah Caca. Tapi Raka tidak mengindahkan perintah itu. Dia cuma senyum sambil geleng-geleng dan keluar dari mobil. Dia lalu membukakan pintu Caca dan mengambil tas yang ada di pangkuan Caca. Raka membantu Caca turun dengan sangat hati-hati. Setelah menutup pintu mobilnya Raka melingkarkan tangannya di pinggan Caca, berjalan di sampingnya.
"Tenang aja Yang. Papah sama Mamah bilang nunggu kabar bahagia katanya. Lagian kita ngga akan telat kok, percaya sama aku. Kita berangkat kepagian tau." Raka senyum-senyum sambil terus merangkul pinggang Caca. Sesekali dia mengelus perut rata Caca. Caca jadi geli sendiri dengan tingkah suaminya. Ia berharap agar malam ini mereka memang benar mendapat kabar bahagia.

* * *

Setelah nama Caca dipanggil mereka berdua masuk ke dalam ruang periksa. Seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Dokter Kandungan yang akan memeriksa Caca tersenyum pada mereka berdua.
"Dok, saya mau periksa istri saya ini dok yang cantik banget hehe." Kata Raka sambil tidak berhenti tersenyum. Dia tidak bisa menutupi rasa bahagianya saat ini.
"Oh ya, silahkan Bu Carisaa tidur disini ya. Sebentar, saya siapkan dulu USGnya." Caca lalu tidur di kasur yang telah Dokter tadi tunjukkan. Dia menggenggam tangan Raka erat. Jantungnya tiba-tiba berdetak sangat cepat malam ini.
Dokter mengoleskan gel di perut Caca. Dan proses USG pun dimulai. Dokter Ana lalu tersenyum sambil menunjuk layar yang ada di hadapannya.
"Wah Alhamdulillah, selamat ya Ibu Carissa dan Bapak Raka. Sebentar lagi akan jadi Ayah dan Ibu." Hati Raka rasanya langsung mencelos saat mendengar perkataan dokter saat itu. Bahagia, itulah yang dia rasakan saat ini. Oh tidak, bahagia saja tidak cukup menjelaskan perasaannya saat ini. Dia sangat-sangat-sangaaaat bahagia!
"Nah itu yang disana, kelihatan kan?" Kata Dokter Ana sambil tersenyum, " itu janin yang sedang tumbuh di dalam rahim Bu Carissa. Kalau dilihat dari ukuran janinnya, kemungkinan usianya sudah 2 minggu."
Air mata menetes menuruni pipi Caca, dia sangat bahagia saat ini! Sangat-sangat bahagia! Raka mengusap air mata istrinya dan mencium dahinya dengan lembut. Senyuman tidak pernah lepas dari bibir mereka. Saat ini mereka sangat senang karena akan segera memiliki momongan.

* * *

Raka

Aku terus siap siaga di samping Caca. Haha aku tahu aku sangat berlebihan, tapi ini memang kewajibanku kan? Apalagi sekarang Caca sedang mengandung buah cinta kami yang pertama. Aku harus selalu siap siaga berada di sampingnya.
30 menit yang lalu kami sampai di rumah orang tuaku. Papah dan Mamah sangat bahagia mendengar kabar ini. Semua keluarga juga ikut senang. Tidak lupa kami juga memberi kabar pada Ayah dan Ibu. Dan aku yakin kalian juga sudah tahu apa yang terjadi, Ayah dan Ibu sangat bahagia mendengar kabar ini.
"Yang mau makan apa?" Kataku pada Caca sambil terus mengelus perutnya. Caca melongo mendengar pertanyaanku.
"Aku kan baru aja selesai makan 5 menit yang lalu Raka." Caca manyun. Aku lalu tersenyum dan mengacak-ngacak rambutnya gemas.
"Tapi kan sekarang ada anak kita Sayang. Kamu makannya jangan dikit-dikit gitu dong." Caca makin manyun.
"Kamu bilang 2 kali nyendokin nasi itu sedikit Yang? Itu tuh banyak banget Yaaang! Aku aja itu tadi lauknya nambah 3 kali Yaaang! Dan kamu bilang itu masih sedikit?!" Mata Caca sekarang sukses melotot, tapi lagi-lagi dia gagal bikin aku takut. Yang ada, dia malah bikin aku pengen cepet-cepet bawa dia ke kamar dan langsung... Ah stop Raka!! Kamu harus tahan! Seenggaknya sekarang kamu ngga boleh dulu lakuin hal 'itu' sama Caca. Kamu harus jaga kandungan Caca bodoh! Anak kamu! Batinku dalam hati.
"Selamat malam.." Kami semua langsung menoleh ke arah sumber suara. Aku memutar bola mataku malas. Sepertinya akan terjadi sesuatu di rumah ini.

My Husband and Minyak Telon (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang